Koran Sulindo – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dianggap sebagai ‘politikus sejati’ setelah manuvernya sukses mengantar Ma’ruf Amin menjadi calon wakil presiden.
Julukan bernada sindiran itu kepada Cak Imin tersebut disampaikan Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Ahmad Syafii Maarif.
“Saya sudah bilang ke Muhaimin tadi…‘You are the real politician’, saya katakan begitu,” kata Buya seperti disampaikan kepada wartawan di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (13/8).
Meski berupa sindiran, Buya membantah ungkapan itu merupakan bentuk kekecewaan. Lagi pula menurutnya Cak Imin tak bakalan tersinggung dengan sindiran itu. “Apapun namanya, saya kan kenal baik dengan dia,” kata Buya.
Menurut Buya, dengan dipilihnya Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi kepentingan PKB sangat diakomodasi. “Ya iyalah (sindiran). Ini tentang pencalonan Pak Ma’ruf Amin,” kata Buya.
Peryantaan Buya itu bagaimanapun mengandung kebenaran.
Pada kesempatan sebelumnya, Ma’ruf Amin mengatakan pemilihan dirinya sebagai cawapres Jokowi dalam Pilpres 2019 tak lepas dari jaya Cak Imin.
“Kalau nggak ada Cak Imin, mungkin nggak terpilih saya,” kata Ma’ruf Amin, Kamis (9/8) minggu lalu.
Seperti diketahui khalayak, sebagai Ketua Umum PKB Cak Imin gencar menggaungkan duet dengan tagline JOIN atau Jokowi-Cak Imin. Namun dengan dipilihnya Maruf Amin, tagline itu tetap bisa dipakai karena masih cocok.
“Mungkin Cak Imin malu udah ada JOIN-JOIN. Kalau sampai Cak Imin tidak bisa, makanya JOIN itu harus tetap walaupun isinya Jokowi-Ma’ruf Amin,” kata Ma’ruf Amin.
Selain bersyukur kepada Allah karena dipilih sebagai cawapres Jokowi, Ma’ruf mengaku tak menduga bakal menjadi cawapres Jokowi. “Sesuatu yang sebenarnya di luar dugaan,” kata Ma’ruf.
Menit Terakhir
Terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo diputuskan pada menit-menit terakhir sebelum dideklarasikan oleh Jokowi.
Sebelumnya nama Mahfud Md sudah dikantongi Jokowi dan digadang-gadang menjadi calon pendampingnya.
Nama Mahfud Md diganti pada menit-menit terakhir. Bahkan, pidato deklarasi bahkan baru diubah jam lima sore, hanya beberapa saat menjelang pengumuman.
Sumber di lingkaran dekat Istana menyebutkan semula Mahfud sudah jauh-jauh hari digadang-gadang untuk mendampingi Jokowi. Pilihan tersebut juga mendapat lampu hijau dari elit PDIP.
Penunjukkan Mahfud justru ditolak oleh PKB. Beberapa elit di partai itu bahkan menyebut Mahfud tak pernah menjadi warga nahdliyin. Penolakan Mahfud pada akhirnya merembet ke NU.
Tak hanya PKB dan NU, belakangan PPP juga menyuarakan penolakan serupa. Penolakan itulah yang sempat membuat petinggi PDIP geram dan sempat mempersilahkan kedua partai itu jika memang berniat keluar dari koalisi dan membentuk poros ketiga.
Sampai titik ini Jokowi tetap ngotot mempertahankan nama Mahfud Md sebagai bakal calon wapresnya.
Jokowi baru memikirkan dengan serius ketika elit Partai Golkar juga menyuarakan penolakan serupa. Penolakan itu kabarnya diputuskan setelah elit partai itu meminta pertimbangan kepada JK.
Dikeroyok PKB, PPP dan Golkar, Jokowi dan PDIP harus berkompromi sementara di sisi lain muncul nama Maruf Amin sebagai alternatif menggantikan Mahfud Md.
Konstelasi ini menjelaskan mengapa Jokowi menemui JK pada Kamis pagi. Di hari pengumuman deklarasi tersebut perkembangan siapa yang menjadi cawapres Jokowi berlangsung dari menit ke menit.[TGU]