Ilustrasi penyakit Zoonosis. (Istimewa)

Setiap tanggal 6 Juli, dunia memperingati Hari Zoonosis Sedunia, momen penting untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit-penyakit menular yang berasal dari hewan dan dapat menyerang manusia. Kampanye ini lahir dari kekhawatiran akan tingginya risiko penularan penyakit akibat interaksi antara manusia dan hewan, baik peliharaan maupun liar.

Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 60 persen penyakit menular yang ada saat ini merupakan zoonosis, dan 70 persen penyakit menular baru yang muncul juga berasal dari hewan. Beberapa contoh yang mungkin sudah tidak asing lagi adalah rabies, flu burung, hingga ebola.

Apa Itu Zoonosis?

Zoonosis adalah penyakit menular yang berpindah dari hewan ke manusia. Mengutip laman World Health Organization (WHO), zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai jenis patogen seperti bakteri, virus, parasit, hingga agen tidak konvensional lainnya.

Penularannya bisa terjadi melalui kontak langsung dengan hewan, makanan atau air yang terkontaminasi, serta paparan lingkungan tempat hewan hidup.

Sumber dari halodoc juga menyebutkan bahwa patogen penyebab zoonosis tidak hanya terbatas pada hewan yang tampak sakit. Dalam banyak kasus, hewan pembawa kuman bisa terlihat sehat, namun tetap berpotensi menularkan penyakit berbahaya kepada manusia.

Siapa yang Rentan Terinfeksi?

Secara umum, setiap orang berisiko terinfeksi penyakit zoonosis, termasuk individu yang sehat. Namun, dalam berbagai studi dan laporan medis, disebutkan bahwa kelompok rentan memiliki potensi lebih tinggi untuk mengalami infeksi serius akibat penyakit ini.

Mereka termasuk anak-anak di bawah usia lima tahun yang sistem kekebalannya belum sempurna, lansia di atas 65 tahun yang cenderung mengalami penurunan daya tahan tubuh, serta wanita hamil yang mengalami perubahan fisiologis selama kehamilan.

Selain itu, individu dengan sistem imun yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, pasien kanker, atau mereka yang sedang menjalani terapi imunosupresif, juga termasuk dalam kelompok risiko tinggi.

Cara Penularan Penyakit Zoonosis

Penyakit zoonosis dapat menyebar melalui berbagai cara, di antaranya:

1. Kontak Langsung

Menyentuh air liur, darah, urine, kotoran, atau cairan tubuh lain dari hewan yang terinfeksi, termasuk melalui gigitan atau cakaran.

2. Kontak Tidak Langsung

Bersentuhan dengan tempat tinggal atau area aktivitas hewan, seperti kandang, tempat makan, tanah, atau tanaman yang tercemar.

3. Penularan Lewat Vektor

Melalui gigitan nyamuk, kutu, atau serangga lain yang menjadi perantara patogen.

4. Makanan Terkontaminasi

Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, susu yang tidak dipasteurisasi, atau buah dan sayur yang tidak dicuci bersih dari kontaminasi kotoran hewan.

Gejala Umum Zoonosis

Penyakit zoonosis bisa menunjukkan gejala yang sangat beragam, tergantung pada jenis patogen penyebabnya. Pada sebagian orang, infeksi mungkin hanya menimbulkan gejala ringan, namun pada kasus lain bisa berkembang menjadi kondisi serius.

Gejala yang paling umum biasanya menyerupai gangguan saluran pencernaan dan infeksi saluran pernapasan, seperti demam, menggigil, mual, muntah, diare, dan nyeri perut.

Beberapa pasien juga mengeluhkan kehilangan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan ekstrem, serta nyeri otot dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Dalam kasus tertentu, infeksi dapat menimbulkan lesi kulit, bekas gigitan, atau luka cakaran yang menjadi pintu masuk infeksi lebih lanjut.

Diagnosis penyakit zoonosis biasanya dilakukan berdasarkan gejala serta pemeriksaan laboratorium. Waktu diagnosis bisa memakan waktu antara 2 hingga 14 hari tergantung jenis patogen.

Pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab infeksi:

1. Infeksi bakteri: Antibiotik seperti fluoroquinolones, beta-laktam, aminoglikosida, atau makrolida.

2. Infeksi parasit: Obat antiparasit sesuai dengan jenisnya.

3. Infeksi virus: Diperlukan pengobatan suportif, dan dalam beberapa kasus, vaksinasi menjadi kunci pencegahan.

Jika tidak ditangani dengan tepat, beberapa penyakit zoonosis seperti leptospirosis, brucellosis, atau demam Q dapat menimbulkan komplikasi serius.

Langkah Pencegahan Zoonosis

Interaksi manusia dengan hewan tidak bisa sepenuhnya dihindari, namun ada berbagai langkah preventif yang bisa dilakukan:

1. Cuci Tangan Setelah Kontak dengan Hewan

Gunakan sabun dan air mengalir, terutama setelah dari kebun binatang, pasar hewan, atau setelah mengurus hewan peliharaan.

2. Jaga Kesehatan Hewan

Pastikan hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi lengkap dan diperiksa rutin oleh dokter hewan.

3. Lindungi Diri dari Gigitan Serangga

Gunakan pelindung tubuh, lotion anti-nyamuk, dan hindari area berisiko tinggi.

4. Pastikan Kebersihan Makanan

Masak daging hingga matang, hindari konsumsi susu mentah, dan cuci sayur/buah secara menyeluruh.

5. Pantau Informasi Kesehatan Saat Bepergian

Sebelum mengunjungi daerah baru, pelajari potensi risiko zoonosis setempat dan lakukan vaksinasi bila diperlukan.

Hari Zoonosis Sedunia menjadi pengingat penting bahwa kesehatan manusia tak bisa dipisahkan dari kesehatan hewan dan lingkungan.

Pendekatan yang melibatkan kolaborasi lintas sektor kesehatan, pertanian, dan lingkungan, menjadi kunci dalam mengurangi risiko penyakit zoonotik.

Memahami cara kerja dan penularan zoonosis adalah langkah awal untuk melindungi diri, keluarga, dari ancaman penyakit menular yang tak kasat mata, tetapi nyata. [UN]