Pasukan Soviet bersiap menembakkan artileri (kiri) dan Bendera Kemenangan di atas Reichstag (kanan). Selama Pertempuran Berlin, Uni Soviet mengerahkan tak kurang dari 192 divisi penuh dengan 2,06 juta pasukan tempur. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)
Pasukan Soviet bersiap menembakkan artileri (kiri) dan Bendera Kemenangan di atas Reichstag (kanan). Selama Pertempuran Berlin, Uni Soviet mengerahkan tak kurang dari 192 divisi penuh dengan 2,06 juta pasukan tempur. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)

Pertempuran Berlin dan pengibaran bendera Soviet di Reichstag merupakan dua peristiwa paling bersejarah menjelang akhir Perang Dunia 2, tepatnya di tahun 1945. Keduanya adalah bukti kekuatan Soviet dalam upaya mengalahkan Nazi Jerman.

Merangkum dari Perang Eropa oleh P. K. Ojong, tekanan Sekutu dari arah barat dan majunya Tentara Merah dari timur semakin mencekik Jerman. Wilayah yang dikuasainya kian menyempit, meskipun Jerman terus memberi perlawanan gigih.

Namun di balik itu, sekalipun tujuan Sekutu Barat dan Soviet untuk menaklukkan Jerman secepatnya merupakan kepastian yang serupa, keduanya berbeda dalam tujuan lebih rincinya.

Perbedaan Pandangan

Dari awal Josef Stalin telah memiliki tujuan jelas, yakni merebut Berlin mendahului pasukan Sekutu. Stalin seperti halnya PM Inggris Winston Churchill, memiliki ketajaman atau kepekaan politik yang lebih baik dibandingkan AS.

Mereka melihat, jatuhnya Berlin yang merupakan pusat kekuasaan Hitler, tidak hanya bernilai militer. namun juga politis. Karena bagaimanapun Berlin adalah pusat kekuasaan Jerman Nazi. Merebut kota ini adalah suatu prestasi yang prestisius!

Namun, Eisenhower juga beralasan, memusatkan kekuatan Sekutu untuk langsung menyerbu ke Berlin mengundang risiko. Yakni korbannya akan besar dan akan memperpanjang kemampuan Jerman untuk melawan apabila wilayah Jerman lainnya tidak diserang dan direbut.

Markas besar Eisenhower sejak awal 1945 menilai, dari sudut kepentingan militer, Berlin tidaklah begitu penting. Maka kalaupun Tentara Merah mau mengambilnya dulu, silakan.

Montgomery yang memimpin Grup Tentara ke-21 dan berambisi ke Berlin, diperintahkan lebih baik mengamankan Hamburg dan Hannover di utara, sedangkan Jenderal Bradley yang memimpin Grup Tentara ke-12 dinstruksi untuk mengamankan Ruhr, jantung industri Jerman

Strategi Soviet terhadap Berlin

Dalam pertemuan 1 April di Moskwa, Stalin meminta Zhukov dan Konev agar Berlin sudah direbut sebelum 1 Mei 1945. Tanggal ini begitu penting bagi Stalin, karena diktator Soviet ini ingin “menghadiahkan” Berlin pada acara peringatan Hari Buruh Sedunia 1 Mei, yang merupakan hari raya terbesar di dunia sosialis/komunis.

Marsekal Zhukov dan Konev segera membuat rancangan ofersif terhadap Berlin. Perencanaan dan penyiapannya harus cepat karena ofensif harus dilakukan pertengahan April guna mengejar batas waktu 1 Mei.

Strategi dasarnya adalah menyerbu secara besar-besaran dalam suatu front lebar, dengan beberapa pusat serangan, lalu mengurung ibu kota Jerman dari utara dan selatan.

Tujuannya untuk mencegah mundurnya musuh ke selatan, ke arah Pegunungan Alpen yang dikhawatirkan akan dijadikan pusat pertahanan yang sulit ditembus. Sekaligus ofensif itu juga diarahkan ke Cekoslowakia dan Hongaria, dengan maksud mencegah dialihkannya pasukan Jerman dari kedua wilayah itu ke Berlin.

Marsekal Zhukov dengan Front Belarusia Pertama akan bergerak di tengah, sedang Konev yang memimpin Front Ukrainia Pertama menyerbu wilayah di tenggara dan selatan Berlin.

Seluruh kekuatan yang disiapkan Soviet untuk ofensif ke Berlin bukan main besarnya. Tak kurang dari 192 divisi penuh dengan 2,06 juta pasukan tempur ditambah 155.900 pasukan Polandia, 6.250 tank berbagai jenis, 41.600 pucuk meriam dan mortir, serta 7.500 pesawat terbang.

Mereka akan menghadapi sekitar 766.750 pasukan reguler Jerman, dua juta orang sipil yang dimobilisasi untuk bertempur bersama tentara, 1.159 tank, serta 9.303 pucuk meriam dan mortir. Ketika itu kekuatan AU Jerman, Luftwaffe, praktis sudah tidak begitu diperhitungkan lagi.

Ofensif Dimulai

Selama beberapa hari menjelang D-Day di front timur, Zhukov melakukan gerakan pengintaian dan pancingan untuk mengetahui reaksi Jerman. Namun Panglima Grup Tentara Vistula Jenderal Gotthard Heinrici tidak menanggapinya.

Tanggal 15 April petang gelombang demi gelombang pesawat Soviet muncul, menyerang garis pertahanan Jerman. Subuh 16 April dimulailah serangan besar-besaran yang mengawali The Battle of Berlin, pertempuran memperebutkan Berlin.

Sesuai perintah Zhukov, tepat pukul 04.00, lebih dari 40.000 pucuk meriam, mortir, dan peluncur roket Katyusha memuntahkan serentak pelurunya ke wilayah front terdepan Jerman. Bombardemen paling dahsyat selama perang ini langsung meluluhlantakkan hutan, pedesaan, tempat pertahanan Jerman dan semua yang terkena. Lebih dari 100.000 ton peluru dimuntahkan.

Bumi pun bergetar hebat selama setengah jam, ditingkahi ledakan bom-bom dari pesawat terbang yang ikut menyerang di pagi buta itu. Bersamaan dengan itu, ratusan lampu sorot dinyalakan untuk menyilaukan posisi Jerman, kemudian disusul ratusan ribu pasukan bermotor dan infanteri Soviet dari Front Belarusia Pertama yang bergerak menuju posisi jerman di Sungai Oder sambil bersorak-sorai.

Berlomba ke Berlin

Kini yang terjadi adalah persaingan antara Zhukov dan Konev dalam memperebutkan Berlin. Persaingan ini pun dikipasi Stalin, karena baginya yang terpenting Berlin segera direbut, tak peduli siapa di antara keduanya yang berhasil melakukannya lebih dulu. Kedua marsekal masing-masing memperoleh kemajuan berarti dalam desakan mereka ke arah Berlin.

Pada hari-hari pertama ofensif Soviet itu, sisa pesawat Luftwaffe mencoba melakukan perlawanan sengit, bahkan dilaporkan ada di antara mereka yang melakukan semacam kamikaze ala Jepang. Laporan menyebutkan satuan AU yang berpangkalan di Juterborg membentuk apa yang disebut Selbstopfereinsatz atau misi pengorbanan diri.

Tekanan Tentara Merah di front utara, tengah, dan selatan semakin kuat. Kepanikan mulai melanda sebagian tentara Jerman sehingga ada yang desersi, melarikan diri. Mereka yang ketahuan dan tertangkap oleh pasukan SS yang fanatik tidak ada ampun, langsung dihukum gantung di pohon-pohon pinggir jalan sebagai peringatan bagi yang lain.

Sementara itu Zhukov yang telah mengetahui bahwa Stalin menghapus garis pembatas antara pasukannya dengan pasukan Konev serta mengizinkan Konev mengarahkan pasukan tanknya langsung ke Berlin dari selatan, makin dipacu untuk secepatnya sampai ke Berlin.

la memerintahkan kedua komandan pasukan tanknya, Jenderal Katukov dan jenderal Bogdanov, untuk “mengibarkan panji kemenangan di Berlin mendahului siapa pun juga”.

Saat-Saat Terakhir

Pasukan Tentara Merah baik dari Front Belarusia Pertama pimpinan Zhukov maupun Front Ukrainia Pertama yang dipimpin Konev sama-sama telah berada di dalam Berlin. Keduanya saling bersaing untuk menguasai Berlin segera.

Maka untuk mencegah lebih tajamnya persaingan antara keduanya, Stalin yang semula mengipat persaingan itu mengeluarkan instruksi mengenai garis demarkasi antara kedua pasukan Soviet dengan memberikan kesempatan kepada Zhukov untuk merebut kompleks Reichstag yang merupakan simbol pusat pemerintahan Jerman Nazi.

Serbuan ke Reichstag sebagai puncak dari Battle of Berlin direncanakan dilakukan pada fajar 30 April untuk memburu waktu supaya sebelum upacara Parade 1 Mei di Lapangan Merah Moskwa esok paginya, jatuhnya Berlin sudah dapat diumumkan ke seluruh dunia.

Zhukov menugaskan Divisi Senapan ke-150 untuk merebut dan mengibarkan bendera kemenangan di puncak Reichstag. Tetapi pertahanan Jerman di gedung ini dan sekitarnya ternyata kuat sehingga banyak tentara Russia yang tewas tersapu tembakan.

Pasukan Soviet lalu mengerahkan bantuan berupa tank dan artileri untuk membungkam kubu-kubu pertahanan Jerman. Hebatnya tembakan mereka dan asap yang ditimbulkan demikian tebalnya sehingga pasukan tidak pernah melihat langit.

Sekitar tiga jam setelah Hitler menembak kepalanya sendiri, pasukan Soviet masih berusaha mendobrak Reichstag. Mereka akhirnya berhasil masuk, namun perlawanan Jerman di dalam bangunan ini tetap hebat.

Pertempuran seru jarak dekat di dalam gedung tidak terelakkan. Mereka bertempur seperti main petak umpet, dan setiap tangga, lantai, dan ruangan di gedung yang besar itu harus direbut satu per satu dengan korban cukup besar.

Pihak Rusia mengklaim bahwa pukul 22.50 mereka akhirnya berhasil mengibarkan Bendera Merah di kupola atau kubah Reichstag, sebagai simbol direbutnya Kota Berlin dan sekaligus kemenangan Soviet terhadap Jerman Nazi. [BP]