Di salah satu lorong panjang di sisi Barat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, belasan gerobak dagang hampir semuanya diisi pedagang kaki lima. Gerobak-gerobak itu disediakan Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Selatan. 

Penampakan itu bukan lagi memperlihatkan pedagang kaki lima yang kerap kita temui di pinggir jalan. Namun, mereka pedagang kaki lima yang telah mendapat sejumlah gerobak dengan “wajah” berbeda dibanding sebelumnya.

Gerobak-gerobak itu sengaja ditempatkan tepat di samping Stasiun Tebet untuk memudahkan pedagang menjajakan produknya. Juga, agar mereka lebih nyaman berdagang. Penyediaan gerobak itu termasuk salah satu bagian dari penataan “wajah baru” Stasiun Tebet yang diintegrasikan dengan berbagai moda transportasi di DKI.

Setiap gerobak, dimanfaatkan oleh dua pelaku UMKM sekaligus. Pemanfaatannya dibuat berjadwal. Jadwal pertama berlaku dari pukul 06.00 WIB-14.00 WIB, lalu jadwal kedua pukul 14.00 WIB hingga 21.00 WIB.

Nasrul, salah satu pedagang yang telah menempati gerobak itu, menjadi saksi nyata bagaimana dia menjajal tempat itu untuk memasarkan produknya kepada warga. Bila dulu Nasrul berada di tengah terik matahari dan melintasi hari-harinya dengan berdiri, kini dia hanya melakukan itu bila ada yang melintas di depannya. Itu pun tak lama ia berdiri.

Tampaknya, ia tak lagi melakukan banyak upaya untuk memasarkan dagangannya. Pasalnya, integrasi stasiun dengan beberapa moda transportasi telah memudahkan mereka melihat pengunjung. Kendati saat ini masih belum banyak pembeli berkunjung, ia tak kecewa. Bahkan meskipun mereka datang hanya melihat-lihat atau sekadar mengobrol saja.

Sebaliknya, ia merasa sumringah ketika warga mengajak bercerita bersamanya. “Sebelumnya saya berdagang di sana di bawah jembatan. Tapi, sekarang Alhamdulillah sudah dikasih tempat yang bagus, sehingga kita lebih nyaman dan manusiawi berjualan,” katanya saat ditemui di kawasan Stasiun Tebet.

Nasrul yang mendapat jadwal berdagang shift pertama dari pukul 06.00-14.00 WIB begitu mengharapkan keadaan Stasiun Tebet yang kini terintegrasi dengan berbagai moda transportasi. Hal itu disebutnya akan memacu ekonomi sekitar agar semakin menggeliat.

Apalagi, pria berusia 56 tahun ini bersama rekan-rekannya sudah lama tak menghasilkan pendapatan yang cukup karena wabah pandemi COVID-19. “Tinggal sekarang pengunjungnya saja, semoga semakin banyak yang datang karena sudah terintegrasi di sini,” katanya seraya mengharap hal itu segera tiba.

Di sisi kanan Nasrul, salah satu pedagang lainnya, Cahya Budiman (35) telah menempati lokasi binaan Suku Dinas PPKUKM Jakarta Selatan itu sejak tiga hari lalu. Serupa dengan Nasrul, ia juga tak berlaku banyak saat berjualan. Kendati telah tiga hari menjalankan dagangannya di tempat baru itu, ia belum merasakan geliat ekonomi seperti yang diharapkan.

Walau demikian, ia urung patah arang. “Tetap bersabar,” celetuknya. Mungkin relokasi pedagang sedikit menjadi pemicunya. Bisa saja hal itu juga membuat pengunjung tak mengetahui keberadaan mereka. Karenanya, dia mengatakan masih perlu waktu bagi pengunjung untuk mengetahuinya.

Dalam beberapa waktu kedepan, dia yakin pembeli akan berdatangan ke tempat jualannya dan para pedagang lainnya. Hanya menunggu waktu, katanya. “Langganan juga banyak yang belum tahu, karena kan sebelumnya kita berdagang bukan di sini,” kata pria yang menjajakan aneka jualan minuman itu.

Menjadi perhatian​

Kondisi Nasrul dan Cahya hanya sekelumit alasan mengapa pelaku UMKM mesti diperhatikan. Setuju atau tidak saat ini mereka telah menjadi salah satu bagian pemulihan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah di tengah pandemi Covid-19.

Sejumlah upaya pun telah diputuskan untuk mempertahankan geliat ekonomi dari mereka. Kendati pandemi belum sepenuhnya mereda, pemerintah mengambil langkah guna memacu ekonomi mereka.

Penataan Stasiun Integrasi Tebet yang baru diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Rabu menjadi salah satu strateginya. Sebanyak 72 pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) binaan Suku Dinas PPKUKM Jakarta Selatan pun langsung menempati lorong yang telah disediakan di sisi Barat dan Timur Stasiun.

Mereka itu termasuk bagian dari penataan Stasiun Integrasi Tebet. Strategi itu pun tampaknya bakal memulihkan kondisi mereka. Pasalnya, jumlah pengunjung diprediksi bakal semakin bertambah seiring integrasi moda transportasi di sana.

 Tingkatkan penumpang

Lantas bagaimana memulihkan UMKM tersebut? Salah satunya adalah lewat kunjungan penumpang. Karena itu perlu peningkatan jumlah penumpang pada integrasi moda transportasi tersebut. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengharapkan demikian, agar penataan itu dapat memacu warga untuk menaiki transportasi publik.

Ia menuturkan bahwa penggunaan transportasi umum menjadi pilihan yang rasional karena lebih terjangkau dari segi biaya dan jarak. Tidak hanya itu, dia mengungkapkan bahwa transportasi publik juga lebih dan dapat diprediksi waktu tibanya dibanding kendaraan pribadi. “Kami berharap pengintegrasian ini akan lebih banyak lagi warga yang merasakan bahwa naik kendaraan umum itu adalah pilihan rasional,” kata Anies.

​​Selain karena terjangkau, transportasi publik juga jauh lebih membuat masyarakat menjadi lebih produktif karena melakukan aktivitas di dalam kendaraan. VP Public Relations Kereta Api Indonesia Joni Martinus mendukung integrasi transportasi tersebut karena mempermudah masyarakat mengakses transportasi umum.

Konektivitas antar moda yang baik diharapkan meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum. “Penataan kawasan stasiun ini akan meningkatkan aksesibilitas para pengguna KRL saat akan menuju atau tiba di stasiun,” ujar Joni.

Setelah ditata, kawasan stasiun menjadi lebih teratur dan dilengkapi integrasi antarmoda yang baik. Dengan begitu, harapannya jumlah pengguna akan semakin meningkat yang dibarengi dengan meningkatnya kunjungan di gerai pedagang sehingga pemulihan sektor UMKM di tengah integrasi moda transportasi itu dapat tercapai.

Pemulihan UMKM

Pemerintah Kota Jakarta Selatan juga meyakini hal demikian. “Wajah baru” stasiun yang dulunya kumuh dan tidak tertata itu akan mampu mengangkat ekonomi sekitar. Karena bagaimanapun, penataan tak hanya ditujukan mengurai kemacetan. Akan tetapi juga mengurai kemunduran pelaku UMKM. “Tebet dalam hal ini, Jakarta Selatan dipandang mampu mengintegrasikan moda termasuk UMKM,” kata Pelaksana tugas Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji.

Stasiun Integrasi Tebet ini diharapkan menjadi percontohan bagi stasiun lainnya. Yang tak hanya tampilannya juga karena memacu geliat ekonomi di sekitarnya. Para pedagang yang biasanya berjualan di sekitar stasiun, kini sudah memiliki tempat khusus di dalamnya.

Masyarakat yang menggunakan moda commuter line dan ingin menggunakan TransJakarta dan Mikro Trans ke berbagai rute semakin dimudahkan. Warga yang ingin menggunakan layanan transportasi ojek daring juga dimudahkan dengan adanya tempat khusus bagi tukang ojek pangkalan.

Keberadaan itu diharapkan membuat semakin banyak warga DKI beralih menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi sehingga memacu geliat ekonomi para pelaku UMKM lewat integrasi transportasi itu. (Sihol Mulatua Hasugian/Antara)