Setelah berhasil mengevakuasi dua korban yang dinyatakan hilang akibat bencana longsor di Tana Toraja, Basarnas Makassar secara resmi menutup operasi SAR. Bencana tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (13/4) malam di dua titik di daerah itu, total korban meninggal dunia akibat bencana tersebut menjadi 20 orang.
Sebelumnya, tanah longsor yang terjadi pada Sabtu malam tersebut telah menewaskan 18 orang yang tersebar di dua titik yakni 14 orang di Palangka, Kecamatan Makale dan empat orang di Lembang Randanbatu, Kecamatan Makale selatan, Tana Toraja sementara dua korban lainnya masih dalam pencarian.
Tim pencarian dan pertolongan (SAR) gabungan juga telah berhasil melakukan evakuasi sebanyak 77 orang warga Makale dan Makale Selatan, Tana Toraja, Sulawesi Selatan dan dinyatakan selamat dari bencana longsor.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, puluhan orang korban selamat tersebut dievakuasi petugas SAR gabungan ke posko darurat yang didirikan pada halaman gereja desa setempat.
Bencana longsor itu pertama terjadi di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sabtu (13/4/2024) sekitar pukul 23.30 Wita akibat hujan deras. Kemudian, longsor juga di Desa Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja, Minggu (14/4/2024).
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengatakan longsor di Tana Toraja diduga terjadi karena kondisi alam atau lahan yang menurun.
“Saya terus mengimbau warga Sulsel khususnya Tana Toraja, karena alamnya Sulsel ini sangat rawan longsor dan banjir, alamnya kita yang sudah menurun kemampuannya,” ujar Bahtiar.
Sementara itu, Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, menyebut sebanyak delapan kepala keluarga akan direlokasi dari lokasi terdampak bencana tanah longsor.
“Jadi untuk warga yang terdampak, sementara dilakukan upaya pendataan dan membicarakan dengan masyarakat, untuk melakukan relokasi dari tempat-tempat yang kita nilai rawan untuk ke tempat lebih aman,” kata Theofilus, Selasa (16/4). [DES]