Tentara Inggris dan Jerman berbaur selama Gencatan Senjata Natal tahun 1914. (Sumber: World War I Centennial Commission)

Perang Dunia 1 merupakan konflik bersenjata antara dua pihak. Blok Entente dipimpin oleh Prancis, Rusia, Kerajaan Inggris, Italia, dan Amerika Serikat, melawan Blok Sentral yang dipimpin oleh Kekaisaran Jerman, Austria-Hungaria, Bulgaria, dan Ottoman. Perang ini dimulai pada 28 Juli 1914 dan berakhir pada 11 November 1918.

Banyak peristiwa yang terjadi selama Perang Dunia 1. Salah satu peristiwa yang paling terkenal dan banyak dikisahkan terjadi pada 24 Desember 1914. Di No Man’s Land atau tanah tak bertuan, terjadi gencatan senjata mendadak antara pasukan Inggris dengan pasukan Jerman.

Istilah No Man’s Land digunakan selama Perang Dunia 1 untuk mendeskripsikan tanah terlantar di antara dua sistem parit pasukan, yang tidak dikendalikan oleh kedua belah pihak. Gencatan Senjata Natal antara Inggris dan Jerman pada tahun 1914 menjadikan istilah tersebut umum digunakan, dan muncul terus-menerus dalam komunike resmi, laporan surat kabar, jurnal, dan surat para anggota Pasukan Ekspedisi Inggris (BEF).

Kronologi Christmas Truce

Peristiwa itu terjadi pada siang hari, tanggal 24 Desember 1914. Baku tembak antara Pasukan BEF dan pasukan Jerman mendadak berhenti sepenuhnya, padahal jarak antara keduanya hanya sekitar 300 yard. Para tentara Inggris mendengar pasukan Jerman di parit seberang mereka menyanyikan lagu-lagu Natal dalam bahasa Jerman, seperti Malam Kudus, dan lagu-lagu patriotik.

Setelah lagu-lagu selesai dinyanyikan, pasukan Inggris bertepuk tangan dan membalas dengan menyanyikan The First Noel. Beberapa di antara mereka melihat lentera, lilin, dan pohon cemara kecil di sepanjang parit Jerman. Kedua pihak lalu saling meneriakkan ucapan selamat Natal.

Seorang tentara Jerman lalu berkata dalam bahasa Inggris dengan aksen Jerman yang kental, “Tomorrow you no shoot, we no shoot. Besok kalian jangan menembak, kami pun tidak akan menembak.”

Saat pagi tiba, kedua belah pihak tidak saling menembak. Pasukan Inggris mulai menjulurkan kepala, mereka melihat seorang tentara Jerman berdiri dan melambaikan tangannya.

Setelah beberapa lagu Natal lainnya, pasukan BEF mendengar seorang tentara Jerman yang lain berkata, “Meet us and come over in no man’s land. Temui kami dan datanglah ke tanah tak bertuan.”

Perlahan, kedua pasukan keluar dari parit dan bertemu di No Man’s Land yang dipenuhi kawat berduri. Mereka saling bejabat tangan dan dengan ramah, bertukar lagu, tembakau, makanan, anggur, dan suvenir, lalu berfoto bersama, dan bermain sepak bola, di mana Jerman menang dengan skor 3-2. Ada juga yang bekerja sama mengubur tentara-tentara yang tewas. Seseorang dari pasukan Inggris bahkan mendirikan tempat pangkas rambut darurat dan meminta bayaran beberapa batang rokok dari orang Jerman untuk setiap potong rambut.

Momen mengharukan itu dikenal sebagai Christmas Truce atau Gencatan Senjata Natal. Peristiwa tersebut sebelumnya diawali dengan pengumuman dari Paus Benedictus XV, yang meminta “agar senjata-senjata dapat berdiam setidaknya pada malam ketika para malaikat bernyanyi”.

Seolah mendukung pengumuman Paus, Kaisar Jerman William II mengirim Tannenbäume (pohon Natal) ke garis depan untuk meningkatkan moral pasukan.

Banyak orang Jerman bekerja di Inggris sebelum perang, jadi mereka memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Ini memudahkan komunikasi antara kedua kelompok selama Christmas Truce. Pasukan Saxon khususnya dianggap berjasa karena memulai dialog dengan pasukan Inggris.

Christmas Truce tidak terjadi di satu medan perang saja. Dimulai pada Malam Natal, beberapa pasukan Prancis, Jerman, Belgia, dan Inggris mengadakan gencatan senjata dadakan di beberapa titik di Front Barat. Gencatan Senjata Natal paling sukses terjadi di daerah di mana pasukan Inggris berhadapan dengan resimen Saxon. Beberapa laporan menyebutkan bahwa beberapa gencatan senjata tidak resmi ini tetap berlaku selama beberapa hari.

Sejumlah orang dari pasukan Inggris memberi kesaksian mengenai Christmas Truce, menyebut bahwa momen itu sangat indah sekaligus aneh, layaknya mimpi. Mereka mengatakan bahwa pasukan Jerman sama sekali tidak agresif, beberapa bahkan menyatakan ketidaksukaan terhadap perang.

Christmas Truce baru diberitakan oleh media beberapa minggu setelahnya. Jumlah tentara yang berpartisipasi masih diperdebatkan, karena gencatan senjata itu berskala kecil, terjadi secara serampangan, dan sama sekali tidak sah. Tapi sebuah artikel majalah Time memperkirakan setidaknya sebanyak 100.000 orang ikut serta.

Reaksi Negatif

Sayangnya, para pemimpin militer dari kedua negara tidak menyukai Gencatan Senjata Natal. Justru sebaliknya, mereka merasa ngeri karena khawatir itu akan mengikis keinginan pasukan mereka untuk bertempur dan merusak upaya perang. Sambil memberi ancaman pengadilan militer, mereka memerintahkan agar para tentara berhenti bersahabat dengan musuh.

Setidaknya ada satu kisah yang menceritakan bagaimana Gencatan Senjata Natal berakhir dengan buruk. Salah satu prajurit Inggris bernama Percy Huggins disebut sedang bersantai di No Man’s Land bersama tentara Jerman ketika seorang penembak jitu secara tiba-tiba menembak kepalanya. Sersan yang ditugaskan untuk menggantikan Huggins berniat membalas kematiannya, tetapi dia juga terbunuh.

Adolf Hitler, yang kala itu berusia 25 tahun, bahkan ikut mengecam Gencatan Senjata Natal. Dia memarahi rekan-rekan prajurit di resimennya dengan berkata, “Hal seperti itu tidak boleh terjadi di masa perang. Apakah kalian sudah tidak punya rasa hormat sebagai orang Jerman?”

Hasilnya, secara bertahap tembakan mulai terdengar lagi di beberapa tempat. Pada Natal berikutnya, rentetan tembakan senapan mesin sengaja diatur waktunya untuk meredam suara nyanyian lagu Natal guna mencegah gencatan senjata serupa terjadi lagi. [BP]