Awal Gereja Kristen Jawi Wetan di Mojowarno, Jombang

Coolen tak tahan ketika tahu jemaatnya menerima pembaptisan dan adat orang Belanda. Ini sebuah ironi karena orang Kristen Jawa justru menolak agama Kristen yang telah disesuaikan dengan budaya Jawa ala Coolen dan berpaling pada agama Kristen gaya Emde yang justru menolak seluruh kebiasaan Jawa.

Mengutip Jan Sihar Aritonang dan Karel Steenbrink dalam A History of Christianity in Indonesia, “Emde tak hanya membaptis, juga menyuruh memotong rambut, memakai pakaian Eropa, dan menjauhkan diri dari semi-sakral wayang.” 

Kemudian Coolen dan Tosari mendirikan sebuah desa di kawasan hutan angker, yang diberi nama Mojowarno, enam kilometer dari Ngoro, pada 1844. Tosari menjadi gembala jemaat mereka. Selama beberapa tahun jemaat ini berjalan dengan pimpinan yang hanya terdiri dari orang-orang Jawa. Tapi dalam ketatabaktian dan hal-hal lain mereka memakai bentuk dari Barat.

(foto: direktoriwisatajombang)

Gereja Kristen Jawi Wetan -GKJW Mojowarno (foto: direktoriwisatajombang)

Tosari diangkat menjadi Pemuka Jemaat Kristen Jawa di Mojowarno sesuai Surat Keputusan dari Majelis Jemaat Kristen Protestan di Surabaya tanggal 29 Maret 1851.

Paulus Tosari tetap mengajarkan Injil ala Coolen. Dia mengabarkan Injil dengan menggunakan kultur Jawa tapi tetap mempraktekkan sakramen. Dia memakai wayang sebagai media menyebarkan ajaran Kristen. Sebab, bagi masyarakat Jawa, wayang merupakan sesuatu yang akrab dalam kehidupan mereka. Dengan wayang justru Injil terkabarkan dengan baik. Dia juga menulis tembang Kristen yang dikumpulkan dengan judul Rasa Sedjati.

Baca juga RABO-RABO : Tahun Baruan Warga Kampung Tugu Cilincing

Selain tembang Rasa Sedjati, peninggalan berharga lainnya dari Paulus Tosari adalah Gereja Mojowarno, yang diresmikan pada 8 Maret 1881. Bersama gereja-gereja Jawa di Jawa Timur, pada 11 Desember 1931, di gedung gereja Jemaat Mojowarno diresmikan Majelis Agung yang merupakan upaya mempersatukan 29 raad pasamuwan alit (majelis jemaat) di seluruh Jawa Timur.

Pemerintah Hindia Belanda secara resmi menyebutnya sebagai Oost Javaansche Kerk, yang akhirnya menjadi Gereja Kristen Jawi Wetan atau GKJW. [Nora E]