Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo[foto;Liputan6]

Koran Sulindo – Densus 88 Anti-teror Polri menangkap 22 terduga teroris, pasca peristiwa penusukan terhadap Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto pada Kamis (10/10) lalu.

Selain dua tersangka pelaku penusukan yakni Abu Rata dan istrinya FA, Densus juga menangkap seorang perempuan berinisial RA di Pandeglang, Banten, diduga ikut terlibat dalam perencanaan tersebut pada hari yang sama.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan penangkapan juga dilakukan di sejumlah daerah. Menurut jenderal bintang satu itu, Densus menangkap terduga teroris WBM di Bandung pada Kamis (10/10).

“Keterlibatannya merupakan simpatisan Daulah Islamiyah atau DI sejak tahun 2015. Melakukan baiat ISIS tahun 2016. Perannya perekrutan terhadap beberapa orang bergabung dengan AS yang ditangkap 22 September lalu. Barang bukti serbuk dijadikan bahan buat bom, gotri, airsoft gun, pisau, buku jihad, konsep-konsep rencana alamiyah secara tertulis, dokumen pribadi,” ungkap Dedi di Mabes Polri, Senin(14/10/2019)

Sehari penangkapan WBM, Densus juga membekuk dua tersangka yang merupakan bapak dan anak berinisial AT dan ZAI di Bali pada Jumat (11/10). Dedi mengungkapkan bahwa tersangka bersama anaknya ZAI akan melakukan amaliyah di Bali.

Selain itu AT juga mengetahui rencana aksi Abu Rara.

“Yang bersangkutan (AT) aktif memberikan tutorial membuat bom dengan judul produk Indo di share kelompok mereka. AT mengajak putranya ZA melakukan aksi amaliyah. ZA masih dibawah umur, Densus akan memperlakukan secara khusus,” ujarnya.

Selain di Bali, Densus juga menangkap S alias Jack Sparrow di Sulawesi Utara. Tersangka yang merupakan kelompok Mujahidi Indonesia Timur ini kata Dedi berencana berjihad di Papua. “Tersangka memiliki kemampuan merakit dan membuat bom,” ungkap Dedi.

Pada hari yang sama, Densus menangkap jaringan kelompok JAD Bekasi pimpinan Abu Zee berinisial R di Jambi dan TH di Cengkareng, Jakarta Barat. Dedi menerangkan, setelah berbaiat, tersangka yang tidak masuk dalam struktur ini harus melakukan amaliyah dengan kemampuan masing-masing.  “Jadi tidak bersentuhan secara langsung, komunikasi lewat medsos. Kelompok ini memiliki kekhasan setelah berbaiat, mereka langsung melakukan amaliyah baik dengan bom ataupun Lone wolf dengan senjata tajam,” terangnya.

Lebih lanjut, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu mengatakan empat tersangka teroris ditangkap pada Minggu (13/10), di sejumlah daerah. “Tersangka A ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah, RF di Indramayu, YF dan BA di Cirebon,” kata Dedi.

Dan pada hari ini, tambah Dedi, delapan tersangka juga ditangkap di Lampung, Bandar Lampung dan Bandung. “Tersangka APS, TH di Lampung, MRM, UD dan Y di Lampung, kemudian N, JJ dan AAS di Bandung,” bebernya.

Menurut Dedi kelompok teroris ini melakukan amaliyah secara acak. Ketika ditanya apakah akan ada ancaman teror lainnya, Dedi menegaskan Densus tidak akan berhenti melakukan penangkapan. “Tidak hanya 22 tersangka ini, kemungkinan akan terus bertambah,” tandasnya.(YMA)