Koran Sulindo – Jumat, 22 April 2016 lalu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendapat kesempatan pertama untuk berpidato di Konferensi Partai Politik se-Asia (The International Conference of Asian Political Parties, ICAPP) ke-26 di Jakarta. Dalam acara yang dihadiri juga oleh delegasi dari partai politik Afrika (CAPP) dan perwakilan dari Amerika Latin (COPPPAL) itu, Megawati menyampaikan gagasan Bung Karno mengenai partai pelopor.

Perempuan pertama Presiden Republik Indonesia tersebut mengungkapkan, partai pelopor adalah partai yang memiliki disiplin dalam organisasinya. “Disiplin ideologi, disiplin teori, disiplin gerakan, dan disiplin tindakan,” tutur Megawati.

Lebih lanjut dikatakan Megawati, partai yang menjadi partai pelopor menjadikan rakyat sebagai sumber dan muara perjuangan. “Karena itu, tugas utama partai adalah membangun, mengelola, serta menyatukan segenap kekuatan rakyat,” ujarnya. Tugas partai pelopor berikutnya, tambahnya, adalah membangkitkan kemauan dan keberanian rakyat untuk terlibat dalam menentukan keputusan-keputusan politik yang penting.

PDI Perjuangan memang semakin meneguhkan diri sebagai partai pelopor, dengan memperlihatkan diri sebagai partai yang menjalankan disiplin yang relatif ketat untuk urusan ideologi, teori, gerakan, dan tindakan. Dengan itu semua, soliditas para kadernya dari Sabang sampai Merauke pun terbangun dengan baik, sehingga berhasil mengumpulkan perolehan suara terbanyak secara nasional dalam pemilihan legislatif tahun 2014 lalu. Begitu pula dalam pemilihan presiden dan wakil presiden, PDI Perjuangan berhasil memperoleh kepercayaan dari rakyat sehingga kadernya berhasil menduduki posisi orang nomor satu di republik ini, untuk priode 2014-2019.

Ada yang mengatakan, perolehan suara PDI Perjuangan terdongkrak karena mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden. Namun, asumsi itu terkoreksi dengan hasil beberapa survei, ketika hubungan PDIP Perjuangan dan Joko Widodo sebagai presiden tak lagi intens dalam beberapa bulan terakhir. Hasil survei harian Kompas pada April 2016 lalu, misalnya, memperlihatkan elektabilitas PDI Perjuangan mencapai 35,6%, naik  lebih dari 4% dari hasil survei Oktober 2015 yang 30,9%.

Survei lembaga Konsep Indonesia untuk pemilihan kepala daerah (pilkada) Jakarta 2017, yang dilansir pada 10 Mei 2016 lalu, juga memperlihatkan hasil yang pararalel dengan survei Kompas. Survei itu memperlihatkan, elektabilitas PDI Perjuangan di Jakarta meningkat 3,7%, menjadi 30,17%, dari perolehan pada pemilihan legislatif 2014 di Jakarta yang 26,42% suara.

Dalam pilkada serentak Desember 2015 lalu, PDI Perjuangan juga paling banyak meraih kemenangan. Dari 264 daerah yang menggelar pilkada, calon kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan menang di 160 daerah.

Kepercayaan masyarakat tersebut tentulah dipengaruhi juga oleh sikap disiplin kader PDI Perjuangan yang  tidak “gragas” ketika sedang berkuasa sekarang ini. Karena itu, penting juga selalu diingat oleh kader PDI Perjuangan, seperti kata Megawati, kemenangan tersebut memiliki konsekuensi logis dan tanggung jawab besar. “Tanggung jawab untuk terus memastikan, mengarahkan, mengawal, dan mengamankan kebijakan politik pemerintahan nasional, agar tetap berpijak pada nilai ideologi Pancasila dan konstitusi negara,” ujar Megawati dalam Rakernas I PDI Perjuangan, 10 Januari 2016 lalu.

Koran Suluh Indonesia edisi keempat akan terbit pada Senin, 16 Mei 2016. [PUR]