Ilustrasi/istimewa

Koran Sulindo – Data elektrifikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN disebut kurang jelas. Terlebih basis data yang disampaikan kepada DPR tidak jelas apakah berbasis desa atau kecamatan.

Karena itu, anggota DPR Komisi VII Andi Yuliana Paris menyoroti kinerja kedua lembaga itu. Terlebih Yuliana berbicara demikian karena hasil kunjungan kerja Komisi VII ke Kepulauan Riau berkata sebaliknya.

Tidak hanya di Kepulauan Riau, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, misalnya, fakta yang sama juga terjadi, kata Andi Yuliana. Data elektrifikasi yang disampaikan Kementerian ESDM dan PLN untuk daerah itu mencapai 100 persen. “Nyatanya masih banyak dusun-dusun yang belum teraliri listrik,” tutur Andi Yuliana seperti dikutip tribunnews.com pada Selasa (8/5).

Andi Yuliana menduga, karena daerah kepulauan, maka untuk mendirikan tiang-tiang listrik, PLN sebaiknya berkoordinasi dengan Kementerian ESDM. Pasalnya, pendirian tiang-tiang listrik di daerah kepuluan memang bukan hal yang mudah. Karena itu, tenaga energi terbarukan menjadi lebih cocok untuk daerah kepulauan karena tidak menggunakan tiang listrik.

Semisal, menggunakan tenaga matahari yang sama sekali tidak memerlukan tiang listrik, kata Andi Yuliana. Lewat tenaga energi terbarukan, ia yakin elektrifikasi di daerah kepulauan bisa tercapai 100 persen.

Di samping data elektrifikasi PLN yang kurang jelas, pada kuartal pertama tahun ini, lembaga tersebut juga mengalami kerugian hingga Rp 6,49 triliun. Kinerja keuangan PLN mengalami penurunan dibanding kuartal I 2017 yang berhasil meraup laba bersih Rp 510,17 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan PLN pada peride tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2018 dan 2017, jumlah beban usaha PLN naik menjadi Rp 70,35 triliun dari Rp 60,63 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kontribusi kenaikan beban usaha utamanya karena biaya bahan bakar dan pelumas yang melonjak dari Rp 27,66 triliun di kuartal pertama 2017 menjadi Rp 33,52 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Biaya pembelian tenaga listrik juga meningkat dari Rp 15,15 triliun menjadi Rp 18,14 triliun.

Kendati pendapatan PLN juga mengalami peningkatan tapi tidak mampu menutup kenaikan beban usaha. Penjualan tenaga listrik di tiga bulan pertama 2018 mencapai Rp 62,91 triliun, sementara di periode yang sama tahun lalu Rp 57,53 triliun. Pendapatan dari penyambungan pelanggan juga bertambah menjadi Rp 1,77 triliun dari sebelumnya Rp 1,619 triliun. Begitu juga pendapatan lain-lain sebesar Rp 387,65 miliar yang lebih baik dibanding Rp 326,49 miliar pada kuartal I 2017 lalu. [KRG]