WAHANA LINGKUNGAN HIDUP (Walhi) mengungkapkan, NDC Indonesia terlalu bertumpu pada sektor kehutanan. Penurunan emisi dari sektor kehutanan antara lain disebabkan karena makin sedikitnya kebakaran hutan dan adanya moratorium pembukaan lahan sawit.

Pabrik Semen Indonesia di Tuban, Jawa Timur. Foto: mongabay.co.id

“Mestinya moratoriumnya bukan tiga tahun, tapi permanen,” kata Yuyun Harmono, Pengampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Walhi, sebagaimana dikutip tempo.co (8/12).

Menurut Walhi, pembukaan lahan sawit, terutama di lahan gambut, justru akan membuat target NDC tak tercapai. Dalam skema implementasi NDC, pemerintah juga masih menoleransi laju deforestasi pada 2021-2030 pada angka 325 ribu hektare per tahun.

Sementara itu, pemerintah masih mematok kontribusi sektor energi pada NDC pada angka 11%. Padahal, kontribusi sektor energi masih bisa dinaikkan. Misalnya,  kata Yuyun, dengan mendorong penggunaan energi terbarukan secara luas.

Pemerintah malah membangun sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang bahan bakarnya batubara. “Ini kontraproduktif dengan keinginan menurunkan emisi dan menekan kenaikan suhu Bumi sebesar 1,5 derajat celcius,” ujar Yuyun. [RAF]