Seiring berjalannya waktu, banyak cerita dan sosok dalam sejarah manusia berubah makna. Apa yang dulu dipuja bisa jadi ditakuti, dan yang dianggap suci bisa berbalik menjadi simbol kegelapan. Astaroth adalah salah satu sosok seperti itu, namanya menyimpan kisah yang penuh warna, dari dewi yang diagungkan hingga menjadi figur yang dipandang sebagai iblis.
Tapi siapa sebenarnya Astaroth? Apakah dia memang hanya makhluk jahat dari neraka, ataukah bayangan dari dewi kuno yang pernah dihormati dan disembah? Melalui kisahnya, kita diajak menelusuri bagaimana pandangan manusia tentang kebaikan dan kejahatan sering kali dibentuk oleh sejarah, budaya, dan keyakinan yang berganti-ganti.
Dalam bayang-bayang sejarah panjang manusia, sosok Astaroth berdiri sebagai figur penuh teka-teki dihormati sekaligus ditakuti. Bagi sebagian orang, ia adalah Adipati Agung Neraka, bagian dari trinitas jahat bersama Lucifer dan Beelzebub. Namun bagi sebagian lainnya, ia bukan iblis, melainkan jejak samar dari dewi yang pernah diagungkan: Astarte, Ratu Surga. Ketika agama-agama besar mulai memegang kekuasaan, batas antara dewa dan iblis menjadi kabur, dan Astaroth pun muncul dari persimpangan keyakinan dan waktu.
Dikutip dari laman mythology.net, nama Astaroth kerap disebut dalam teks-teks demonologi kuno, digambarkan sebagai makhluk bersayap bertanduk yang menunggangi binatang seperti naga dan menggenggam ular berbisa. Napasnya dikatakan sangat mematikan, sehingga siapa pun yang memanggilnya harus membawa cincin perak murni dan menahannya di bawah hidung agar terhindar dari maut. Namun, di balik penampakan yang menyeramkan itu, Astaroth diyakini memiliki kedalaman intelektual yang luar biasa. Ia bukan hanya pemimpin 40 legiun makhluk halus, tetapi juga bendahara Neraka, penasihat politik, dan pemberi pengetahuan tentang masa lalu, masa kini, hingga masa depan.
Uniknya, Astaroth meski dikategorikan sebagai iblis konon hanya bersedia membantu mereka yang berniat baik. Ia akan menolak memberi kekuatan kepada siapa pun yang datang dengan niat jahat. Bahkan dalam banyak catatan, Astaroth dianggap tidak sepenuhnya jahat. Ia digambarkan sebagai entitas yang jujur, bahkan gemar menceritakan kisah kejatuhannya dari surga. Dalam kisah-kisah itu, muncul narasi tentang penderitaan dan penyesalan bahwa ia tidak selayaknya dijatuhkan, bahwa vonis keiblisannya adalah bentuk ketidakadilan.
Namun kebenaran sejati mengenai Astaroth sulit ditemukan. Di satu sisi, ia adalah penggoda manusia yang memanipulasi logika dan mengajak pada kemalasan. Di sisi lain, ia adalah makhluk yang bersedia membagi hikmah dan menjadi penasihat, terutama dalam hal urusan politik dan bisnis. Di antara dua sisi ini, muncul dugaan mungkinkah ia sebenarnya Astarte yang diubah rupa oleh sejarah dan doktrin keagamaan?
Astarte adalah dewi kuno yang disembah di Mesopotamia, Fenisia, dan Kanaan. Ia dikenal sebagai dewi cinta, kesuburan, dan perang penuh pesona namun juga tangguh. Dalam banyak budaya, ia dipandang sebagai bentuk awal dari dewi Venus. Astarte memiliki banyak saudari seakar budaya, Inanna dari Sumeria, Ishtar dari Akkadia, bahkan Isis dari Mesir. Kesemuanya merupakan dewi yang kuat, penuh kebijaksanaan, dan sering dikaitkan dengan kehidupan dan kematian.
Kejatuhan Astarte dalam kepercayaan modern terjadi seiring munculnya agama-agama Abrahamik. Ia, yang dulunya disanjung, berubah menjadi simbol penipuan. Namanya diubah, maknanya dipelintir, dan ia pun diubah menjadi Astaroth, sebuah sosok yang harus ditakuti dan dijauhi. Sebagian teolog bahkan berpendapat bahwa sosok Perawan Maria dalam ajaran Kristen adalah bentuk adaptasi dari Astarte, dimunculkan untuk menggantikan peran dewi dalam masyarakat tanpa melibatkan penyembahan terhadap berhala. Tidak ada bukti bahwa ini benar, meskipun hal itu menimbulkan pertanyaan menarik.
Namun jejak Astarte tidak sepenuhnya hilang. Dalam praktik pemanggilan makhluk gaib, banyak yang melaporkan bahwa Astaroth tidak akan muncul kecuali dipanggil dengan nama Astarte. Mereka yang berhasil bertemu dengannya mengaku melihat sosok dewi, bukan setan. Di sisi lain, mereka yang mengklaim melihat Astaroth dalam wujud iblis bersikeras bahwa ia adalah makhluk penipu, menyamar demi menyesatkan umat manusia.
Polemik mengenai identitas Astaroth membuka lembaran yang lebih luas tentang bagaimana kekuasaan spiritual dan politik dapat mengubah figur ilahi menjadi musuh keyakinan. Siapa yang memiliki otoritas untuk menentukan apakah satu sosok adalah dewa atau iblis? Seperti Astaroth, banyak entitas dalam sejarah mitologi dunia yang nasibnya ditentukan oleh zaman dan penguasa.
Mitos Astaroth tidak hanya bicara soal kegelapan dan godaan, tetapi juga tentang bagaimana kekuatan, pengetahuan, dan kekuasaan ditafsirkan dalam bingkai moralitas manusia. Apakah Astaroth iblis yang licik, malaikat yang jatuh, atau dewi yang dikhianati, tidak ada satu pun jawaban yang pasti. Namun satu hal yang dapat disepakati: sosok ini terus menggugah rasa ingin tahu, menantang batas antara benar dan salah, terang dan gelap.
Di balik segala simbol dan wujudnya, Astaroth atau Astarte adalah cerminan dari betapa kompleks dan rapuhnya persepsi manusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi. Ia adalah pengingat bahwa sejarah bukan hanya ditulis oleh para pemenang, tapi juga ditandai oleh kehilangan termasuk hilangnya makna dari mereka yang pernah disembah sebagai ilahi. [UN]