Ilmuwan berhasil mengembalikan spesies serigala dire (dire wolf) yang telah punah sekitar 12.500 tahun yang lalu berkat rekayasa genetika.
Melansir dari TIME, para ilmuwan di Colossal Biosciences, sebuah perusahaan konservasi berbasis bioteknologi di Dallas, berhasil menghasilkan tiga anak serigala dire (Aenocyon dirus) dengan merekonstruksi genom spesies tersebut dari DNA purba.
Pada tanggal 8 April, Colossal Biosciences mengumumkan telah menggunakan kloning dan penyuntingan gen berdasarkan dua sampel DNA serigala dire untuk melahirkan tiga anak serigala: dua jantan berusia enam bulan bernama Romulus dan Remus, dan satu betina berusia dua bulan bernama Khaleesi.
“Tim kami mengambil DNA dari gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak berusia 72.000 tahun dan membuat anak serigala yang sehat,” kata CEO Colossal Biosciences, Ben Lamm, dalam sebuah pernyataan.
Proses Kloning
Colossal Biosciences mengatakan bahwa penelitiannya tentang serigala dire memiliki perbedaan utama. Para ilmuwannya mulai dengan menganalisis genom serigala dire pada gigi dan tengkorak purba.
Dengan membandingkan genom tersebut dengan genom serigala abu-abu—kerabat terdekat serigala dire yang masih hidup—mereka mengidentifikasi 20 perbedaan dalam 14 gen yang menjelaskan karakteristik khusus serigala dire, termasuk ukurannya yang lebih besar, bulu putih, kepala yang lebih lebar, gigi yang lebih besar, bahu yang lebih kuat, kaki yang lebih berotot, dan vokalisasi yang khas, terutama lolongan dan dengking.
Selanjutnya, mereka memanen sel progenitor endotel (EPC), yang membentuk lapisan pembuluh darah, dari aliran darah serigala abu-abu yang masih hidup—prosedur yang tidak terlalu invasif dibandingkan dengan mengambil sampel jaringan—dan mengedit 14 gen dalam nukleusnya untuk memunculkan 20 sifat serigala dire.
Ini lebih sulit daripada yang terlihat, karena gen sering kali memiliki banyak efek dan tidak semuanya baik. Misalnya, serigala dire memiliki tiga gen yang mengkode bulu berwarna terang, tetapi pada serigala abu-abu, gen tersebut dapat menyebabkan ketulian dan kebutaan.
Dengan demikian, tim Colossal Biosciences merekayasa dua gen lain yang menghentikan pigmentasi hitam dan merah. Ini menghasilkan warna terang khas serigala dire tanpa menyebabkan kerusakan apa pun pada genom serigala abu-abu yang diedit.
Setelah proses ini selesai, tim ilmuwan mengekstraksi nukleus yang telah diedit dari sel dan memasukkannya ke dalam sel telur serigala abu-abu yang telah diambil nukleusnya. Sel telur itu dibiarkan tumbuh menjadi embrio. 45 sel telur dipindahkan ke rahim dua anjing pemburu campuran.
Satu embrio pada masing-masing induk anjing tumbuh. Setelah 65 hari kehamilan, Romulus dan Remus lahir. Beberapa bulan kemudian, prosedur tersebut diulangi dengan induk pengganti ketiga, dan Khaleesi lahir.
Perawatan
Ketiga kelahiran tersebut dilakukan dengan operasi caesar terjadwal untuk meminimalkan kemungkinan cedera saat melahirkan. Tidak ada anjing pengganti yang mengalami keguguran atau melahirkan anak serigala mati selama proses tersebut.
“Kami memilih untuk menitipkan kedua anak serigala itu kepada induk pengganti yang menunjukkan naluri keibuan terbaik,” kata Matt James, kepala petugas hewan di Colossal Biosciences.
“Pengenalan kembali terjadi sekitar dua jam setelah lahir, dan induknya segera mulai merawat mereka dan membiarkan mereka menyusu.”
Anak-anak serigala itu diberi makan oleh induk pengganti mereka hanya selama beberapa hari. Setelah itu, tim Colossal Biosciences mengeluarkan mereka dan memberi mereka susu botol karena induk pengganti mereka menjadi terlalu perhatian—mengganggu jadwal tidur dan makan.
Mereka disapih pada usia delapan minggu dan telah menjalani kehidupan sebagai serigala dire muda yang sehat sejak saat itu.
Romulus dan Remus melakukan apa yang biasa dilakukan anak serigala, yaitu saling mengejar, bergumul, menggigit, dan mengendus. Namun, ukuran mereka sudah mencapai hampir 4 kaki (1,2 meter), dengan berat 80 pon (36,2 kg). Mereka diperkirakan dapat tumbuh hingga 6 kaki (1,8 meter) dan mencapai bobot 150 pon (68 kg).
Mereka sama sekali tidak memiliki perilaku jinak layaknya anjing terhadap manusia, seperti berlari untuk meminta pelukan, usapan perut, atau ciuman. Mereka menjaga jarak dan mundur jika ada orang yang mendekat.
Bahkan salah satu pawang yang membesarkan mereka sejak lahir hanya bisa mendekat sebentar sebelum Romulus dan Remus tersentak dan mundur. Ini bukan perilaku anjing domestik, melainkan perilaku serigala liar.
Mereka hidup di cagar ekologi seluas 2.000 hektar di sebuah lokasi yang dirahasiakan di AS. Lahan seluas 2.000 hektar itu dikelilingi oleh pagar setinggi 10 kaki (3 meter) dan mencakup lahan seluas enam hektar yang lebih kecil, lengkap dengan klinik hewan, tempat perlindungan untuk cuaca ekstrem, dan sarang alami. Staf dokter hewan mengawasi mereka sepanjang waktu.
Serigala-serigala dire itu diberi makan daging sapi, daging kuda, dan daging rusa serta hati dan jeroan lainnya, bersama dengan makanan khusus anak serigala untuk menyediakan nutrisi penting. Ketika mereka baru saja disapih, daging itu disajikan dalam bentuk bubur, mirip dengan daging yang telah dicerna sebagian dan dimuntahkan oleh induk serigala.
Sekarang serigala-serigala dire itu dapat mencabik-cabik daging berbentuk padat. Sejauh ini mereka belum berburu mangsa kecil hidup yang mungkin masuk ke kandang mereka. [BP]