Koran Sulindo – Faktor utama orang melakukan tindak pidana korupsi adalah kerakusan, di samping ingin hidup mewah sehingga terus berusaha memenuhi kebutuhan individual dengan cara melanggar aturan.
Hal ini ditegaskan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi Alexander Marwata saat menjadi pembicara dalam kegiatan Kapita Selekta di Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informatika (DTETI), Fakultas Teknik UGM, Jumat (10/3). “Faktor penyebab korupsi karena penghasilannya tidak mencukupi untuk hidup atau karena ingin hidup mewah,” tegasnya.
Tak hanya karena ingin hidup mewah atau penghasilan yang tak cukup, menurut Alexander Marwata, faktor lingkungan juga berpotensi mendorong orang melakukan korupsi. Korupsi bisa juga timbul karena adanya keterpaksaan atau paksaan seperti melakukan suap untuk melancarkan usaha.
“Selain itu adanya dorongan untuk berkuasa menjadi pemimpin dan perilaku serta kebiasaan individu juga berpotensi melakukan korupsi,” ujarnya.
Komisioner KPK ini juga menyebutkan konflik kepentingan memiliki keterkaitan dengan korupsi. Benturan kepentingan baik pribadi maupun kelompok terhadap kepentingan publik tersebut berpotensi menjadikan sesorang berlaku tidak etis. “Tidak hanya menjadi tidak etis, tetapi juga berpotensi merendahkan integritas pribadi untuk kepentingan keuangan atau kepentingan pribadi lainnya,” jelasnya.
Karenanya agar tidak melakukan atau mencegah agar tak melakukan tindak pidana korupsi, Alexander Marwata menekankan perlunya kita meningkatkan profesionalisme dan integritas. Pasalnya, seorang profesional akan memegang teguh kode etik dan integritas. “Kode etik ini akan menjadikan profesional untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya ke masyarakat, di samping masyarakat dapat terlindungi dari tindakan yang tidak profesional,” katanya lagi.
Kepada para mahasiswa yang hadir dalam kegiatan Kapita Selekta ini Alexander Marwata berpesan hendaknya selalu menegakkan integritas. Bersikap jujur, disiplin, kerja keras, serta tidak mengambil hak orang lain. “Kalau sudah tidak jujur ini menghawatirkan karena kalau karakter sudah rusak akan susah untuk diperbaiki,” ucapnya. [YUK]