Koran Sulindo – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI Perjuangan punya modal yang cukup untuk memenangkan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden-wakil presiden pada 2019 mendatang. Indikasinya bisa dilihat dari hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018, yang digelar 28 Juni lalu.

Dari 17 provinsi yang mengadakan pilkada itu, 6 provinsi dimenangkan oleh PDI Perjuangan, yakni Provinsi Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Di enam provinsi itu, empat gubernur terpilih dan dan tiga wakil gubernur terpilih adalah kader PDI Perjuangan.

Dari 154 kabupaten/kota yang menyelenggarakan Pilkada Serentak 2018, calon yang diusung dan didukung PDI Perjuangan menang di 91 daerah. Dari sejumlah daerah yang dimenangkan itu, sebanyak 33 bupati/wali kota terpilih merupakan kader PDI Perjuangan. Dengan demikian, kurang-lebih 60% kabupaten/kota dimenangkan partai banteng dalam Pilkada Serentak 2018.

Berbagai hasil survei sebelumnya juga telah menunjukkan hasil yang pararel dengan kemenangan tersebut. Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), misalnya, pada awal Juni 2018 lalu telah membeberkan hasil surveinya, yang memperlihatkan tingkat kepercayaan publik terhadap PDI Perjuangan semakin meningkat. Elektabilitas PDI Perjuangan mencapai 21,7%.

Menurut peneliti SMRC Djayadi Hanan, PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai politik yang konsisten memiliki tingkat kepercayaan terbanyak, bahkan bisa meningkat dibanding dengan partai politik lain. “Sejak Pemilu 2014, dukungan spontan pemilih pada PDI Perjuangan rata-rata kurang-lebih stabil. Partai-partai lain semuanya cenderung menurun dan banyak yang tadinya memilih mereka tampaknya bersikap belum memutuskan,” kata Djayadi, 8 Juni 2018.

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA juga memperlihatkan hasil yang sama positifnya buat PDI Perjuangan. Hasil survei LSI Denny JA terhadap elektabilitas PDI juga punya angka yang sama dengan SMRC, yakni 21,7%. Namun, LSI Denny JA melakukan survei terlebih dulu, dari 28 April hingga 5 Mei 2018.

Hasil survei Y-Publica yang diumumkan Mei 2018 malah menunjukkan, elektabilitas PDI Perjuangan mencapai 25,3%. Sebelumnya, Maret 2018, lembaga survei PolcoMM Institute juga mengumumkan hasil surveinya, yang menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan mencapai 23,5%. Semua survei tersebut menempatkan PDI Perjuangan di posisi teratas dalam hal elektabilitas.

Modal lainnya untuk memenangkan pemilihan umum pada 2019 mendatang yang dimiliki PDI Perjuangan adalah modal sejarah. Bila ditarik dari akarnya, yang terhubung dengan Proklamator Kemerdekaan sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, PDI Perjuangan adalah partai politik yang kadernya paling banyak menjadi Presiden Republik Indonesia sampai sekarang: Soekarno, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo.

Namun, tetap harus diingat oleh PDI Perjuangan, semakin tinggi pohon akan semakin kencang pula angin yang menerpa. PDI Perjuangan sudah semestinyalah menyiapkan jurus-jurus jitu untuk menangkis terpaan angin kencang itu. Salah satunya adalah dengan tetap menjaga roh dan aksi PDI Perjuangan sebagai partai pelopor, sebagaimana dikonsepsikan oleh Bung Karno, yang tugas utamanya adalah membangun, mengelola, dan menyatukan segenap kekuatan rakyat.

Partai pelopor adalah partai politik yang menjadikan rakyat sebagai sumber sekaligus muara perjuangannya. Seperti dikatakan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam sebuah kesempatan, tugas dan tanggung jawab partai politik yang sesungguhnya adalah berjuang. “Berjuang untuk membebaskan rakyat dan bangsa dari penjajahan dalam bentuk apa pun yang menyebabkan ketertindasan, kemiskinan, dan kebodohan,” kata Megawati. “Bagi kita, partai adalah alat pembebasan. Itulah motif dan orientasi otentik pendirian partai yang seharusnya selalu kita sadari, kita yakini, dan selalu kita pegang teguh.” [PUR]