Sejarah Pilu Kamp Konsentrasi Bergen-Belsen, Tempat Anne Frank Menemui Ajal

Foto udara yang memperlihatkan kamp konsentrasi Bergen-Belsen, diambil oleh Kapten A. Lyell dari Skuadron 658 pada tanggal 20 April 1945. (Sumber: Army Flying Museum)

Koran Sulindo – Sewaktu Adolf Hitler berkuasa pada tahun 1933, Nazi mulai melaksanakan Holocaust dengan membangun kamp-kamp konsentrasi di banyak tempat. Kamp Bergen-Belsen adalah salah satu kamp konsentrasi yang dibangun pada tahun 1943, tepatnya pada bulan April, di dekat kota Bergen, Sachsen Hilir.

Melansir dari situs Gedenkstätte Bergen-belsen, awalnya kamp itu merupakan tempat untuk menampung 600 tawanan perang Prancis dan Belgia pada Juni 1940. Pada Mei atau Juni 1941, tentara Wehrmacht memperluas kamp ini dan membentuknya menjadi Stammlager (“kamp dasar”) dan rumah sakit untuk tawanan perang Soviet. Kamp ini diberi nama Stalag XI C (311) Bergen-Belsen.

Pada bulan Juli, Wehrmacht mendatangkan 2.000 tawanan perang Soviet. Jumlah ini meningkat hingga mencapai 21.000 pada musim gugur tahun 1941. Karena hanya ada sedikit gubuk yang telah selesai dibangun, para tawanan terpaksa tidur di tempat terbuka. Mereka membangun tempat berlindung dari tanah atau ranting pohon.

Di antara tahanan perang Soviet itu ada orang-orang Yahudi. Satuan tugas Gestapo (Einsatzkommando) menemukan setidaknya 500 orang Yahudi dan fungsionaris politik pada Agustus 1941. Mereka dipindahkan ke kamp konsentrasi Sachsenhausen.

Pada tahun yang sama hingga April 1942, 14.000 tawanan perang Soviet meninggal karena kelaparan dan penyakit.

Pada April 1943, Wehrmacht menyerahkan bagian selatan kamp kepada SS. SS lalu mendirikan “kamp pertukaran” sebagai bagian dari kamp konsentrasi Nazi dan menahan orang-orang Yahudi yang ingin ditukar dengan tahanan Jerman dari luar negeri. Rumah sakit tawanan perang di bagian utara kamp tetap berada di bawah kendali Wehrmacht.

Di bulan Juni, kamp Stalag XI C (311) dibubarkan, dan rumah sakit untuk tawanan perang berubah menjadi kamp cabang Stalag XI B di Fallingbostel.

Sebulan kemudian, lebih dari 2.300 orang Yahudi Polandia diangkut ke kamp pertukaran Bergen-Belsen. Jumlah ini meningkat pada bulan-bulan selanjutnya. Sebagian besar tahanan berasal dari Hungaria atau Belanda. Banyak dari mereka yang langsung dibunuh segera setelah tiba.

Selanjutnya pada Maret 1944, SS mendirikan sebuah bagian baru khusus laki-laki (Männerlager) di kamp konsentrasi Bergen-Belsen dan menggunakannya untuk menahan ribuan tahanan yang sakit dan tidak mampu lagi bekerja.

Kamp khusus perempuan (Frauenlager) ditambahkan pada musim panas tahun 1944. Para tahanan perempuan digunakan sebagai pekerja paksa di kamp-kamp satelit terdekat untuk industri persenjataan.

Di tahun ini pula tahanan Yahudi masih terus berdatangan. Ada juga sejumlah kecil tahanan yang dipindahkan ke kamp lain: salah satu transportasi membawa 222 orang Yahudi dari kamp konsentrasi Bergen-Belsen menuju Palestina pada akhir Juli.

Kamp konsentrasi Bergen-Belsen menjadi semakin tidak sehat di akhir Juli 1944, ketika 500 pasien di rumah sakit untuk tahanan militer Italia di Fallingbostel-Oerbke tiba. Sebagian besar dari mereka menderita tuberkulosis.

Pada Oktober dan November 1944, sekitar 1.000 tentara wanita dan perwira dari Tentara Dalam Negeri Polandia dibawa ke Bergen-Belsen sebagai tawanan perang. Selama periode ini pula beberapa ribu wanita dan anak-anak sipil yang terlibat dalam Pemberontakan Warsawa dibawa ke kamp khusus perempuan (Frauenlager) di Bergen-Belsen.

Tawanan Yahudi pun terus meningkat. Anne Frank dan kakaknya Margot ada di antara tawanan Yahudi asal Belanda. Mereka dideportasi dari kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau bersama sekitar 1.000 wanita lainnya dan tiba di kamp konsentrasi Bergen-Belsen pada 30 Oktober 1944. Sumber lain mengatakan mereka tiba d awal November. Ibu mereka, Edith, tetap berada di Auschwitz-Birkenau.

Anne Frank dikenal luas hingga saat ini sebagai penulis buku harian, yang dinamai “The Diary of a Young Girl” atau Buku Harian Seorang Gadis Muda.

Para tahanan wanita yang ditransfer dari Auschwitz-Birkenau itu ditempatkan di tenda-tenda, lalu dipindahkan ke barak-barak yang ruangnya sangat sempit, kotor, basah, dan dingin. Di sana mereka menderita kelaparan dan terkena penyakit menular seperti tifus dan disentri. Karena semakin banyak tahanan Yahudi yang masuk, kamp menjadi penuh sesak.

Selama berada di kamp khusus perempuan (Frauenlager), Anne dan Margot bertemu dengan beberapa wanita Belanda dan mereka mencoba saling membantu, tapi hanya sedikit yang diketahui tentang apa yang mereka alami di kamp.

Kondisi kamp khusus laki-laki (Männerlager) lebih buruk, karena para tawanan yang ditempatkan di sana dibiarkan tewas dan SS tidak melakukan apa pun untuk mengatasinya.

Pada Desember 1944 seorang SS-Hauptsturmführer bernama Josef Kramer ditunjuk sebagai komandan kamp konsentrasi Bergen-Belsen, menggantikan SS-Sturmbannführer Adolf Haas. Kramer merupakan mantan komandan kamp Auschwitz-Birkenau, dan pernah bertugas di kamp Dachau dan Natzweiler-Struthof. Kedatangannya di Bergen-belsen menjadi mimpi buruk bagi para tahanan, karena dia berpengalaman melakukan pembunuhan dengan gas secara pribadi. Di Auschwitz, Kramer terkenal sebagai seorang mandor yang keras.

Tahun 1945 tiba dengan membawa secercah harapan. Pada bulan Januari, kamp Bergen-Belsen dibubarkan. Kereta-kereta dipenuhi tahanan yang akan dipindahkan ke kamp tawanan perang lainnya atau ke ghetto.

Pada bulan Februari, Margot Frank meninggal karena tifus. Tidak lama kemudian, Anne Frank menyusul.

Akhirnya, pada 15 April 1945, pasukan Inggris tiba dan membebaskan sekitar 53.000 tahanan di Bergen-Belsen. Wehrmacht dan Inggris menegosiasikan gencatan senjata lokal. Josef Kramer menyerahkan kamp tersebut kepada tentara Inggris tanpa perlawanan.

Lebih dari 20.000 korban kamp konsentrasi Bergen-Belsen dimakamkan di kuburan massal. Hampir 29.000 korban lainnya dipindahkan ke rumah sakit darurat yang didirikan oleh Inggris di barak Wehrmacht di dekatnya. Untuk mencegah penyebaran penyakit, pasukan Inggris membakar sebagian besar gubuk kayu di halamannya.

Meski angka kematian di Bergen-Belsen sangat tinggi, kamp tersebut tidak masuk dalam kategori kamp pemusnahan. Sumber-sumber yang ada mengatakan bahwa tidak ada kamar gas maupun penembakan. Kematian di sana disebabkan oleh penelantaran secara terorganisasi, kelaparan, kerja paksa, penyakit, dan eksperimen medis. Lokasi bekas kamp konsentrasi Bergen-Belsen kini merupakan sebuah pemakaman besar. [BP]