PM Cina Li Keqiang

Koran Sulindo – Perdana Menteri Cina Li Keqiang tiba di Jakarta, Minggu (6/5) dalam kunjungan resmi kenegaraannya ke Indonesia pada 6-8 Mei 2018.

Menggunakan pesawat khusus Pemerintah Cina, Li disambut Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pukul 17.00 WIB. Menyertai Luhut Duta Besar Indonesia untuk Cina, Djauhari Oratmangun.

“Kunjungan PM Li ke Indonesia atas undangan Presiden Joko Widodo. Ini merupakan kunjungan balasan,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying dalam keterangan tertulisnya.

Di Indonesia, Li diagendakan bakal bertemu dengan Joko Widodo di Istana Kepresidenan dan berkunjung ke Sekretariat ASEAN. Ia juga dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Bisnis Indonesia-Tiongkok.

Kunjungan Li ke Sekretariat ASEAN, sekaligus menghadiri peringatan HUT Ke-15 hubungan kemitraan strategis Cina dan ASEAN.

Ini adalah kunjungan pertama Li ke luar negeri sejak memangku jabatan perdana menteri untuk periode lima tahun keduanya sejak Maret 2018. Ia pernah berkunjung ke Indonesia tahun 2008 silam saat masih menjabat sebagai wakil perdana menteri.

Selain berbagai agenda tersebut, pertemuan Li dengan Presiden Jokowi juga bakal mendiskusikan tindak lanjut inisiatif Jalur Sutera Maritim Abad ke-21 atau “Belt and Road” dengan Indonesia.

Selama kunjungan tersebut, Li dan Presiden Jokowi bakal mengeluarkan pernyataan bersama dan menandatangani beberapa dokumen kerja sama berbagai sektor, termasuk perdagangan dan investasi.

Li juga diagendakan membicarakan proyek pembangunan jaringan kereta api cepat Jakarta-Bandung serta peningkatan hubungan kerja sama perdagangan Indonesia-Cina.

Presiden Jokowi bertemu dengan Li saat berkunjung ke Cina pada tahun 2015 silam. Kala itu Jokowi bertandang ke Cina untuk mengundang pemodal-pemodal negeri itu untuk berpartisipasi pada pembangunan infrastruktur pelabuhan Indonesia.

Menurut rencana setelah kunjungannya ke Jakarta, Li bakal terbang ke Jepang untuk memenui undangan PM Jepang Shinzo Abe.

Di Jepang mereka bakal menghadiri pertemuan para pemimpin Cina, Jepang, dan Korea Selatan.

Jalur Sutera

Dengan kekuatan ekonominya saat ini, Cina sangat berkepentingan untuk memperkuat posisinya dikawasan jalur sutera, baik jalur darat maupun jalur laut.

Terutama meningkatkan hubungan koneksitas ekonomi kawasan yang lebih intens  disamping memperkuat basis ideologis.

Secara alamiah Cina mengandalkan pendekatan historis, etnis dan ideologis untuk membangun iklim kondusif di negara-negara sepanjang Jalur Sutera Maritim, khususnya di Asia Tenggara, mulai dari Vietnam, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan seterusnya.

One Belt adalah satu jalur perekonomian yang mengacu pada jalur sutera atau jalur perdagangan kuno bangsa Cina ke Eropa yang telah ada beberapa abad yang lalu.  Sedangkan One Road mengacu pada jalur sutera perekonomian dunia namun melalui lautan.

Cina menggagas inisiatif kerjasama ini dengan Negara-negara yang terlewati “Maritime Silk Road”, dan tentu Asia Tenggara akan menjadi sasaran utama karena Negara-negara Asia Tenggara masih berkembang dan memiliki posisi strategis dalam jalur perdagangan ini.

Cina menggagas inisiatif tersebut karena dorongan ambisi untuk menguasai perekonomian dunia melalui globalisasi produk dan pengaruhnya kepada dunia khususnya Negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Dengan akses melalui lautan, Cina dipastikan akan dapat dengan leluasa untuk menanamkan pengaruhnya kepada Negara-negara yang dilewati “Maritime Silk Road” ini jika dibandingkan “Silk Road” kuno.

Namun, jika dilihat dari sisi positifnya, manfaat bagi Indonesia adalah akan meningkatnya daya saing produk dan standar kualitasnya.

Produk dalam negeri akan ‘dipaksa’ sampai pada titik terbaiknya, dimana produk dengan kualitas lebih baik dan harga yang lebih murah dari produk pesaing. Selain itu, produk Indonesia akan mudah menyebar ke berbagai Negara-negara lain, khususnya Asia Tenggara. (TGU)