Jakarta – HIV/AIDS adalah virus yang ditakuti masyarakat. Virus tersebut menyebar melalui hubungan seksual yang dilakukan secara bergantian kepada orang yang berbeda-beda, selain itu HIV juga bisa menular melalui jarum suntik yang dipakai secara berulang.
Untuk menanggulangi hal tersebut Komisi Penanggulangan Aids Provinsi (KPAP) DKI Jakarta berkolaborasi dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) III Jakarta mengadakan sosialisasi berupa seminar dalam rangka membuat Pentahelix (kemitraan) akademik dengan mengundang sembilan universitas di tiga wilayah di DKI JAKARTA yaitu: Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat, salah satunya Universitas Dian Nusantara.
Acara sosialisasi ini diadakan pada Hari Rabu tanggal 18 Oktober 2023, bertempat di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) Internasional Business School.
Acara dimulai dari pukul 12:00 Wib dengan makan bersama di depan ruangan seminar. Setelah makan bersama dilanjutkan pembukaan di ruang kelas C IPMI oleh Ibu Debby selaku KPAP DKI Jakarta. Kemudian ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Bapak Agus perwakilan dari IPMI.
“Acara ini tentu bermanfaat untuk sebagai manusia sosial dalam interaksi sesama manusia namun lebih baik lagi jika dikemudian hari acara ini menggunakan penuh bahasa Inggris”,Ujar nya saat menyampaikannya ucapan selamat datang.
Acara berikutnya yaitu pemaparan materi yang disampaikan oleh Ibu Rita Wahyuni selaku KPA Kab Adm Kepulauan seribu DKI Jakarta. Bu Rita menyampaikan materi tentang “Advokasi terkait kesehatan reproduksi (kespro) pada program penganggulangan HIV/AIDS di perguruan tinggi”.
Dalam penyampaiannya Bu Rita menegaskan tentang sesuatu yang beresiko tinggi. “Jangan melakukan seks di luar nikah atau seks bebas karena itu hal yang sangat beresiko tinggi terkena HIV jangan mau diiming-imingi oleh pasangan mu karena jika dia mau dengan mu maka dia akan menghalalkan mu terlebih dahulu.” Ujarnya.
“Sayangi alat reproduksi kita”. Lanjutnya, kata tersebut sangat menarik karena selama ini kita tidak sadar akan menyayangi dan menjaga alat reproduksi kita sendiri.
Kemudian materi dilanjut oleh Pak Antonio sebagai program asisten yayasan Kasih Suitno. Pak Antonio merupakan seseorang yang terkena HIV lalu hampir ingin mengakhiri hidupnya ketika di Bali.
“Saya hampir melakukan hal yang konyol, ingin meloncat ke sungai dari ujung tebing tetapi saya berfikir lagi, kalo langsung meninggal masih oke tetapi kalo tidak dan berkahir cacat fisik malah menambah beban saja.” Kata pak Antonio.
Pak Antonio juga mengedukasi kita untuk tidak menjauhi orang dengan HIV (ODHIV), seharusnya kita dukung sampai mereka ceria kembali. “Jauhi virusnya jangan orangnya”. Ujarnya. Pak Antonio juga menyuarakan untuk tidak perlu takut untuk test HIV.
Selesai pemaparan materi dari kedua narasumber dilanjut dengan sesi tanya jawab. Ada sekitar 5-10 pertanyaan yang dilontarkan oleh beberapa mahasiswa dari berbagai universitas.
Setelah sesi tanya jawab acara dilanjut dengan rencana tindak lanjut (RTL) di mana KPAP DKI Jakarta memberikan kesempatan universitas untuk membuat RTL di kampus nya masing-masing dalam membantu mengatasi HIV/AIDS karena KPAP sedang menggalakkan program “2023 dengan angka 0 kematian karena HIV”.
Setelah berdiskusi selama kurang lebih 15 menit, dari berbagai universitas, masing-masing akan mengadakan sosialisasi mengenai HIV/AIDS dengan cara podcast di platform siaran kampusnya.
Karena mahasiswa berasumsi dengan podcastlah penyampaian bisa diterima oleh Gen Z saat ini. Acarapun ditutup oleh Ibu Debby, kemudian dilanjutkan berfoto bersama. [ZUL]