Muhammadiyah: Manusia Terjebak dalam Paradoks

Sulindomedia – Sejak tahun 2000, Muhammadiyah sudah konsen pada pembangunan lingkungan, dengan menyelamatkan lingkungan hidup dan tidak merusaknya sesuai dengan prinsip Islam. Bahkan, PP Muhammadiyah sudah membuat buku berjudul Teologi Lingkungan dan saat ini sedang akan membuat buku “Fiqh Lingkungan”, yang diharapkan dapat semakin memberikan kesadaran kepada masyarakat terhadap kepedulian lingkungan.

Demikian ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir, MSi saat berbicara dalam “Seminar dan Rapat Kerja Nasional Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah” dengan tema “Penguatan Umat serta Komunitas melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan” pada Sabtu lalu (30/4/2016) di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Haedar juga menambahkan, salah satu ayat dalam Alquran menyebutkan, manusia merasa seakan-akan membangun alam dan lingkungan, namun pada kenyataannya sebenarnya malah merusaknya. “Manusia terjebak dalam paradoks perilaku: merasa telah membangun, padahal merusaknya. Manusia saat ini sudah tidak manusiawi lagi dan alam sudah tidak alami lagi. Manusia sudah kehilangan kemanusiaannya dan alam kehilangan kealamiahannya,” tutur Haedar.

Dengan demikian, Haedar menyebutkan perlu dibentuknya politik hijau yang membangun kembali relasi antara manusia dan alam yang bersahabat. Ia menyebutkan, para pemikir modernis saat ini memandang alam merupakan obyektif semata-mata dan benda semata-mata yang dimanfaatkan oleh manusia demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. “Sedangkan keuntungan yang sebesar-besarnya tersebut akan berimbas pada kerugian yang sebesar-besarnya,” kata Haedar.

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, yang menjadi pembicara kunci menegaskan, sebagai negara dengan biodiversitas tertinggi kedua di dunia (setelah Brasil), sudah merupakan tugas bangsa Indonesia sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat ikut serta melestarikan titipan dari Tuhan yang Mahakuasa untuk kita jaga, kita rawat, dan dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan. Contoh-contoh seperti tadi tidak akan dapat terwujud bila tidak ada peran masyarakat sipil dalam mendukung gerakan pengelolaan lingkungan hidup.

Dikatakan, untuk menghadapi tantangan di masa depan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyusun beberapa sasaran strategis periode 2014-2019, untuk mengatasi ancaman kepunahan populasi spesies, yang meningkat 10%;

kesehatan DAS prioritas terpulihkan di tahun 2019; akses usaha masyarakat dalam pengelolaan hutan meningkat dibanding tahun 2014; tingkat deforestasi dan degradasi hutan dan lahan menurun setiap tahun; emisi gas rumah kaca turun 26% sesuai komitmen Pemerintah Indonesia; meningkatnya daya saing SDM lingkungan hidup dan kehutanan; meningkatnya role model sikap dan perilaku hidup masyarakat yang peduli terhadap alam dan lingkungan; iptek tersedia sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengguna dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan; kawasan hutan diakui secara dejure dan defacto oleh seluruh stakeholder; internalisasi Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional; meningkatnya kualitas lingkungan hidup dalam Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, dari 66,5-68,5 pada tahun 2019; kontribusi kehutanan terhadap PDB nasional meningkat setiap tahun dibanding data 2014.

Tantangan berat dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam mengelola lingkungan hidup, menurut Siti Nurbaya, akan terasa menjadi lebih ringan bila semua pihak yang terlibat mau bahu-membahu, membantu menyelesaikan masalah pengelolaan hutan dan lingkungan.  Untuk itu, lanjutnya, Muhammadiyah selaku lembaga masyarakat sipil terbesar di Indonesia, dengan ribuan sekolah beserta ratusan ribu alumninya, diharapkan dapat memberikan masukan dan saran konstruktif dalam pengelolaan lingkungan dan kehutanan. “Saya beserta jajaran di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan senang hati dan tangan terbuka menanti saran brilian agar lingkungan dan hutan dapat kita kelola secara baik dan lestari, sekaligus masyarakat dapat kita tingkatkan kesejahteraannya,” kata Siti Nurbaya.[YUK]