Achmad Nawir dan Jay Idzes. (Foto: Sulindo/Ulfa Nurfauziah)

Sejarah sepak bola Indonesia tak lepas dari para pemimpinnya di lapangan, yakni para kapten yang menjadi simbol semangat, kepemimpinan, dan tanggung jawab. Dari era kolonial hingga zaman modern, posisi kapten Tim Nasional Indonesia terus berganti mengikuti dinamika generasi, pelatih, dan tantangan zaman. Mereka bukan hanya menjadi panutan rekan satu tim, tetapi juga representasi bangsa dalam setiap pertandingan.

Era Hindia Belanda

Tonggak awal kiprah Indonesia di kancah internasional dimulai pada tahun 1938, ketika Hindia Belanda tampil di Piala Dunia. Adalah Achmad Nawir yang mengemban tanggung jawab sebagai kapten pertama dalam sejarah, menandai era pembuka dalam daftar panjang pemimpin tim nasional.

Memasuki era pasca-kemerdekaan, nama Maulwi Saelan tercatat sebagai kapten pada tahun 1956, saat Indonesia tampil di Olimpiade Melbourne, sebuah pencapaian langka yang masih dikenang hingga kini. Di dekade berikutnya, giliran Soetjipto Soentoro yang memimpin dari 1965 hingga 1970.

Selanjutnya, nama Iswadi Idris menjadi sorotan karena menjabat sebagai kapten dalam dua periode, yakni 1970–1971 dan 1974–1980. Ia sukses membawa Indonesia meraih medali perak di SEA Games 1979, sebuah prestasi bergengsi kala itu. Di antara masa tersebut, Anwar Ujang sempat mengisi jabatan kapten dari 1971 hingga 1974.

Memasuki dekade 1980-an, tongkat estafet kepemimpinan berpindah ke Ronny Pattinasarany (1980–1985), dilanjutkan oleh Herry Kiswanto (1985–1987), dan kemudian Ricky Yacobi (1987–1990), yang membawa harum nama Indonesia di SEA Games 1987 dengan torehan medali emas dan perunggu pada 1989.

Era ini juga menjadi saksi kepemimpinan Ferryl Raymond Hattu, kapten tim emas SEA Games 1991 prestasi terakhir Indonesia meraih emas di ajang tersebut hingga saat ini.

Tahun-tahun berikutnya, Robby Darwis (1993–1995, 1997), Sudirman (1996), dan Aji Santoso (1998–2000) memimpin tim di tengah tantangan besar untuk mengangkat performa Merah Putih di level Asia Tenggara. Aji Santoso tercatat membawa Indonesia ke final Piala Tiger 2000.

Memasuki milenium baru, sejumlah nama mencuat: Bima Sakti (2001), Agung Setyabudi (2002–2004), dan Ponaryo Astaman (2004–2007). Masing-masing membawa karakter kepemimpinan yang berbeda dalam era transisi dan regenerasi skuad.

Sosok ikonik seperti Bambang Pamungkas (2008–2014), dengan caps terbanyak, kerap dipercaya sebagai kapten dan inspirasi di lapangan. Di masa ini pula muncul Elie Aiboy, dan Firman Utina yang menjadi kapten di Piala AFF 2010 meski saat itu berstatus wakil kapten.

Era 2010-an – Sekarang

Nama besar Boaz Solossa menjadi simbol semangat dan kepemimpinan pada 2014–2018. Ia sukses membawa Indonesia ke final Piala AFF 2016, meski harus puas menjadi runner-up.

Setelahnya, Evan Dimas mulai dikenal sebagai pemimpin baru generasi muda. Ia dipercaya menjadi kapten pada 2021 di awal masa kepelatihan Shin Tae-yong, terutama dalam kualifikasi Piala Dunia 2022.

Di masa kepelatihan Shin Tae-yong, peran kapten semakin fleksibel, bergantung pada kebutuhan taktis dan kondisi pemain. Fachruddin Aryanto (2022–2023) dipercaya menjadi kapten utama saat Evan mulai jarang dipanggil. Ia dikenal sebagai sosok senior yang tenang dan menjadi panutan.

Kemudian muncul Asnawi Mangkualam, yang secara resmi tercatat sebagai kapten utama dalam data FIFA, termasuk saat Indonesia berlaga di Piala Asia 2023. Kepemimpinannya yang energik dan vokal menjadikannya figur penting dalam skuad muda Indonesia.

Pada 2024, peran kapten beralih ke Jay Idzes, pemain naturalisasi yang menunjukkan kualitas kepemimpinan kuat di laga-laga penting, termasuk pada babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Meski pelatih Shin Tae-yong digantikan oleh Patrick Kluivert, kepercayaan pada Jay Idzes tetap dipertahankan, menandai konsistensi kepemimpinannya di level tertinggi.

Deretan Kapten Lain di Era Rotasi

Selain nama-nama utama, beberapa pemain sempat ditunjuk menjadi kapten dalam kondisi rotasi atau absennya kapten reguler. Mereka adalah:

Muhammad Rafli: Kapten saat laga uji coba melawan Afghanistan (2021).

Marc Klok: Menjadi pemimpin tim saat Fachruddin dan Asnawi tidak tersedia.

Rachmat Irianto dan Rizky Ridho: Keduanya sempat mengenakan ban kapten dalam beberapa laga penting.

Dari Achmad Nawir hingga Jay Idzes, daftar panjang kapten Timnas Indonesia mencerminkan bukan hanya sejarah panjang sepak bola nasional, tetapi juga wajah-wajah pemimpin yang menjadi simbol semangat Garuda.[UN]