Kemunculan Dangdut yang Menggoyang Dunia

Rhoma Irama (foto Liputan6)

Suluh Indonesia – Dangdut benar-benar menampakkan sisi magis dalam musiknya, pada ajang bergengsi Asian Games 2018 lalu. Lagu dangdut berjudul Meraih Bintang, yang dinyanyikan Via Vallen sebagai Lagu Resmi Asian Games 2018, benar-benar menyihir para atlet dan penonton di seluruh dunia dalam menikmati ajang bergengsi empat tahunan itu.

Bagaimana tidak, dengan ketukan-ketukan dan lirik penuh makna yang terkandung dalam lagu Meraih Bintang, para atlet yang berlaga menjadi terbakar semangatnya dalam berlomba. Penonton yang memadati venue pertandingan pun ikut bergoyang mengikuti irama gendang, dan merasa enjoy menonton pemain-pemain kebanggaan mereka. Hasilnya, Asian Games 2018 Jakarta Palembang sukses berlangsung, dan Indonesia menempati posisi keempat dengan perolehan 31 medali emas.

Yo yo ayo, yo ayo yo yo ayo
Yo ayo yo yo ayo
Kita datang, kita lihat, kita menang

Lagu Meraih Bintang yang bernuansa khas dangdut-pop-elektro itu, juga disadur ke beberapa bahasa di negara-negara Asia. Di India dalam bahasa Hindi, lagu itu diberi judul Himmat Ke Pankh dan dinyanyikan oleh Siddharth Slathia. Di Jepang dengan judul Hoshi wo Tsukame oleh Hiroaki Kato, Reach for the Stars oleh Jannine Weigel dalam bahasa Inggris dan Thailand, dalam bahasa Mandarin dibawakan penyanyi asal Taiwan, Jason Chen. Sementara dalam versi Arab, penyanyi Aseel Omran dari Saudi Arabia menyanyikannya dengan sangat apik. Hebatnya, semua lagu itu meledak di negaranya masing-masing.

Musik-musik yang Memengaruhi Munculnya Dangdut

Saat ini, dangdut bisa kita dengarkan dengan mudah di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai perayaan, pernikahan, dan pesta-pesta rakyat kerap menampilkan dangdut sebagai suguhan utamanya. Ini karena, penggemar musik dangdut tidak hanya dari kalangan orang tua saja, namun kini anak muda juga banyak yang menjadi penggemar musik dangdut.

Dangdut merupakan salah satu genre seni musik populer tradisional Indonesia, yang memiliki unsur-unsur India, Melayu, dan Arab. Dangdut memiliki ciri khas pada dentuman tabla (alat musik perkusi India) dan gendang. Dangdut juga sangat dipengaruhi oleh lagu-lagu musik India klasik dan Bollywood.

Sejarahnya, dangdut dipengaruhi berbagai jenis musik dari mancanegara yang datang ke Nusantara. Diawali oleh para saudagar Arab, Gujarat, dan Persia pada 635-1600 yang beragama Islam. Mereka membawa serta musik-musik Qasidah yang biasanya dibawakan di pesantren dan masjid sebagai sarana dakwah.

Kemudian, marga Arab Hadramaut (sekarang Yaman) dan orang-orang Mesir berimigrasi ke Nusantara mulai 1870. Para pendatang ini sering mendendangkan musik-musik Arab dengan iringan gambus. Gambus adalah salah satu alat musik Arab seperti gitar, namun mempunyai suara rendah. Penduduk Arab-Indonesia mulai senang mendengarkan lagu gambus, dan sekitar 1930, Syech Albar (ayah dari Ahmad Albar) mendirikan orkes gambus di Surabaya. Ia juga membuat rekaman piringan hitam dengan Columbia pada 1930-an, yang laku di pasaran Malaysia dan Singapura.

Selanjutnya, pengaruh musik Melayu Deli yang lahir di sekitar 1940 di Sumatera Utara, bersama Husein Bawafie dan Muhammad Mashabi menjalar ke Batavia dengan berdirinya Orkes Melayu. Musik Amerika Latin yang masuk ke Indonesia pada 1950 dan mulai melekat pada masyarakat, juga memberikan pengaruh kepada dangdut.

Via Vallen (Foto Fimela.com)

Pada masa ini, Orkes Melayu berkembang dimana-mana. Di masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee dari Malaysia, Said Effendi yang populer dengan lagu Seroja, Ellya Khadam yang terkenal dengan lagu Boneka dari India-nya, Husein Bawafie salah satu penulis lagu Ratapan Anak Tiri, Munif Bahaswan pencipta Beban Asmara, serta M. Mashabi pencipta film “Ratapan Anak Tiri” yang sangat populer pada 1970-an.

Dalam evolusi menuju bentuk kontemporernya, pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi) sangat kental membentuk dangdut. Lihat saja pakaian-pakaian para pedangdut, kalau tidak bernuansa Arab, pasti bernuansa India. Lagu “Boneka dari India” yang dibawakan Ellya Khadam menandakan lahirnya Dangdut pada 1968. Elly bersama Rhoma Irama dan grup Soneta-nya menjadi tokoh utama dalam musik genre baru ini.

Pengaruh India yang sangat kuat di dalam genre musik dangdut ini, juga dipopulerkan dengan lagu-lagu dangdut klasik bertema India, yang dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi dangdut populer seperti Rhoma Irama, dengan lagunya yang berjudul “Terajana”. Dan, Mansyur S dengan lagunya yang berjudul “Khana”.

Tahukah kamu, kalau nama “dangdut” diambil dari suara yang keluar dari tabla atau gendang? Putu Wijaya menyebut dalam majalah Tempo bahwa lagu “Boneka dari India” adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir Arab, dan “dang-ding-dut” India. Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi “dangdut” saja, dan oleh Tempo nama itu digunakan untuk menyebut lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India. Jadilah nama dangdut.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, trompet, saksofon, obo, mandolin, dan lainnya, untuk meningkatkan variasi musik dan sebagai lahan kreativitas para pemusik.

Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) juga kental terasa pada musik dangdut. Masa 1970-an ini juga menjadi ajang ‘pertempuran’ bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia. Sehingga, pernah diadakan konser ‘duel’ antara Soneta Group dan God Bless.

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada 1960-an dan 1970-an, banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon, sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.

Musik rock, pop, disko, house, bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, langgam Jawa, dan keroncong. Gabungan yang terakhir ini dikenal sebagai suatu bentuk musik campursari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot. [Ahmad Gabriel]

Baca juga: