Organisasi Islam Muhammadiyah, salah satu organisasi besar di Indonesia. Di balik perkembangannya yang pesat, Muhammadiyah memiliki akar yang dalam dan kuat yang bermula dari sosok pendiri, KH Ahmad Dahlan. Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang sejarah dan kontribusi KH Ahmad Dahlan dalam mendirikan serta mengembangkan Muhammadiyah.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH Ahmad Dahlan
KH Ahmad Dahlan, lahir dengan nama kecil Raden Ngabei Ngabdul Darwis di Kauman Jogja pada 1868, merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Dalam silsilah keluarga, ia adalah keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar di antara Wali Songo. Ayahnya, KH Abu Bakar bin KH Sulaiman, seorang ulama, dan ibunya, putri H. Ibrahim bin K.H. Hassan, memberikan landasan kuat bagi pendidikan dan keagamaan Ahmad Dahlan.
Meskipun tidak belajar di sekolah formal, Ahmad Dahlan diasuh dan dididik mengaji oleh ayahnya. Kemampuannya membaca Al-Quran dengan lancar sudah terlihat sejak usia 8 tahun. Pada usia yang masih muda, ia memperdalam ilmu agama kepada beberapa ulama besar seperti KH Muhammad Saleh, KH Muhsin, KH R. Dahlan, KH Mahfudz, Syekh Khayyat Sattokh, Syekh Amin, Sayyid Bakri, dan lainnya.
Perjalanan Pendidikan ke Makkah dan Pengaruh Pemikiran Islam
Pada usia 15 tahun, atas persetujuan Kyai Ketib Amin, Ahmad Dahlan memperdalam ilmu agamanya ke Makkah dan melaksanakan ibadah haji. Di sana, ia mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaru dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afgani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah.
Kunjungan ke Makkah membuka wawasannya terhadap perkembangan Islam di dunia dan memperkaya pemahamannya tentang Islam. Setelah pulang, Ahmad Dahlan semakin aktif dalam kegiatan sosial dan membuka kelas belajar untuk ilmu umum dan agama.
Pendirian Muhammadiyah dan Kontribusi Pendidikan
Pengalaman dan ilmu yang didapat dari Timur Tengah mendorong KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah. Dengan dukungan teman-temannya, seperti Mas Rasyidi dan R. Sosrosugondo dari Budi Utomo, ia mendirikan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada tahun 1911, yang menggabungkan pendidikan tradisional dan umum.
Pada 18 November 1912, KH Ahmad Dahlan secara resmi mendirikan organisasi Muhammadiyah di Jogja. Tujuan organisasi ini adalah menyebarkan pengajaran Rasulullah kepada penduduk bumiputera dan memajukan Islam. Muhammadiyah aktif mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, mengadakan rapat dan tabligh, mendirikan wakaf dan masjid, serta menerbitkan berbagai literatur Islam.
Kontribusi Muhammadiyah dan Perkembangannya
Seiring perkembangan zaman, Muhammadiyah terus berkembang dan menjadi salah satu kekuatan besar dalam membangun masyarakat Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadis. Organisasi ini tidak hanya berfokus pada pendidikan, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Dengan menyelenggarakan Muktamar Muhammadiyah ke-48, organisasi ini terus menjaga tradisi keberlanjutan dan menyatukan pemimpin serta anggotanya untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam menghadapi tantangan zaman.
Muhammadiyah, dengan jejak sejarah yang panjang dan kontribusi luar biasa dari pendirinya, KH Ahmad Dahlan, telah menjadi salah satu organisasi Islam terkemuka di Indonesia. Melalui pendidikan, sosial, dan dakwah, Muhammadiyah terus berperan dalam memajukan Islam dan membangun masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai keislaman. Muktamar Muhammadiyah ke-48 menjadi momentum untuk merefleksikan perjalanan organisasi ini dan merencanakan langkah-langkah kedepan guna menghadapi perubahan dan tantangan yang ada. [UN]