Presiden Suriah Bashar al-Assad [Foto: southfront.org]

Koran Sulindo – Perang yang melanda Suriah nampaknya akan menemukan titik akhir. Enam tahun diterpa konflik, ratusan ribu orang tewas dan menyebabkan jutaan orang menjadi pengungsi, Presiden Bashar al-Assad kini menyatakan siap berunding dengan pihak oposisi.

“Kami siap menegosiasikan semuanya,” kata Assad kepada media asing dari Prancis seperti dikutip southfront.org pada Senin (9/1).

Assad mengatakan, pihaknya siap mundur dari kursi kepresidenan ketika oposisi menyinggung hal tersebut dalam perundingan. Ia akan tetapi meminta oposisi untuk tetap merujuk konstitusi mengenai kedudukannya sebagai presiden. Jika oposisi membahas hal tersebut, maka rujukannya adalah konstitusi, kata Assad.

Assad sungguh berharap konflik Suriah segera dapat dihentikan. Kendati perang yang kini terjadi di Suriah bertujuan baik dan mulia terutama untuk mempertahankan tanah air, tapi tetap saja berdampak buruk serta menimbulkan korban jiwa.

Sementara itu, laporan independent.co.uk menyebutkan Assad akan mempertimbangkan pengunduran dirinya dalam sebuah pemilihan umum Suriah jika oposisi setuju melakukan pembicaraan damai yang dimulai pada akhir bulan ini. Gencatan senjata yang sudah disepakati sejak Desember lalu belum bisa menjadi pegangan karena kedua belah pihak masih kerap saling menyerang.

Perundingan damai direncanakan akan diselenggarakan di Astana, Kazakhstan sebelum akhir Januari. Perundingan ini difasilitasi Rusia dan Turki. Kendati demikian, belum ada waktu pasti untuk perundingan itu.

Oposisi menuding proses negosiasi sempat dibekukan pekan lalu oleh pemerintah. Pasalnya, kelompok pemberontak dituding berulang kali melanggar kesepakatan gencatan senjata sehingga memaksa tentara pemerintah Suriah untuk melawan serangan oposisi.

Assad membela pasukannya yang ingin merebut kendali atas lembah Wadi Barada dekat Damaskus, yang diduduki pemberontak. Hal yang sama disebutkan Assad ketika berhasil merebut kendali atas kota Aleppo sebagai bagian dari cara mengakhiri konflik di Suriah.

Pembebasan Aleppo tidak hanya untuk Suriah, tapi mereka yang ikut berpartisipasi seperti Iran dan Rusia dalam melawan teroris. PBB berulang kali mencoba menengahi konflik yang terjadi di Suriah. Namun, usaha lembaga dunia itu selalu saja gagal.

Setelah Suriah dan sekutunya berhasil membebaskan Aleppo, PBB justru menuduh Assad dan sekutunya membantai warga sipil. Padahal, kota itu dan berbagai fasilitasnya seperti sekolah serta rumah sakit telah menjadi basis kelompok pemberontak selama ini. [KRG]