Koran Sulindo – Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap 30 perusahaan asing dan orang-orang dari 10 negara yang dituduh terlibat dalam aktivitas proliferasi nuklir.
”Sanksi ini menggarisbawahi bahwa AS terus teratur menjatuhkan sanksi di bawah penguasa yang ada, terhadap entitas dan individu yang terlibat dalam aktivitas proliferasi dengan Iran, Korut, dan Suriah,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
Di situs webnya, Deplu AS menyatakan bahwa hukuman akan diberikan kepada entitas yang “mengirim, atau mendapatkan barang, jasa atau teknologi yang tercantum dalam daftar kontrol ekspor multilateral AS, atau daftar kontrol nasional AS, atau barang yang berkontribusi terhadap perkembangan senjata pemusnah massal dan misil”.
Sanksi itu diberikan antara lain kepada Pabrik Perbaikan Pesawat ke-150 milik Russian Helicopters, Aviaexport, Bazalt, Biro Desain Pembangunan Mesin Kolomna (KBM), Rosoboronexport (ROE), Akademi Perguruan Tinggi Aviasi Sipil Ulyanovsk (UVAUGA), Pusat Pelatihan Aviasi Sipil Ural (UUTsCA), dan Akademi Zhukovskiy dan Gagarin (Z&G).
Tak hanya perusahaan-perusahaan Rusia yang dijatuhi sanksi AS, entitas dari China, Korut hingga Uni Emirat Arab juga ikut terkena sanksi.
“11 entitas, sebagian besar dari China, terkena sanksi karena transfer khusus program rudal ke Iran,” kata Deplu AS, seperti dikutip Russia Today.
Sanksi akan berlaku selama dua tahun ke depan itu melarang departemen dan lembaga di AS membeli barang dan jasa dari perusahaan 10 negara itu, baik senjata maupun perlengkapan militer lainnya. Perusahaan yang terkena sanksi tidak akan mendapatkan bantuan ekspor, serta tidak bisa mendapatkan izin membeli barang yang terdaftar dalam kontrol ekspor AS.
Kementerian Luar Negeri Rusia, melalui juru bicaranya Maria Zakharova, mengaku kecewa dengan keputusan AS memberlakukan sanksi terhadap 8 perusahaan Rusia itu. Langkah AS tersebut dinilai tidak sesuai dengan pernyataan Washington terkait prioritas mereka melawan para teroris dan markas mereka di Suriah.
“Keputusan pemerintah AS untuk memberlakukan sanksi terhadap beberapa perusahaan Rusia, termasuk yang berada di industri konstruksi pesawat dan spesialis pelatihan aviasi, menghasilkan kekecewaan,” kata Maria, seperti yang dikutip dari lama berita TASS, Senin (26/3) waktu setempat.
“Sanksi terbaru ini tentu saja tidak menciptakan masalah serius yang baru untuk kami, tapi AS tidak menjelaskan alasan pemberiannya sama sekali. Mereka hanya mengumumkan bahwa mereka mengacu pada undang-undang yang melarang mereka bekerja sama dengan Iran dan Suriah,” ujar sang diplomat.
Pemerintah AS, menurutnya, “lebih percaya pada mereka yang berkepentingan untuk menghancurkan kerja sama Rusia-AS secara bertahap”. [NOR]