Kisah Vlad sang Penyula atau Vlad Dracula telah berulang kali diadaptasi dalam berbagai cerita dan film horor. (Sumber: Wikimedia Commons)
Kisah Vlad sang Penyula atau Vlad Dracula telah berulang kali diadaptasi dalam berbagai cerita dan film horor. (Sumber: Wikimedia Commons)

Para penggemar genre horor dari seluruh dunia tentunya sudah tidak asing lagi dengan vampir. Kisah mengenai makhluk penghisap darah yang takut pada bawang putih dan perak ini tidak lepas dari popularitas novel Dracula karya Bram Stoker.

Karakter Count Dracula, vampir dari Transylvania yang dikisahkan dalam novel ini, sering dianggap terinspirasi oleh seorang pangeran Wallachia dari abad ke-15, yaitu Vlad III. Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai Vlad si Penyula karena kegemarannya dalam menyula musuh-musuhnya yang ada di dalam dan luar negeri.

Vlad III lahir pada November 1431, di Sighișoara, Transylvania (sekarang di Rumania). Dia adalah anak kedua dari empat bersaudara yang lahir dalam keluarga bangsawan. Ayahnya, Vlad II Dracul, adalah anak tidak sah dari Mircea I dari Wallachia. Ibunya kemungkinan besar adalah putri Alexander I dari Moldavia.

Vlad II adalah anggota Ordo Naga, sebuah ordo kesatria monarki yang didirikan oleh Raja Sigismund dari Hungaria pada tahun 1408 untuk membela Eropa Kristen melawan Kekaisaran Ottoman. Simbol Ordo tersebut adalah seekor naga dan pada saat itu kata “Dracul” berarti naga. Karena keanggotaannya dalam ordo tersebut, Vlad II disebut Vlad Dracul atau Putra Naga. Oleh karena itu, Vlad III juga disebut dengan nama yang sama: Vlad Dracul atau Dracula.

Vlad III muda menghabiskan tahun-tahun pertama hidupnya di kota Saxon Sighişoara bersama keluarganya. Keluarganya pindah ke Târgoviște, Walachia, pada tahun 1436 ketika Vlad II mengambil alih kepemimpinan voivodate (kerajaan) Walachia.

Ketika Vlad III berusia 11 tahun, ayahnya menolak mendukung invasi Ottoman ke Transylvania pada bulan Maret 1442. Sultan Murad II memerintahkannya datang ke Gallipoli untuk membuktikan kesetiaannya. Dia berangkat bersama Vlad III dan saudaranya, Radu. Namun begitu mereka tiba, mereka semua dipenjara.

Pada akhir tahun, Vlad II dibebaskan, sementara kedua putranya disandera untuk menjamin kesetiaannya kepada Ottoman.

Kedua bersaudara itu dilatih di Benteng Egrigoz oleh Kekaisaran Ottoman untuk menjadi prajurit yang terampil dalam kondisi keras di Dataran Tinggi Anatolia yang kering. Kekaisaran Ottoman ingin membentuk kedua pangeran ini sesuai budaya mereka sehingga ketika tiba saatnya bagi mereka untuk memerintah Wallachia, mereka tidak akan memberontak terhadap Kekaisaran.

Seiring berjalannya waktu, Radu, yang kemudian dikenal sebagai Radu si Tampan, menjadi sangat dekat dengan Sultan Mehmed II. Muak dengan kedekatan itu, dan karena kebenciannya terhadap Kekaisaran Ottoman terus tumbuh, Vlad III mencari perlindungan dengan mempelajari seni pertempuran. Dia menjadi ahli dalam menggunakan yataghan dan tombak.

Karena selama bertahun-tahun Ottoman dengan kejam menghancurkan keluarganya dan masa mudanya, Vlad III bertekad melakukan segala cara agar bisa menjadi penguasa Wallachia dan menghancurkan Ottoman.

Vlad III dibebaskan pada tahun 1447, tapi ayahnya dan kakak laki-lakinya Mircea dibunuh atas perintah Iancu dari Hunedoara. Kematian mereka membuat Vlad III bersumpah akan membalas dendam.

Menguasai Wallachia

Vlad III memerintah Walachia sebanyak tiga kali. Pemerintahannya yang pertama adalah pada tahun 1448 dan hanya berlangsung selama enam bulan karena dia tidak memiliki dukungan kuat dari kaum bangsawan. Dia dengan cepat diusir oleh penguasa sebelumnya, Vladislav II, saat baru berusia 17 tahun.

Selama masa pengasingan, Vlad III berpindah-pindah tempat di Kekaisaran Ottoman dan Moldavia.

Pada suatu waktu selama periode ini, Vlad III berpindah pihak dalam konflik Ottoman-Hongaria, dan memperoleh dukungan militer dari Hongaria. Vladislav II juga mengubah kesetiaannya dan bergabung dengan Turki, memicu bentrokan antara kedua penggugat takhta Walachia.

Delapan tahun setelah pengasingannya, Vlad III bertemu Vladislav II di pinggiran Targoviste pada tanggal 22 Juli 1456, dan memenggalnya dalam pertempuran jarak dekat. Lantas Vlad III kembali menjadi pangeran sekaligus gubernur (voivodat).

Pemerintahannya yang kedua adalah yang terpenting karena berlangsung paling lama, yakni dari tahun 1456 hingga 1462. Ini adalah periode ketika Vlad III menegaskan dirinya sebagai pemimpin yang berani dan tak kenal ampun.

Selama masa kekuasaannya, Walachia mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa di tengah banyak pertempuran. Vlad III berhasil membebaskan para petani dan pengrajin Walachia dari upeti yang biasa mereka bayarkan kepada Kekaisaran Ottoman.

Wallachia juga menjadi tempat yang sangat aman karena Vlad III menerapkan hukuman mati dengan cara yang kejam, yaitu penyulaan. Terkait pemerintahan, sang pangeran memilih sendiri rakyat jelata, bahkan orang asing, untuk menduduki jabatan publik. Dia memberhentikan dan mengeksekusi pejabat barunya sesuka hati, namun bukan tanpa alasan. Dia menyula siapapun yang berani menentang atau berbohong kepadanya.

Atas kekejamannya, pangeran Vlad III dijuluki Vlad Ţepeş atau Vlad sang Penyula.

Ada legenda yang menceritakan bagaimana Vlad sang Penyula ingin menguji kejujuran salah seorang bangsawannya. Dia memerintahkan seseorang untuk merampok 50 koin emas dari bangsawan itu. Keesokan harinya, si bangsawan datang kepada Vlad III untuk mengadu, tetapi dia mengatakan bahwa dia kehilangan 100 koin emas, bukan 50. Dengan cara ini, Vlad III segera mengetahui siapa saja bangsawan yang serakah dan berbohong.

Tidak hanya menghabisi bangsawan yang tidak bisa dipercaya, Vlad III melakukan kampanye besar-besaran untuk “membersihkan” negara dari semua pencuri, pembunuh, pemerkosa, dan pengemis. Satu cerita yang paling mewakili kampanye ini adalah tentang piala emas terkenal dari air mancur umum yang digunakan secara bebas oleh semua orang tetapi tidak pernah dicuri selama masa kepemimpinan Vlad III.

Dia juga tidak melupakan bagaimana para bangsawan boyar membunuh ayah dan kakak laki-lakinya. Pada tahun 1459, dia mengundang 200 orang dari mereka ke sebuah perjamuan Paskah yang besar. Di sana, dia memerintahkan penikaman para wanita dan orang tua. Kemudian para pria dipaksa bekerja sebagai budak. Banyak dari para pekerja ini meninggal karena kelelahan saat membangun Kastil Poenari, yang menjadi salah satu tempat tinggal favorit Vlad III.

Namun kekejaman Vlad sang Penyula juga dianggap sebagai kelemahan. Para pedagang Saxon yang pendendam dan keturunan-keturunan mereka menggambarkan Vlad III sebagai seorang sadis yang biasa meminum darah musuh-musuhnya, menghibur dengan menyiksa orang, dan menikmati menyajikan makanan sambil menonton mayat digantung di menara. Mereka juga menuduh Vlad III memakan daging manusia, yang merupakan penghinaan besar bagi seorang penguasa Kristen Ortodoks seperti dirinya.

Semua tuduhan dan penggambaran yang kejam ini dimaksudkan untuk mendiskreditkan Vlad III sekaligus membuat seluruh Eropa jijik akan dirinya. Namun tidak seorang pun dapat memastikan apakah tuduhan-tuduhan itu sepenuhnya salah atau tidak.

Perang dengan Ottoman

Pada tahun 1459, Mehmed II mengirim kedutaan kepada Vlad III untuk meminta upeti sebesar 10.000 dukat dan 300 anak laki-laki. Ketika para diplomat menolak untuk melepas serban mereka, Vlad sang Penyula memberi penghormatan atas pengabdian mereka dengan memakukan topi mereka ke kepala mereka.

Dua tahun kemudian, orang-orang Turki menawarkan untuk bertemu Vlad sang Penyula untuk berunding damai, namun pada kenyataannya mereka bermaksud untuk menyergapnya. Vlad III menanggapi dengan menyerbu wilayah kekuasaan Turki di selatan Danube.

Pertempuran paling terkenal antara Vlad III dan Mehmed II terjadi pada tahun 1462. Kala itu, pasukan Ottoman yang besar yang terdiri dari lebih dari 250.000 orang dikalahkan oleh pasukan Vlad III yang hanya terdiri dari 30.000 orang termasuk anak laki-laki. Kekalahan itu disebabkan oleh banyak serangan malam tak terduga yang menghancurkan sumber makanan dan meracuni sumur air.

Selama perang dengan Ottoman, Vlad III menyula lebih dari 23.000 tahanan beserta keluarga mereka dan memajang mereka di sepanjang rute musuh di luar kota Târgoviște. Pemandangan itu begitu mengerikan sehingga Mehmed II, setelah melihat “hutan” orang mati tersebut, berbalik dan berbaris kembali ke Konstantinopel.

Dipenjara dan Terbunuh

Bangsa Turki akhirnya menang karena para bangsawan Walachia membelot ke Radu, saudara Vlad III. Radu menjamin kaum aristokrat bahwa dengan berpihak pada Ottoman, mereka akan mendapatkan kembali hak istimewa yang telah dirampas Vlad III dari mereka. Radu menarik dukungan dari penduduk Rumania yang sudah lelah dengan Vlad sang Penyula yang haus darah.

Kekuasaan, uang, dan pasukan Vlad III surut sedemikian rupa sehingga Matthias I dapat memenjarakannya pada tahun 1462. Dia pertama kali dipenjara di kota Belgrade (sekarang Alba Iulia di Rumania). Tak lama kemudian, Vlad III dibawa ke Visegrád. Dia menetap di penjara di sana selama dua belas tahun, mulai dari 1463 hingga 1475.

Setelah tahun-tahun yang panjang itu, Matthias Corvinus mengakui Vlad III sebagai pangeran sah Wallachia dan membebaskannya. Tetapi dia tidak memberi Vlad III bantuan militer untuk merebut kembali wilayah kekuasaannya.

Pada tanggal 26 Juli 1476, Mehmed II menyerbu Moldavia dan mengalahkan Stephen yang Agung dalam Pertempuran Valea Alba. Sebagai balasannya, Vlad III bersama dengan Stephen Batory, menyerang Moldavia dan memaksa sultan untuk membatalkan pengepungannya terhadap Benteng Neamt. Pada tahun itu, Matthias Corvinus memerintahkan bangsa Saxon dari Transylvania untuk mendukung invasi Stephen Bathory ke Wallachia bersama dengan Stephen yang Agung.

Pada bulan Oktober, Vlad sang Penyula dan Stephen yang Agung menegaskan aliansi mereka dan menduduki Bukares. Ini memaksa pangeran Wallachia Basarab Laiota untuk melarikan diri ke Kekaisaran Ottoman. Tapi pada bulan Desember, Basarab Laiota menyerbu Wallachia dengan dukungan dari Kekaisaran Ottoman. Vlad III menderita kekalahan yang brutal dalam pertempuran ini. Saingannya menyergap dan memenggalnya. Menurut sebagian besar catatan, kepalanya dikirim ke Mehmed II di Konstantinopel untuk dipajang di atas gerbang kota.

Orang Rumania mengingat Vlad sang Penyula sebagai seorang pemimpin yang adil, pemberani, dan sangat cerdas. Meskipun dia menggunakan metode hukuman yang kejam, dia sangat dihormati oleh rakyatnya. Namanya akan terus dikenang karena novel Dracula. [BP]