Koran Sulindo – Mengklaim situsnya tak bisa dijebol, saluran komunikasi ISIS diserbu hacker. Dari yang mencuri daftar email hingga mengunggah konten-konten pornografi di saluran kelompok tersebut.
Sebuah jejaring peretas di Irak yang menamakan dirinya Daeshgram sukses menyusup ke situs Amaq dan mengunggah sebuah citra yang menggambarkan seolah-olah pimpinan ISIS sedang ‘nobar’ gambar wanita telanjang akhir November lalu.
Tak pelak, unggahan itu memicu perdebatan di forum-forum anggota ISIS.
Gambar porno itu membuat mereka meragukan keaslian Amaq yang selama ini mengklaim dirinya sebagai ‘kantor berita resmi’ ISIS. Sebagian militan, melalui aplikasi telegram menganggap situs yang mereka buka adalah Amaq palsu karena situs asli diklaim tak bisa diterobos peretas.
Daeshgram yang memantau perdebatan di forum-forum itu menyebut sebagian anggota ISIS khusus membuat channel obrolan tersendiri membahas benar tidaknya Amaq diretas. Diskusi bertambah serius karena sebagian dari mereka mengajak anggota kelompok lainnya supaya tak lagi mengandalkan Amaq sebagai sumber utama informasi mereka.
Kelompok itu menabur perselisihan dan kebingungan di kalangan pendukung Isis dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan palsu yang sangat meyakinkan.
“Pendukung ISIS di Telegram bingung mana yang palsu dan mana yang nyata,” kata seorang aktivis seperti dikutip The Independent. “Biasanya mereka gagal menebak mana yang asli dan bergabung dengan akun palsu karena mengira mereka itu nyata.”
Daeshgram menyebut tujuan utama peretasan itu memang untuk memicu ketidakpercayaan pendukung ISIS. Dan sejauh ini tampaknya tujuan itu berhasil.
Daesgram adalah jaringan peretas asal Irak yang sejak semula bertujuan mengguncang ‘kekhalifahan virtual ISIS’ yang menjadi corong kelompok itu. Di Timur Tengah, sepak terjang Daeshgram dikenal sebagai troll sekaligus musuh bagi admin ISIS.
Kelompok peretas ini terpancing ikut menyerang Amaq gara-gara provokasi ISIS sendiri yang mengklaim, “situs mereka tak bakalan bisa ditembus pakar komputer manapun.”
Tak hanya Daeshgram, pertengahan November lalu kelompok peretas muslim yang memakai nama Di5s3nSi0N dalam sebuah forum diskusi online menyatakan menerima tantangan ISIS itu.
Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan jam mereka berhasil membobol database Amaq dan merilis 2.000 email yang menjadi pelanggan konten-konten media propaganda ISIS. “Tantangannya terlalu mudah!” tulis aktivis Di5s3nSi0N di Twitter. “2.000 pelanggan email dihack dari Amaq … apa selanjutnya?”
“Daesh … akankah kita memanggilmu anjing karena kejahatanmu atau ular untuk kepengecutanmu? Kami adalah bug di sistem Anda,” tantang Di5s3nSi0N.
Amaq langsung memperketat keamanan saluran komunikasinya. “Menanggapi kejadian baru-baru ini, kami telah menerapkan tindakan pengamanan yang lebih ketat pada sistem kami,” tulis Amaq dalam pengumumannya.
Masih dengan kepongahannya, mereka kembali mengumbar tantangan “sekarang kita bisa menangani serangan email atau jenis hack yang lainnya.”
Pada kenyataannya serangan siber itu telah membuat sistem pembaruan pada situs web Amaq menjadi non-aktif. Termasuk akun Tumblr yang dengan segera ketinggalan jaman. Satu-satunya platform milik ISIS yang masih bisa dioperasikan adalah layanan pesan Telegram.
Bagaimanapun, Daeshgram atau Di5s3nSi0n bukan yang pertama membobol jaringan virtual ISIS. Tahun 2016 lalu, sebuah grup peretas muslim lainnya yang bersandi WachulaGhost memperdaya akun-akun media sosial milik militan khilafah. Berkali-kali para si peretas memaksa admin ISIS untuk menghapus postingan yang mengarahkan link ke video pornografi gay.
WachulaGhost berhasil memaksa lebih dari 250 akun medsos yang dikendalikan atau bersimpati pada propaganda ISIS untuk mengirim pesan-pesan pro-homoseksual, hal yang dianggap sangat hina oleh para militan.
“Kami sekadar menemukan celah di sistem mereka, jadi kami berpikir kenapa tidak sekalian kita ambil alih saja akun medsos yang dikelola ISIS lalu kita permalukan mereka,” kata salah satu anggota WachulaGhost seperti dikutip dari CNNMoney.
Tak cuma mempermalukan ISIS, sebelumnya serangan peretas mengincar orang-orang yang berniat melihat situs Amaq. Mereka dijebak dengan perangkat lunak berbahaya yang disamarkan sebagai update atau pembaruan. Perangkat itu dapat mengaktifkan kamera, mencuri file, membaca pesan telepon sekaligus mendeteksi lokasi GPS dan mengumpulkan kontak dari militan yang tak curiga.
Di sisi lain, sementara para peretas melanjutkan serangan mereka, platform media sosial termasuk Facebook, Twitter dan YouTube terus meningkatkan usaha untuk meningkatkan identifikasi sekaligus menghapus konten radikal.
Analis berpendapat, rontoknya kampanye itu merusak kemampuan ISIS untuk melakukan propaganda.
ISIS mendeklarasikan kekhalifahan awal 2014 di Suriah dan Irak sekaligus mengajak para pendukungnya untuk pindah dan mempertahankan wilayah itu. Mereka memproduksi ribuan materi propaganda berupa video, gambar, majalah dan situs dalam berbagai bahasa.
Peneliti senior di Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi dan Kekerasan Politik, Charlie Winter menyebut media propaganda ISIS sekarang dalam kondisi nyaris sekarat dengan hanya menerbitkan 20 media dalam seminggu terakhir. Jumlah itu turun jauh dibanding tahun 2015 yang jumlahnya mencapai 200 per minggu.
“ISIS mungkin kurang produktif dibanding sebelumnya, tapi dari kualitas dan ambisi propagandanya mereka tetap mengungguli pesaingan-pesaingnya,” kata Winter seperti dikutip BBC.
Terlepas dari kemunduran di medan perang, propaganda ISIS masih tetap didengar dan menjadi referensi utama pendukungnya terutama materi-materi bahan ajar merencanakan serangan teror. Kelompok itu kini fokus mengalihkan propaganda mereka untuk memicu serangan global, sebuah risiko yang menurut para pejabat keamanan tak menunjukkan tanda-tanda perlambatan. [TGU]