Koran Sulindo – Jepang, negeri yang kaya akan tradisi dan budaya, memiliki cara istimewa untuk merayakan identitas nasionalnya melalui Hari Kebudayaan Nasional, atau yang dikenal sebagai Bunka no Hi.
Setiap tanggal 3 November, momen ini dimanfaatkan untuk mengapresiasi seni, sejarah, dan nilai-nilai perdamaian yang dipegang teguh oleh masyarakat Jepang. Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengenang sejarah panjang budaya Jepang, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap perdamaian dan kebebasan yang menjadi bagian dari semangat konstitusi negara tersebut.
Bagaimana sejarah Bunka no Hi terbentuk, dan apa saja tradisi yang dihadirkan dalam perayaan ini? Mari kita telusuri lebih jauh.
Sejarah Bunka no Hi
Melansir beberapa sumber, Hari Kebudayaan pertama kali dirayakan pada tahun 1948, tepat dua tahun setelah Konstitusi Jepang disahkan pada 3 November 1946. Awalnya, tanggal 3 November dikenal sebagai Meiji Setsu, sebuah hari libur untuk memperingati ulang tahun Kaisar Meiji yang lahir pada tanggal tersebut.
Namun, setelah Perang Dunia II, pemerintah Jepang mengubah tujuan perayaan ini menjadi penghormatan terhadap budaya dan perdamaian. Hal ini sejalan dengan semangat konstitusi baru Jepang yang menekankan pentingnya hak asasi manusia, budaya, dan perdamaian.
Secara resmi, Bunka no Hi dimulai oleh pemerintah Jepang setelah disahkannya konstitusi baru. Meski sebelumnya diperingati untuk menghormati Kaisar Meiji, perubahan setelah perang membawa arah baru dalam merayakan identitas budaya Jepang.
Dalam konteks ini, seluruh masyarakat Jepang bisa dianggap sebagai pihak yang pertama kali merayakan Hari Kebudayaan dalam bentuknya yang baru.
Tradisi dan Kegiatan pada Hari Kebudayaan Nasional
Bunka no Hi dirayakan dengan berbagai kegiatan yang memperlihatkan ragam budaya dan seni Jepang, di antaranya:
1. Pameran dan Festival Seni
Pada hari ini, banyak museum dan galeri seni di seluruh Jepang dibuka secara gratis. Pengunjung dapat melihat pameran seni, budaya, dan sejarah Jepang, memungkinkan masyarakat untuk lebih memahami dan menghargai warisan budaya mereka.
2. Parade dan Pertunjukan Seni Tradisiona
Di berbagai kota, parade diadakan untuk merayakan budaya lokal, dengan banyak peserta mengenakan kostum tradisional Jepang. Selain parade, terdapat pertunjukan tari dan musik tradisional yang semakin memperkaya suasana.
3. Penghargaan Budaya
Salah satu momen penting pada Bunka no Hi adalah pemberian Medali Kebudayaan, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada individu atau kelompok yang telah berkontribusi dalam mempromosikan budaya Jepang. Penghargaan ini disampaikan oleh Kaisar di Istana Kekaisaran sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi mereka dalam memperkaya budaya Jepang.
4. Kegiatan Pendidikan di Sekolah
Sekolah-sekolah juga ikut ambil bagian dengan mengadakan pameran karya seni siswa dan berbagai kegiatan edukatif yang meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya. Siswa-siswi dapat menampilkan karya seni mereka dan belajar lebih dalam mengenai budaya tradisional Jepang.
5. Acara Internasional
Tidak hanya di Jepang, Bunka no Hi juga diperingati oleh konsulat-konsulat Jepang di berbagai negara. Mereka mengadakan acara yang memperkenalkan budaya Jepang kepada masyarakat internasional, seperti pameran seni, demonstrasi seni tradisional, dan festival makanan Jepang.
Makna Mendalam Bunka no Hi
Secara keseluruhan, Bunka no Hi bukan sekadar hari libur, tetapi momen untuk menghargai warisan budaya sambil meneguhkan komitmen terhadap perdamaian dan kebebasan.
Dengan memperingati hari ini, Jepang tidak hanya merayakan budaya dan identitas nasional mereka, tetapi juga menyampaikan pesan penting kepada dunia bahwa budaya adalah bagian integral dalam menjaga perdamaian dan keharmonisan. [UN]