Koran Sulindo – Setidaknya 68 orang dinyatakan tewas dan ribuan orang terpaksa mengungsi akibat bencana banjir dan tanah longsong di Sulawesi Selatan. Data resmi menyebutkan sekitar 6.700 orang dari 14 desa telah berhasil dipindahkan dan sekarang berada di tempat penampungan sementara seperti sekolah, tenda dan masjid.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan, Syamsibar mengatakan, jumlah pengungsi meningkat dua kali lipat dibanding hari Jumat (25/1) lalu. Itu karena BPBD telah berhasil membuka akses ke kabupaten-kabupaten yang sebelumnya sulit untuk dijangkau.
Dari jumlah itu, 6 orang masih dinyatakan hilang. Sebagian pengungsi disebut telah mulai pulang dan membersihkan rumah mereka karena hujan deras telah berhenti. Kabupaten Gowa, kata Syamsidar, adalah daerah yang paling parah terkena bencana. Di sana jumlah orang tewas mencapai 45 orang.
Seperti diberitakan Channel News Asia pada Sabtu (26/1), pemerintah daerah Gowa telah mendirikan dapur umum dan klinik kesehatan darurat untuk para pengungsi. Bantuan juga sudah mulai mengalit ke daerah-daerah yang terkena bencana banjir dan longsor itu.
Disebutkan Syamsidar, air banjir sudah mulai surut sehingga perlahan-lahan transportasi mulai kembali normal. Bencana banjir dan longsor acap melanda Indonesia terutama selama musim penghujan periode Oktober hingga April.
Bencana banjir bandang dan tanah longsor pada tahun lalu juga menghantam Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Puluhan dan belasan orang dinyatakan tewas di tiap-tiap wilayah itu. Pada 2016, masih di Jawa Tengah, bencana banjir dan longsor juga terjadi sehingga menghantam beberapa desa dan menewaskan sekitar 50 orang.
Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah cincin api sehingga rawan terjadi bencana alam. Bencana semacam gunung meletus dan gempa bumi acap terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. [KRG]