Transnistria, Negara Pecahan Uni Soviet yang Tidak Diakui Dunia

Peta lokal yang menunjukkan posisi Transnistria ditandai warna merah. (Sumber: www.hannajarzabek.com)

Perpecahan Uni Soviet menyebabkan 15 negara republik konstituennya memperoleh kemerdekaan penuh. Negara-negara tersebut terdiri atas Lithuania, Latvia, Estonia, Georgia, Ukraina, Belarus, Moldova, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Tajikistan, Armenia, Azerbaijan, Turkmenistan, Rusia, dan Kazakhstan. Tidak banyak yang tahu bahwa ada satu lagi negara yang memisahkan diri dari Uni Soviet, yaitu Transnistria.

Pridnestrovskaya Moldavskaya Respublica atau Transnistria adalah sebuah negara kecil yang terletak di tepi timur Sungai Dniester, Moldova. Negara ini sebetulnya merupakan daerah kantong separatis yang memisahkan diri dari Moldova pada 2 September 1990.

Dengan luas sekitar 3.500 km persegi, Transnistria tidak diakui oleh Komunitas Internasional karena masih dianggap bagian dari Moldova sebagai Wilayah Otonom dengan status khusus. Meski tidak diakui, Transnistria memiliki ibu kota bernama Tiraspol, mata uang nasional (rubel), bendera, lagu kebangsaan, pemerintahan, paspor, dan angkatan bersenjata.

Sejarah Transnistria

Secara historis, Transnistria pernah berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman. Wilayah ini diserahkan ke Kekaisaran Rusia pada tahun 1812 dan menjadi provinsi yang disebut Bessarabia. Lebih dari satu abad kemudian, setelah Revolusi Oktober, Republik Moldova diproklamasikan di Bessarabia pada 7 Februari 1918. Di tahun berikutnya, Parlemen Republik baru tersebut memutuskan untuk bergabung dengan Rumania. Akan tetapi, Uni Soviet tidak pernah mengakui hak Rumania atas provinsi ini.

Pada tanggal 28 Juni 1940, sebagai konsekuensi dari ketentuan pakta Molotov-Ribbentrop, pasukan Uni Soviet menganeksasi Bessarabia. Wilayah ini lalu diproklamasikan sebagai “Republik Sosialis Soviet Moldova” pada tanggal 2 Agustus 1940. Di saat yang sama, SSR Ukraina mendapat bagian dari Bessarabia utara dan selatan, yaitu Bucovina Utara dan wilayah pesisir Laut Hitam.

Selama Perang Dunia Kedua, Rumania sempat merebut Bessarabia pada tahun 1941 dalam rangka mendukung perang Hitler melawan Uni Soviet. Namun Uni Soviet berhasil mengambil kembali Bessarabia pada tahun 1944. Tiga tahun kemudian, Rumania diwajibkan untuk mengakui penggabungan resmi Bessarabia ke dalam Uni Soviet dalam perjanjian damai Paris.

Transnistria Memisahkan Diri dari Moldova

Sebagai tanggapan terhadap deklarasi Kedaulatan Moldova, Republik Moldova Transdniestrian (Bessarabia) memproklamasikan diri secara sepihak di Tiraspol pada tanggal 2 September 1990. Dalam bahasa Rusia, republik baru ini disebut Pridnestrovskaya Moldavskaya Respublica (PMR).

Moldova lalu memisahkan diri dari Uni Soviet pada 27 Agustus 1991. Sebagai reaksi atas pemisahan ini, PMR secara sepihak menyatakan bergabung dengan Uni Soviet pada tanggal 2 September 1991. Formasi paramiliter mulai mengambil alih lembaga-lembaga publik Moldova, seperti kantor polisi, badan administratif, sekolah, stasiun radio, dan surat kabar.

Upaya pengambilalihan ini memuncak dan pecah menjadi Perang Transnistria, di mana Moldova berusaha menguasai kota Tighina/Bendery yang terletak di sisi kanan Dniester dan berada dalam otoritas PMR. Ketika Uni Soviet bubar, PMR menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka bernama Transnistria.

Pada tanggal 21 Juni 1992, pasukan Moldova berhasil diusir dari Tighina/Bendery. Angkatan Darat ke-14 Rusia, yang ditempatkan di tepi kiri, diduga secara langsung atau tidak langsung mendukung Transnistria.

Keadaan berubah pada 21 Juli 1992, ketika Republik Moldova dan Federasi Rusia menandatangani sebuah perjanjian di Moskow untuk membahas prinsip-prinsip penyelesaian konflik bersenjata di Transnistria. Perjanjian tersebut mengatur gencatan senjata segera dan pembentukan zona keamanan demiliterisasi antara kedua belah pihak, 10 km di kiri dan kanan Dniester, termasuk juga kota Tighina/Bendery.

Gencatan senjata itu sebagian besar telah dipatuhi hingga saat ini. Namun Moldova dan Transnistria terus berseteru dan saling melaporkan sejumlah insiden di zona keamanan yang dijaga oleh pasukan trilateral.

Kehidupan di Transnistria

Menurut sensus tahun 2016, populasi Transnistria diperkirakan mencapai 470.600 jiwa. Angka ini mencakup 34% warga Rusia, 32% warga Moldova, 30% warga Ukraina, dan 4% warga etnis lainnya.

Dari dalam, Transnistria memiliki semua karakteristik sebuah negara, yaitu pemerintahan, mata uang, paspor, perbatasan, bahkan angkatan bersenjata. Akan tetapi, Komunitas Internasional tidak mengakui kemerdekaannya. Negara ini bahkan tidak masuk ke dalam peta dunia karena masih dianggap bagian dari Moldova sebagai Wilayah Otonom dengan status khusus. Peta Transnistria diterbitkan oleh pemerintah setempat dan hanya dapat dibeli di wilayah republik tersebut.

Sejumlah orang di Transnistria memiliki tiga paspor, yaitu paspor Transnistria, paspor Rusia, dan paspor Moldova. Paspor Transnistria tidak diakui oleh Komunitas Internasional. Untuk dapat bepergian, orang-orang perlu memiliki status kewarganegaraan lain.

Kurangnya pengakuan terhadap Transnistria terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari warganya hingga ke detail terkecil. Negara ini mampu bertahan berkat dukungan ekonomi Rusia. Namun kurangnya pekerjaan, keterasingan, dan situasi ekonomi yang sulit mendorong banyak orang untuk beremigrasi, meninggalkan anak-anak dan kakek-nenek. Sedikit demi sedikit, wilayah itu mulai kehilangan penduduk. Mereka yang tetap tinggal tidak lagi memedulikan masalah identitas.

Warga Transnistria hidup sederhana dan masih melestarikan nilai-nilai sosialis dari zaman Uni Soviet. Para veteran yang berpartisipasi dalam Pertempuran Stalingrad menerima pensiun dari pemerintah Rusia, sementara para pemudanya terus memperingati kemenangan Uni Soviet atas fasis dalam Perang Dunia II. Setelah Vladimir Putin mencaplok Krimea pada tahun 2014, pemerintah Transnistria menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Federasi Rusia. Hingga saat ini, permintaan itu belum dijawab. [BP]