Pada tanggal 22 Juni 1941, Adolf Hitler melancarkan Operasi Barbarossa.
Itu adalah awal dari sebuah kampanye yang pada akhirnya akan menentukan Perang Dunia 2.
Tujuan operasi ini adalah menghancurkan pasukan Uni Soviet, merebut sumber daya ekonominya yang besar, dan memperbudak penduduknya.
Semua ini adalah upaya untuk menyediakan Lebensraum atau ‘ruang hidup’ bagi ras Arya di Eropa Timur.
Pelaksanaan
Merangkum dari Perang Eropa oleh P. K. Ojong, Operasi Barbarossa. Barbarossa dilancarkan pada pukul 03.30 pagi, tanggal 22 Juni 1941. Satu hari lebih dulu dari Napoleon pada tahun 1812.
Hitler mempunyai kekuatan sebanyak 3,3 juta tentara, sedangkan Stalin 4,7 juta.
Serangan dibuka pada tiga jurusan. Grup Tentara Utara di bawah pimpinan Marsekal Wilhelm von Leeb menyerang di utara rawa Pripet (Pripet marshes). Kalau diteruskan, mereka akan tiba di Leningrad.
Grup Tentara Tengah di bawah Marsekal Fedor von Bock bergerak di selatan rawa-rawa Pripet. Kalau berhasil, Bock akan tiba di Kiev, dan akhirnya di Moskwa.
Grup Tentara Selatan di bawah Marsekal Rundstedt menyerbu Ukraina Selatan, ke arah Odessa dan Rostov.
Jadi serangan ini dilakukan sepanjang perbatasan yang ratusan mil lebarnya dengan strategi koloni yang paralel, persis seperti yang telah dilaksanakan di Prancis Mei 1940.
Mengingat lebarnya front, strategi ini adalah yang paling baik. Sebab dengan begitu kemungkinan untuk mengurung konsentrasi tentara Rusia lebih mudah.
Memang pengurungan dan pengepungan inilah tujuan Hitler.
Sebelum tentara Rusia yang menjaga perbatasannya sempat mengundurkan diri, mereka sudah harus dikurung dan dihancurkan.
Serdadu Rusia
Dalam babak pertama, Hitler mencapai sukses yang sesuai dengan harapannya.
Berturut-turut mula-mula di Minsk dan kemudian di Smolensk, gerakan menjepit Jerman berhasil menawan bukan puluhan, melainkan ratusan ribu serdadu Rusia.
Dalam pincer movement itu turut bergerak divisi-divisi berlapis baja yang dipimpin oleh Jenderal Guderian dan Jenderal Hoth.
Kemajuan cepat dari tentara Jerman ini, pertama tentu disebabkan oleh divisi lapis bajanya yang dibantu oleh pesawat-tukik Stuka, dan pemburu-pemburu yang dipimpin oleh Werner Molders, salah satu komandan pesawat pemburu Jerman yang termashur.
Kemenangan-kemenangan ini tentu tambah melambungkan kepercayaan Hitler akan kegeniusannya.
Optimisme
Namun, optimisme ini palsu.
Justru pada waktu itu, setelah Kota Smolensk direbut dalam suatu gerakan pengepungan raksasa pada tanggal 10 Juli, ternyata ditemukan kelemahan yang penting dalam strategi Hitler.
Waktu Hitler mulai dengan invasinya, ia belum tahu pasti kota-kota Rusia mana yang akan direbutnya.
Yang dipentingkan waktu itu hanya pengepungan tentara Rusia. Ini buat sebagian telah berhasil.
Dan kini Jerman telah tiba di Smolensk. Para jenderal Jerman (Halder, Guderian, von Kluge dan lain-lainnya) hendak menyerbu terus ke Moskwa—ibu kota Soviet Rusia.
Akan tetapi, Hitler menghendaki arah lain.
Keuntungan untuk merebut Moskwa—ditinjau dari sudut militer semata-mata—sudah jelas: dengan jatuhnya Moskwa, Rusia mendapat pukulan moril yang hebat, seperti jatuhnya tiap ibu kota memengaruhi semangat yang kalah.
Karena itu—demikian jenderal-jenderal Hitler—segala kekuatan harus dipusatkan pada Grup Tentara Utara dan Tengah (Leeb dan Bock), dan pasti Moskwa bersama Leningrad akan segera dapat dikuasai.
Akan tetapi, Hitler juga mempertimbangkan faktor ekonomis, bukan faktor militer saja.
Dia merasa lebih tertarik untuk menggempur Ukraina lebih dulu, karena merupakan gudang gandum Rusia yang subur.
Penguasaan Jerman atas daerah yang kaya itu akan membantu tenaga-perang Jerman.
Seolah-olah Tuhan menggelapkan pikiran Hitler. Kali ini pun ia mengambil keputusan yang fatal.
Moskwa ditinggalkan dulu, dan semua kekuatan dipusatkan ke arah Kiev di Ukraina…
Sejarah Dunkirk terulang lagi. Akan tetapi, dengan konsekuensi yang lebih hebat.
Sudah Delapan Minggu!
Pada tanggal 25 Agustus, Guderian memberi perintah atas nama Hitler untuk menyerang Kiev.
Hari itu adalah delapan minggu setelah Barbarossa dimulai. Akan tetapi, Rusia belum juga bertekuk lutut.
Menyerang Kiev berarti peperangan ini tidak bisa diselesaikan sebelum musim dingin. Dan mana pakaian musim dingin untuk tentara?
Sementara itu, selama Hitler bertukar pikiran dengan para jenderalnya tentang soal “ke Moskwa atau Kiev”, Rusia telah menggunakan waktu itu untuk memperkuat pertahanannya di luar Moskwa.
Ke Moskwa
Dalam bulan September itu barulah diputuskan bahwa kini giliran Moskwa untuk direbut.
Serangan dimulai tanggal 2 Oktober dan pecahlah pertempuran hebat di Vyasma, kira-kira di tengah jalan antara Smolensk dan Moskwa.
Sebelas hari kemudian tak kurang dari 650.000 tentara Rusia tertawan, bersama dengan 5.000 meriam dan 1.200 tank. Kembali suatu kemenangan taktis diperoleh Jerman.
Terheran-heran
Namun, segera semangat dan suasana di kalangan pimpinan dan tentara Jerman berubah.
Mereka terheran-heran dan kecewa bahwa pada akhir Oktober dan permulaan November, ketika orang Rusia yang menelan kekalahan begitu besar, masih meneruskan juga perlawanannya.
Pertahanan mereka bahkan makin gigih, pertempuran pun semakin sengit.
Pimpinan tentara Rusia yang harus melindungi Moskwa diganti oleh Marsekal Georgy Zhukov.
Hutan yang memisahkan penyerang dari Moskwa, penuh dengan ranjau, rintangan kawat berduri, dan sarang meriam serta senapan mesin yang disembunyikan secara pandai.
Tentara yang baru juga dibentuk. Bahkan, kaum buruh Moskwa pun dikerahkan.
Dan karena Hitler memberi prioritas pada Kiev, maka dalam beberapa minggu waktu yang berharga itu, tiba pula bala bantuan Rusia dari Siberia.
Sementara itu evakuasi dari Moskwa telah dimulai. Akan tetapi Stalin dengan stafnya tetap di ibu kota.
Setiba di terusan Moskova-Volga, orang Jerman ditahan oleh pasukan Rusia yang masih segar.
Tanggal 3 Desember Rusia pun menyerang dengan tank dan buruh Moskwa yang dikerahkan untuk membela kotanya.
Titik Balik
Von Kluge menghentikan ofensifnya dan mulai mundur.
Keputusan von Kluge itu tepat, sebab beberapa hari kemudian Marsekal Zhukov melancarkan ofensif besarnya mulai tanggal 6 Desember.
Turning-point atau titik balik di medan perang Rusia telah tiba. Dengan demikian, harapan Jerman menaklukkan Rusia dalam tahun 1941, telah gagal!
Pasukan Rusia menyerang dalam pakaian musim dingin yang tebal dan hangat. Berbeda dengan tentara Jerman.
Baru pada saat yang sudah terlambat Hitler memberi perintah menyediakan pakaian itu. Akan tetapi, datangnya baru beberapa bulan kemudian.
Hitler Menjadi Panglima
Marsekal von Bock diganti oleh von Kluge. Juga panglima Jerman di lapangan yang tertinggi, Marsekal Walter von Brauchitsch diganti oleh Hitler sendiri.
Kini semua kekuasaan militer di tangan Hitler. Dia yakin bahwa dia sendirilah yang mampu mencegah suatu keruntuhan.
Dan harus diakui bahwa ia memang berhasil mencapai tujuan itu. Perintahnya yang fanatik untuk mempertahankan posisi bagaimana pun juga, ternyata benar.
Pengunduran diri melalui es dan salju itu akan membawa tentara Jerman dalam bencana yang sama dengan Grande Armee Napoleon. Seluruh front akan roboh karenanya.
Dibantu oleh sifat-sifat militer yang terbaik dari serdadu Jerman, yang meskipun barangkali tak seulet serdadu Rusia, berhasillah Hitler menolak serangan Zhukov.
Pada hari Natal 1941, markas besar Jerman masih tetap di Maloyaroslavest.
Meskipun kekuatan Rusia lebih besar, mereka tak berhasil menghancurkan front Jerman di sebelah barat Moskwa sampai akhir tahun 1941.
Tetapi satu hal sudah pasti: blitzkrieg sudah lewat, dan Jerman berada dalam kondisi defensif… [BP]