Salvador Dali dan Lukisannya

Tanggal 11 Mei mungkin tak terdengar istimewa bagi sebagian orang. Namun, pada hari inilah, 121 tahun yang lalu, lahir seorang seniman yang kelak mengguncang dunia dengan karya-karya yang tampak seperti mimpi gila, namun justru mengungkap kenyataan terdalam manusia. Ia adalah Salvador Dalí, ikon seni surealis, seniman yang menjadikan absurditas sebagai bentuk tertinggi dari ekspresi.

Lelaki yang bernama lengkap Salvador Domingo Felipe Jacinto Dalí i Domènech, 1st Marquess of Dalí de Púbol lahir di Figueres,  Spanyol, 11 Mei 1904 ini pernah menempuh pendidikan di Real Academia de Bellas Artes de San Fernando, Madrid.

Dalí bukan sekadar pelukis. Ia adalah penjelajah dunia bawah sadar, penggali mimpi, sekaligus pengacau norma dalam seni. Dengan kumis melengkung khasnya, pakaian nyentrik, dan pernyataan-pernyataan penuh dramatisasi, ia tak hanya menciptakan seni—ia menjelma menjadi seni itu sendiri.

Imajinasi yang Melampaui Zaman

Lukisan terkenalnya, The Persistence of Memory (1931), menampilkan jam-jam meleleh di lanskap yang sunyi. Karya ini bukan sekadar visual aneh. Ia berbicara tentang waktu yang lentur, ketidakkekalan, dan bagaimana manusia terjebak dalam dimensi tak kasatmata antara logika dan mimpi. Dalam era sekarang—di mana waktu terasa semakin cair karena teknologi dan dunia digital—karya itu terasa bahkan lebih relevan.

Dalí menyebut dirinya sebagai seseorang yang mampu “melukis mimpi dengan tangan seorang realis.” Sebuah klaim yang hingga kini sulit dibantah. Ia mencampurkan ilusi, simbolisme Freudian, dan kecanggihan teknik melukis klasik menjadi satu kombinasi yang belum pernah ada sebelumnya.

Jika Dalí Hidup di Era Digital

Bayangkan jika Salvador Dalí lahir di abad ke-21. Akankah ia membuat lukisan atau NFT? Mungkin ia akan menjadi bintang TikTok dengan performa teatrikalnya. Mungkin pula ia akan menggunakan kecerdasan buatan untuk menciptakan seni yang tak bisa dibedakan dari mimpi manusia.

Dalí pasti akan menyukai dunia media sosial—bukan untuk mencari validasi, tapi untuk mengejutkan dan mengguncang. Imajinasi liarnya bisa menjelma dalam bentuk augmented reality, seni interaktif, atau kolaborasi lintas disiplin dengan ilmuwan dan insinyur.

Dan siapa tahu, dengan ketertarikannya terhadap dunia bawah sadar, ia mungkin tertarik pada riset neuroscience, atau bahkan menjadi duta besar dunia untuk eksplorasi mimpi dan kesadaran.

Warisan Dalí di Masa Kini

Di tengah dunia yang semakin seragam dan terkadang kering dari keberanian untuk berbeda, sosok Salvador Dalí mengajarkan kita bahwa menjadi absurd bukanlah kelemahan, tapi kekuatan. Bahwa keberanian untuk tidak dimengerti bisa jadi satu-satunya jalan untuk benar-benar didengar.

Warisannya bukan hanya ada di museum atau buku sejarah seni. Warisan Dalí hidup dalam setiap seniman yang berani menabrak batas, dalam setiap orang yang memilih untuk berpikir dengan cara yang tak biasa, dan dalam mimpi-mimpi yang terus kita perjuangkan meskipun tampak tidak masuk akal.

Karena seperti kata Dalí sendiri:

“Perbedaan antara saya dan orang gila adalah: saya bukan gila.” [IQT]