Salah satu rumah warga di Malang rusak akibat gempa (Ist)
Salah satu rumah warga di Malang rusak akibat gempa (Ist)

Koran Sulindo – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan, gempa bumi di barat daya Malang dengan magnitudo 6,7 merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi.

Berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault. Gempa bumi itu memiliki magnitudo 6,7 kemudian diperbarui menjadi magnitudo 6,1.

“Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 kilometer,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (10/4).

Guncangan gempa bumi dirasakan di daerah Turen dengan skala V MMI (getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), Karangkates, Malang, Blitar dengan kala IV MMI (bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).

Kemudian, Kediri, Trenggalek, Jombang berskala III-IV MMI, Nganjuk, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Yogyakarta, Lombok Barat, Mataram, Kuta, Jimbaran, Denpasar skala III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).

Lalu Mojokerto, Klaten, Lombok Utara, Sumbawa, Tabanan, Klungkung, Banjarnegara berskala II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami. Meski begitu, sempat terjadi gempa bumi susulan sesuai dengan monitoring BMKG.

“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata Bambang.

Masyarakat juga diminta agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.

Atas gempa yang terjadi, sebanyak 700 personil Taruna Siaga Bencana dari 10 kabupaten/kota di Jawa Timur diterjunkan ke lokasi gempa yang mengguncang wilayah Kabupaten Malang.

“Mereka akan melakukan empat fungsi, yaitu evakuasi, selter, dapur umum dan layanan dukungan psikososial”, kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Robben Rico.

Berdasarkan sumber dari Pusadlops Tagana Provinsi Jawa Timur, mereka berasal dari Kabupaten Malang 97 personel, Kabupaten Lumajang 38 personel, Kabupaten Blitar 44 personel, Kabupaten Tulungagung 42 personel, Kabupaten Jember 88 personel.

Kemudian, Kabupaten Trenggalek 63 personel, Kabupaten Pasuruan 57 personel, Kabupaten Situbondo 70 personel, Kabupaten Kediri 40 personel, Kabupaten Sidoarjo 48 personel, dan KSB di Kawasan Siaga Bencana Malang.

“Tagana akan terus bekerja untuk mendata korban jiwa maupun kerusakan lain yang akan kami gunakan untuk menentukan langkah selanjutnya”, kata Robben.

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,7 mengguncang Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (10/4). Gempa terjadi pada pukul 14:00:15 WIB. Sementara, lokasi gempa terletak pada koordinat titik 8,95 Lintang Selatan (LS) dan 112,48 Bujur Timur (BT) atau lebih tepatnya terjadi pada 90 km barat daya, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Gempa berada di kedalaman 25 kilometer. Gempa di Malang itu, kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono memiliki kemungkinan sangat kecil untuk dapat memicu aktifnya gunung api.

“Kecuali gunung api tersebut memang sedang aktif. Jika gunung api sedang tidak aktif maka gempa tektonik akan sulit mempengaruhi aktivitas vulkanisme,” kata Daryono.

Di samping itu, lanjut Daryono, gempa itu juga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut sehingga tidak berpotensi tsunami. Mekanisme sumber gempa ini berupa pergerakan sesar naik (thrust fault).

“Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, namun patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Daryono.

Gempa Malang ini juga bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi gempa menengah di Zona Beniof, karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.

Dampak gempa ini mencapai skala intensitas skala V-VI MMI (Sebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat. Rel kereta api melengkung) sehingga gempa ini berpotensi merusak.

Gempa ini memiliki spektrum guncangan yang luas yang dirasakan hingga daerah Banjarnegara di barat dan Bali di timur.

“Hasil monitoring BMKG hingga sore ini menunjukkan telah terjadi tiga kali gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak dan tidak dirasakan,” kata Daryono.

Zona gempa Malang itu merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan. “Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa gempa selatan Malang magnitudo 6,1 ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972,” papar Daryono. [Wis]