Presiden ADB Takehiko Nakao di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)/setkab.go.id-Jay

Koran Sulindo – Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menilai pelemahan mata uang rupiah terlalu berlebihan dan tidak menunjukkan nilai fundamentalnya.

“Itu karena sentimen spekulatif, karena efek kebijakan cadangan federal (Bank Sentral AS), dan beberapa masalah karena alasan lain, maksud saya dalam ekonomi makro yang muncul,” Presiden ADB, Takehiko Nakao, usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi)  di sela-sela acara Annual Meetings IMF-World Bank Group, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, seperti dikutip setkab.go.id.

Menurut Nakao, secara umum kondisi ekonomi makro Indonesia sangat kuat dengan tingkat pertumbuhan lebih dari 5%,  di atas pertumbuhan internasional sebesar 3%.

“Mereka mengatur kondisi makro ekonomi yang stabil,” kata Nakao.

Rupiah terperosok ke titik 15.265 per dolar AS, terlemah sepanjang 20 tahun terakhir, pada Kamis (11/10/2018) kemarin. Namun hari ini ditutup menguar tip[is ke angka 15.200 per dolar AS.

Pinjaman Darurat

Mengenai pertemuannya dengan Presiden Jokowi, Presiden ADB mengakui menawarkan bantuan pinjaman sebesar 1 miliar dollar AS untuk penanganan gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

“Jadi, 5 ratus juta dukungan anggaran, dan 5 ratus juta dukungan proyek untuk air, sanitasi, listrik, jembatan, sekolah dan sebagainya,” katanya.

ADB kemungkinan akan menambah pinjaman itu menjadi 2 miliar dollar AS, namun akan diproses dulu di dalam dewan direktur ADB.

“Kami perlu persetujuan dewan untuk ini, tetapi kami ingin memproses pinjaman ini dengan cepat,” kata Nakeo.

Bantuan ini di luar dari program pinjaman reguler ADB bagi Indonesia, yang rata-rata mencapai US$2 miliar setiap tahunnya.

Pinjaman bantuan darurat ADB akan dikoordinasikan dengan pemerintah, masyarakat yang terdampak, dan para pemangku kepentingan lainnya, serta diproses secara cepat untuk dapat segera disetujui Dewan Direktur ADB.

Pinjaman tersebut akan memiliki ketentuan khusus berupa masa tenggang 8 tahun dan masa pembayaran kembali selama 32 tahun, lebih lama daripada biasanya.

ADB juga akan memberi bantuan teknis guna mendukung kajian kebutuhan kerusakan yang dipimpin pemerintah dan perencanaan pemulihan serta rekonstruksi.

Pada Senin (8/10/2018), ADB menyetujui hibah darurat senilai $3 juta yang berasal dari Dana Tanggap Bencana Asia Pasifik (Asia Pacific Disaster Response Fund) ADB untuk mendukung upaya pemberian bantuan dengan segera di Sulawesi Tengah (Sulteng).

ADB didirikan pada 1966 dan kini memiliki 67 negara sebagai anggota. Pada 2017, operasi ADB mencapai US$32,2 miliar, termasuk US$11,9 miliar dalam bentuk pembiayaan bersama atau kontijensi. [DAS]