Koran Sulindo – Hampir semua tokoh di Indonesia pernah ia lukis, mulai dari Presiden Kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri sampai Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ia juga pernah melukis Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kapolri Tito Karnavian, Arifin Panigoro, dan pengusaha dunia hiburan Agy Sugianto serta pengusaha herbal Jeng Anna.
Pelukis tersebut adalah Jupri Abdullah dari Surabaya. Pada Januari sampai Februari 2018 lalu, ia baru saja melangsungkan pameran di kotanya, yang ia beri tajuk “Tokoh”.
Sejak 12 Maret 2018 hingga 21 Maret 2018, Jupri Abdullah kembali menggelar pameran di Balai Budaya, Jakarta. Pameran tunggalnya ini menampiplkan juga lukisan-lukisan abstrak sangat besar karyanya.
Pameran yang menampilkan empat lukisan sebesar 3 meter x 12 meter dan belasan lukisan abstrak berbagai ukuran itu dibuka oleh salah seorang kolektor lukisan ternama Indonbesia, Said Sungkar. Jupri Abdullah mengatakan, pameran lukisan abstraknya kali ini bertujuan untuk memancing minat masyarakat agar mengenal lebih dalam lagi lukisan abstrak.
”Teman-teman pelukis juga harusnya berani melakukan terobosan, dengan membuat lukisan abstrak,” ujar pelukis berusia 56 tahun ini.
Lukisan-lukisan abstrak dengan menggunakan cat akrilik di atas kanvas itu bertema peristiwa, baik dalam skala nasional maupun dunia, serta fenomena alam.”Selain di studio, saya juga melukis di alam terbuka. Seperti melukis fenomena alam di Parang Tritis,Yogyakarta,” tutur pelukis yang tercatat nama dan karyanya di Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk karya lukisan terkecil dan terbesar di Indonesia ini.
Diungkapkan Jupri Abdullah, dirinya memerlukan waktu tiga tahun untuk mempersiapkan pameran lukisan-lukisan abstraknya itu. Karena, katanya, lukisan abstrak memerlukan konsep yang matang.
”Melukis abstrak adalah puncak atau klimaks dari berbagai aliran lukis. Mereka yang melukis abstrak biasanya sudah mengenal dan menguasai cara dan gaya melukis mainstream, seperti realis, ekspresionis,surealis, dan lainnya,” tutur Jupri. Lukisan-lukisannya itu dibanderol dengan harga mulai dari puluhan juta rupiah sampai miliarin rupiah.
Jupri berharap, di ruang-ruang berdinding di berbagai lokasi yang ada di Indonesia sebaiknya diberi hiasan berupa lukisan karya anak negeri, agar wawasan masyarakat Indonesia terhadap karya pelukis dalam negeri semakin luas. Cara itu juga untuk menghindari karya lukis menjadi karya elitis. “Jadi, masyarakat banyak bisa menikmati lukisan juga. Misalnya di di Terminal Tiga Bandara Soekarno-Hatta. Di sana bagus dan menambah keindahan bila dipajang lukisan-lukisan besar karya para pelukis Indonesia,” tutur Jupri.
Rencananya, pameran ini akan ditutup pada 21 Maret 2018. Dalam penutupan itu akan diadakan diskusi seni rupa, yang membahas perkembangan seni lukis kontemporer Indonesia. [Didang]