Sosok Santa Claus yang kita kenal sekarang berasal dari kisah hidup Santo Nicholas dari Bari. (Sumber: Vatican News)
Sosok Santa Claus yang kita kenal sekarang berasal dari kisah hidup Santo Nicholas dari Bari. (Sumber: Vatican News)

Hari Natal identik dengan Santa Claus atau Sinterklas, sosok fiksi legendaris yang telah diadaptasi dalam berbagai karya di seluruh dunia. Legenda mengatakan bahwa Santa Claus mengunjungi setiap rumah pada Malam Natal untuk menaruh hadiah di bawah pohon Natal dan mengisi kaus kaki anak-anak dengan suguhan kecil. Banyak anak percaya bahwa Santa Claus benar-benar ada.

Santa Claus yang kita kenal sekarang sebenarnya merupakan gambaran tokoh dalam puisi karya seorang pendeta Episkopal bernama Clement Clarke Moore di tahun 1822. Puisi itu berjudul “An Account of a Visit from Saint Nicholas” atau yang lebih dikenal sebagai “‘Twas The Night Before Christmas”, menggambarkan Santo Nicholas sebagai sosok periang dan bertubuh besar yang turun melalui cerobong asap untuk meninggalkan hadiah bagi anak-anak baik, lalu pergi dengan mengendarai kereta luncur yang ditarik oleh rusa kutub.

Selanjutnya di tahun 1862, seorang kartunis editorial Jerman-Amerika bernama Thomas Nast menambahkan legenda Santa Claus dengan menggambarkan Santo Nicholas mengenakan setelan merah cerah dengan hiasan bulu putih. Kemudian dia menggambar Santa Claus bekerja di bengkel di Kutub Utara bersama para peri dan memiliki istri, Nyonya Claus.

Kedua karya tentang Santa Claus tersebut didasarkan pada kisah hidup Santo Nicholas, yang terkenal murah hati dan suka memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan secara rahasia. Di Eropa, hari raya Santo Nicholas dirayakan secara luas pada tanggal 6 Desember.

Kisah Hidup Santo Nicholas

Merangkum dari beberapa sumber, Santo Nicholas lahir pada abad ketiga di Lycian, ibu kota Patara di Asia Kecil. Saat itu daerah tersebut adalah wilayah Yunani, namun sekarang berada di pesisir selatan Turki. Orang tua Nicholas yang kaya membesarkannya sebagai seorang Kristen yang taat. Mereka meninggal dalam sebuah epidemi saat Nicholas masih muda.

Di masa mudanya, Nicholas berkelana ke Palestina dan Mesir. Mematuhi perkataan Yesus untuk “menjual apa yang kamu miliki dan berikan uangnya kepada orang miskin”, Nicholas menggunakan seluruh warisannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, orang sakit, dan orang yang menderita.

Karena mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan, dia diangkat menjadi Uskup Myra. Uskup Nicholas langsung dikenal di seluruh negeri karena kemurahan hatinya kepada mereka yang membutuhkan, cintanya kepada anak-anak, dan perhatiannya kepada para pelaut dan kapal-kapal.

Di bawah Kaisar Romawi Diokletianus yang dengan kejam menganiaya orang-orang Kristen, Uskup Nicholas menderita karena imannya, diasingkan, dan dipenjara. Penjara-penjara itu begitu penuh dengan para uskup, pendeta, dan diaken sehingga tidak ada ruang bagi para penjahat yang sebenarnya, yaitu pembunuh, pencuri, dan perampok.

Setelah dibebaskan di bawah kekuasaan Konstantinus yang Agung, Uskup Nicholas menghadiri Konsili Nicea pada tahun 325 M. Dia meninggal pada tanggal 6 Desember 343 M di Myra, dimakamkan di gereja katedralnya, dan diangkat sebagai santo. Di sana, peninggalannya dianggap ajaib karena ada cairan misterius yang mengalir dari dalamnya. Zat cair ini disebut “manna dari Santo Nikolas” dan diyakini memiliki kekuatan penyembuhan.

Makam Santo Nicholas di Myra menjadi tempat ziarah yang populer. Karena banyaknya perang dan serangan di wilayah tersebut, beberapa umat Kristen khawatir bahwa akses ke makam tersebut akan menjadi sulit. Demi keuntungan keagamaan dan komersial dari situs ziarah utama, kota-kota Italia, Venesia dan Bari, bersaing untuk mendapatkan relik Santo Nicholas.

Namun pada musim semi tahun 1087, para pelaut dari Bari berhasil menyelundupkan tulang-tulang Santo Nicholas dan membawanya ke Bari, tepatnya ke sebuah pelabuhan di pantai tenggara Italia. Mereka lalu mengubur tulang-tulang itu di sana. Orang-orang di wilayah itu lalu membangun sebuah gereja yang mengesankan, di atas makam Santo Nicholas.

Orang-orang di Bari juga membangun sebuah kuil untuk menghormati Santo Nicholas. Kuil tersebut menjadi salah satu pusat ziarah besar di Eropa selama abad pertengahan dan Santo Nicholas dikenal sebagai “Orang Suci di Bari.” Hingga hari ini, para peziarah dan wisatawan mengunjungi Basilika San Nicola yang megah di Bari.

Hari kematian Santo Nicholas diperingati sebagai Hari St. Nicholas pada tanggal 6 Desember. Menurut kalender Julian, hari perayaan tersebut jatuh pada tanggal 19 Desember.

Cerita tentang Kebaikan Santo Nicholas

Selama berabad-abad, banyak cerita dan legenda tentang kehidupan dan kebaikan Santo Nicholas tersebar di banyak negara di dunia.

Satu cerita mengisahkan seorang pria miskin yang memiliki tiga orang putri. Pada masa itu, ayah seorang wanita muda harus menawarkan mas kawin kepada calon suaminya. Semakin besar mas kawin pria itu, semakin besar peluang seorang wanita muda untuk menemukan suami yang baik. Tanpa mas kawin, seorang wanita tidak dapat menikah.

Karena tidak memiliki mas kawin, putri-putri pria miskin ini akan dijual sebagai budak. Tapi secara misterius, pada tiga kesempatan berbeda, sekantong emas muncul di rumah mereka. Kantong-kantong emas itu diyakini dilemparkan melalui jendela yang terbuka dan mendarat di kaus kaki atau sepatu yang dibiarkan kering sebelum dibakar.

Cerita ini menimbulkan kebiasaan anak-anak menggantungkan stoking atau menaruh sepatu, dan dengan penuh semangat menunggu hadiah dari Santo Nicholas. Dalam beberapa versi, cerita tersebut tidak menyebutkan kantong-kantong emas, melainkan bola-bola emas. Itulah sebabnya tiga bola emas, yang terkadang dilambangkan sebagai jeruk, merupakan salah satu simbol untuk Santo Nicholas.

Pelindung Anak-anak

Salah satu cerita tertua yang menunjukkan Santo Nicholas sebagai pelindung anak-anak terjadi lama setelah kematiannya. Penduduk kota Myra sedang merayakan hari peringatan kematian Santo Nicholas pada malam hari, ketika sekelompok bajak laut Arab dari Kreta datang ke kota tersebut. Mereka mencuri harta karun dari Gereja Santo Nicholas untuk dibawa sebagai barang rampasan.

Saat mereka hendak meninggalkan kota, mereka menculik seorang anak laki-laki bernama Basilios untuk dijadikan budak.

Raja (emir) dari Kreta memilih Basilios untuk menjadi juru minuman pribadinya. Karena tidak menguasai bahasanya, Basilios tidak mengerti apa yang dikatakan sang raja kepada orang-orang di sekitarnya. Jadi, selama tahun berikutnya Basilios melayani raja, membawakan anggurnya dalam cangkir emas yang indah.

Orang tua Basilios sangat terpukul atas kehilangan anak tunggal mereka. Bagi mereka, tahun itu berlalu dengan lambat dan dipenuhi dengan kesedihan. Saat hari raya Santo Nikolas berikutnya mendekat, ibu Basilios tidak mau ikut dalam perayaan itu. Namun dia dibujuk untuk melakukan perayaan sederhana di rumah, yaitu dengan berdoa dengan tenang untuk keselamatan Basilios.

Sementara ibunya berdoa, Basilios sedang menjalankan tugasnya melayani sang emir. Secara tiba-tiba dia dibawa pergi. Kemudian Santo Nikolas menampakkan diri kepadanya, memberkatinya, dan menurunkannya di rumahnya di Myra. Orang tuanya gembira dan keheranan saat melihat Basilios secara mengejutkan menampakkan diri di hadapan mereka, masih memegang piala emas sang raja.

Kisah lain menceritakan tentang tiga mahasiswa teologi yang sedang dalam perjalanan untuk belajar di Athena. Seorang pemilik penginapan yang jahat merampok dan membunuh mereka, menyembunyikan jasad mereka di bak besar yang digunakan untuk membuat acar. Secara kebetulan Uskup Nicholas sedang melakukan perjalanan di rute yang sama dan berhenti di penginapan ini. Pada malam hari, dia bermimpi tentang kejahatan itu, bangun, dan memanggil pemilik penginapan. Ketika Nicholas berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, ketiga anak laki-laki itu secara ajaib hidup.

Di Prancis, ada kisah mirip tentang tiga anak kecil yang bermain-main hingga tersesat dan ditangkap oleh seorang tukang daging yang jahat. Santo Nicholas muncul, memohon kepada Tuhan untuk menghidupkan dan mengembalikan mereka kepada keluarga mereka.

Pelindung Para Pelaut

Beberapa cerita lainnya mengisahkan tentang kebaikan Santo Nicholas di laut. Ketika masih muda, Santo Nikolas menyewa sebuah kapal untuk berziarah ke Tanah Suci. Di sana, saat berjalan di tempat Yesus melangkah, Santo Nicholas berusaha untuk lebih mendalami kehidupan, penderitaan, dan kebangkitan Yesus.

Dalam perjalanan pulang, badai dahsyat mengancam akan menghancurkan kapal. Ketika Santo Nicholas berdoa dengan tenang, angin dan ombak tiba-tiba berhenti. Para pelaut yang ketakutan menjadi keheranan. Atas perbuatannya itu, Santo Nikolas dikenal sebagai pelindung para pelaut dan pelayar.

Para pelaut kemudian menyebarkan kisah-kisah tentang kebaikan dan perlindungan Santo Nicholas ke mana-mana. Hasilnya, kapel-kapel Santo Nikolas dibangun di banyak pelabuhan. Seiring popularitasnya menyebar selama Abad Pertengahan, dia menjadi santo pelindung Apulia (Italia), Sisilia, Yunani, Lorraine (Prancis), dan banyak kota di negara Eropa lainnya seperti Jerman, Austria, Swiss, Rusia, Belgia, dan Belanda.

Pangeran Agung Vladimir I dari Kiev membawa kisah-kisah Santo Nicholas ke tanah airnya, dan di sana dia menjadi santo yang paling dicintai. Santo Nikolas sangat dihormati sehingga ribuan gereja di negara-negara Eropa dinamai sesuai namanya.

Saat ini sosok Santo Nicholas dipuja di Timur sebagai orang yang membuat keajaiban. Di Barat, dia diyakini sebagai pelindung berbagai macam orang yang sedang kesulitan, mulai dari anak-anak, pelaut, bankir, pegadaian, sarjana, yatim piatu, buruh, pelancong, pedagang, hakim, orang miskin, gadis yang akan menikah, pelajar, anak-anak, pelaut, korban kesalahan hukum, tawanan, pembuat parfum, bahkan pencuri dan pembunuh.

Santo Nicholas Masuk Amerika Serikat

Santo Nicholas pertama kali muncul dalam budaya populer Amerika Serikat menjelang akhir abad ke-18. Pada bulan Desember 1773 dan di tahun 1774, sebuah surat kabar New York melaporkan bahwa beberapa keluarga Belanda berkumpul untuk memperingati hari kematiannya.

Nama Sinterklas berasal dari nama panggilan Nick dalam bahasa Belanda, Sinter Klaas, kependekan dari Sint Nikolaas. Pada tahun 1804, John Pintard, anggota Masyarakat Sejarah New York, membagikan potongan kayu Santo Nicholas pada pertemuan tahunan. Latar belakang ukiran tersebut berisi gambar-gambar Santa Claus yang kini sudah dikenal, termasuk kaus kaki berisi mainan dan buah yang digantung di atas perapian.

Pada tahun 1809, Washington Irving membantu memopulerkan cerita Sinter Klaas dengan menyebut Santo Nicholas sebagai pelindung New York dalam bukunya yang berjudul The History of New York. Seiring dengan meningkatnya popularitasnya, Sinter Klaas mulai digambarkan sebagai sosok dengan topi segi tiga biru, rompi merah, dan stoking kuning hingga seorang pria yang mengenakan topi bertepi lebar dan “sepasang stoking besar Flemish.”

Selanjutnya, sosok Santo Nicholas digambarkan dalam puisi “An Account of a Visit from Saint Nicholas” dan kartun karya Thomas Nast. Santa Claus akhirnya menjadi salah satu simbol Natal. [BP]