Sebelum Mata Uang Yuan, Transaksi Lebih Dulu Pakai Ringgit, Baht, dan Yen – Bagian 2

koransulindo.com – Nilai kerja sama LCS bersama Thailand, Malaysia, dan Jepang sejak Januari-Juli 2021 telah mencapai 1,2 miliar dolar AS, dengan rata-rata per bulan sebesar 177 juta dolar AS. Untuk yen Jepang saja, transaksi LCS tercatat sudah cukup signifikan tahun ini, yakni mencapai 190 juta dolar AS selama Januari-Juli 2021.

Negeri Sakura termasuk salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, transaksi antara keduanya besar. Dari segi perdagangan barang saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pangsa ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang pada Juli 2021 mencapai 1,19 miliar dolar AS atau 7,14 persen, berada di peringkat ketiga setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.

Itu belum seberapa jika dilihat dari transaksi impor. Jepang merupakan pengimpor nonmigas ke Tanah Air terbesar kedua, dengan nilai 1,13 miliar dolar AS dengan pangsa 8,48 persen di Juli 2021.

Sementara pada 2018, nilai transaksi LCS dengan Thailand dan Malaysia rata-rata per bulan sebesar 31,7 juta dolar AS, sehingga totalnya 350 juta dolar AS untuk keseluruhan tahun. Kemudian pada 2019, transaksi LCS masih hanya dilakukan dengan Thailand dan Malaysia dengan total 760 juta dolar AS atau rata-rata 63,3 juta dolar AS per bulan.

Sementara di 2020, transaksi LCS kian meningkat dan sudah dilakukan bersama tiga negara, yakni Thailand, Malaysia, dan Jepang. Rata-rata transaksinya mencapai 72,2 juta per bulan atau totalnya 800 juta dolar AS dalam satu tahun tersebut.

Perluasan penggunaan LCS diharapkan dapat mendukung stabilitas rupiah. Ini bisa dicapai melalui dampaknya terhadap pengurangan ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valas domestik.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi mengungkapkan, perluasan negara mitra LCS akan terus dilakukan bank sentral dengan cakupan kegiatan ekonomi domestik yang masih sangat luas. Saat ini, pihaknya akan mencoba memperluas transaksi LCS dengan beberapa negara di Asia, terutama negara di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara.

Jika sudah menyasar wilayah Asia, perluasan LCS secara bertahap akan menuju ke kawasan Timur Tengah. Sebab, banyak transaksi Indonesia dalam konteks perdagangan, remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan jasa perjalanan. Kendati demikian, pihaknya belum bisa menerangkan lebih lanjut negara mana yang sedang dijajaki Indonesia untuk kerja sama LCS, karena masih adanya proses komunikasi dan negosiasi.

“Intinya secara prinsip ini belum selesai,” ucap Doddy. Pihaknya memang sedang mencoba memperluas kerjasama. Fokusnya adalah negara-negara di kawasan utama di mana kita memiliki hubungan perdagangan, baik barang maupun jasa, serta investasi yang besar. [AT]

(Selesai. Bagian pertama dapat dilihat di sini)

Baca juga: