Pluto dulunya adalah planet kesembilan di Tata Surya, tetapi telah diklasifikasikan ulang sebagai planet kerdil. (Sumber: nasa.gov)

KIta mengenal 8 planet dalam Tata Surya, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Selain mereka, ada juga sejumlah planet kerdil yang diakui secara resmi di Tata Surya.

Planet kerdil sangat mirip dengan planet biasa. Mereka memiliki massa dan gravitasi yang cukup untuk membuat bentuknya hampir bulat. Planet kerdil juga bergerak mengelilingi Matahari.

Yang membedakannya adalah planet kerdil bisa mengalami guncangan saat bergerak, karena lintasannya penuh dengan objek lain seperti asteroid. Selain itu, planet biasa memiliki lintasan yang jelas untuk mengelilingi matahari. Ini karena sebagian besar tumbukan terjadi miliaran tahun yang lalu, menyisakan hanya sedikit objek di lintasan.

Berikut pembahasan tentang 5 planet kerdil di Tata Surya, seperti dirangkum dari situs resmi NASA.

1. Ceres

Ceres adalah satu-satunya planet kerdil yang berada di Tata Surya bagian dalam, tepatnya di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Namanya diambil dari nama dewi jagung dan panen Romawi. Seperti Pluto, Ceres pernah diklasifikasikan sebagai planet biasa.

Ditemukan oleh Giuseppe Piazzi pada tahun 1801, Ceres menjadi planet kerdil pertama yang menerima kunjungan dari pesawat antariksa. Para ilmuwan ingin menelusuri planet ini untuk mencari kemungkinan tanda-tanda kehidupan. Alasannya adalah Ceres memiliki air asin dan dan tampak aktif secara geologis.

Ceres mungkin terdiri dari 25 persen air, jumlah yang lebih banyak daripada Bumi. Di bagian keraknya yang berbatu dan berdebu terdapat endapan garam yang besar. Garam ini tidak seperti garam dapur (natrium klorida), tetapi terbuat dari berbagai mineral seperti magnesium sulfat.

Jika ada kehidupan di Ceres, kemungkinan besar bentuknya berupa mikroba yang sangat kecil seperti bakteri. Namun jika planet tersebut tidak memiliki makhluk hidup saat ini, mungkin ada tanda-tanda bahwa Ceres pernah memiliki kehidupan di masa lalu.

2. Pluto

Orang yang menamai Pluto adalah Venetia Burney, seorang anak perempuan berusia 11 tahun dari Oxford, Inggris. Pada tanggal 14 Maret 1930, kakeknya, Falconer Madan, telah mengumumkan bahwa para ilmuwan menemukan planet kesembilan.

Venetia menyarankan kepada kakeknya agar planet baru itu diberi nama sesuai dengan nama dewa Romawi yang menguasai dunia bawah. Ia menawarkan nama Pluto saat sarapan bersama ibu dan kakeknya. Penamaan ini menarik perhatian dunia dan Venetia mendapatkan tempat dalam sejarah astronomi planet.

Sebagai planet yang paling terang di Sabuk Kuiper, Pluto berisi pegunungan, lembah, dataran, kawah, dan gletser. Ukurannya hanya selebar 2.253 km (1.400 mil) atau setengah dari Amerika Serikat. Planet ini mungkin memiliki inti berbatu yang dikelilingi oleh mantel es air. Beberapa orang bahkan beranggapan mungkin ada lautan di dalamnya.

Pluto telah lama dianggap sebagai planet kesembilan di Tata Surya. Namun ia diklasifikasikan ulang sebagai planet kerdil pada tahun 2006 oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU).

Menurut Resolusi IAU tahun 2006, “planet kerdil adalah objek yang mengorbit Matahari dan cukup besar untuk menarik dirinya ke bentuk yang hampir bulat, tetapi belum mampu membersihkan orbitnya dari serpihan”.

IAU menyatakan Pluto termasuk dalam kategori planet kerdil karena terletak di bagian Tata Surya yang dikenal sebagai wilayah Trans-Neptunus (di luar Neptunus), tempat objek lain mungkin bergerak di lintasan orbitnya.

3. Haumea

Haumea diambil dari nama dewi kesuburan Hawaii. Planet kerdil ini awalnya dinamai 2003 EL61 dan dijuluki Santa oleh salah satu tim penemu.

Haumea terletak di Sabuk Kuiper, wilayah berbentuk donat yang terdiri dari benda-benda es di luar orbit Neptunus. Planet ini membutuhkan waktu 285 tahun Bumi untuk melakukan satu kali perjalanan mengelilingi Matahari.

Saat Haumea mengorbit Matahari, ia menyelesaikan satu putaran setiap 4 jam. Ini menjadikannya salah satu objek besar yang berputar paling cepat di Tata Surya. Kecepatan putarannya mendistorsi bentuknya, sehingga planet kerdil ini tampak seperti bola sepak.

Haumea adalah Objek Sabuk Kuiper pertama yang memiliki cincin. Dengan lebar sekitar 1/7 Bumi, planet ini sangat dingin dan tidak memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan. Para astronom meyakini Haumea terbuat dari batu yang dilapisi es.

4. Makemake

Makemake berukuran sedikit lebih kecil dari Pluto dan merupakan objek paling terang kedua di Sabuk Kuiper jika dilihat dari Bumi. Makemake dinamai berdasarkan dewa kesuburan Rapanui.

Planet kerdil ini pertama kali diamati pada Maret 2005 oleh M.E. Brown, C.A. Trujillo, dan D.L. Rabinowitz di Observatorium Palomar, California. Brown mengatakan nama kode tidak resmi dari Makemake adalah Easterbunny, “untuk menghormati fakta bahwa planet ini ditemukan hanya beberapa hari setelah Paskah”. Sebelum planet kerdil ini dikonfirmasi, nama sementaranya adalah 2005 FY9.

Makemake berwarna kemerahan kecokelatan, mirip dengan Pluto. Permukaannya sangat dingin, jadi tidak dapat mendukung kehidupan. Para ilmuwan juga mendeteksi metana dan etana beku di permukaannya.

Planet ini membutuhkan waktu 305 tahun Bumi untuk melakukan satu kali perjalanan mengelilingi Matahari. Saat mengorbit Matahari, Makemake menyelesaikan satu putaran setiap 22 setengah jam, sehingga panjang siangnya mirip dengan siang di Bumi dan Mars.

5. Eris

Eris adalah salah satu planet kerdil terbesar di Tata Surya. Ukurannya hampir sama dengan Pluto, tetapi jaraknya tiga kali lebih jauh dari Matahari. Dengan diameter ekuator sekitar 1.500 mil (2.400 kilometer), Eris berukuran sekitar 1/5 lebar Bumi.

Awalnya planet ini diberi nama 2003 UB313 dan dijuluki Xena oleh tim penemunya. Tetapi kemudian ia dinamai Eris, yang diambil dari nama dewi perselisihan dan pertikaian Yunani kuno. Nama tersebut dinilai cocok karena planet ini menjadi pusat perdebatan ilmiah.

Eris ditemukan pada tanggal 5 Januari 2005, dari data yang diperoleh pada tanggal 21 Oktober 2003, selama survei terhadap Tata Surya bagian luar oleh Mike Brown, Chad Trujillo, dan David Rabinowitz. Penemuan Eris memicu perdebatan di komunitas ilmiah, yang berujung pada keputusan IAU pada tahun 2006 untuk mengklarifikasi definisi planet.

Terletak di Sabuk Kuiper, Eris menyelesaikan satu rotasi setiap 25,9 jam saat mengorbit Matahari, sehingga panjang siangnya serupa dengan siang di Bumi. Eris kemungkinan besar memiliki permukaan berbatu yang mirip dengan Pluto. Para ilmuwan memperkirakan suhu permukaannya bervariasi, namun sangat dingin dan tidak mendukung kehidupan.

Itulah 5 planet kerdil di Tata Surya. Para ilmuwan masih belum mengetahui beberapa hal mengenai planet-planet tersebut, seperti ada atau tidaknya magnetosfer, detail karakteristik atmosfer, permukaan, dan strukturnya. [BP]