Koran Sulindo – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meluruskan pernyataannya terkait kasus penyelundupan senjata yang menjerat dua purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat, Mayjen (Purn) Soenarko dan Mayjen Kivlan Zein.
Ryamizard menyebut dirinya tak meragukan kinerja kepolisian dalam menangani kasus Soenarko dan Kivlan terkait kepemilikan senjata api. Ia justru prihatin atas perbuatan kedua mantan perwira tinggi yang mendekam di Rutan Guntur.
“Saya prihatin, jadi duanya-duanya prihatin. Pertama karena purnawirawan, Kivlan kakak angkatan saya, Narko adik angkatan saya. Dua-duanya itu pas KSAD, bawahan saya. Harusnya tidak boleh terjadi,” kata Ryamizard saat ditemui di kediamannya, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (4/6).
“Percayalah (dengan Polri), masa saya nggak percaya. Kita ini negara hukum. Hukum panglima tertinggi. Kita harus patuh terhadap hukum,” kata Ryamizard.
Menurutnya, meskipun keduanya telah berjasa bagi negara dengan mengabdikan diri selama berpuluh-puluh tahun kepada negara, namun bila keduanya terbukti melakukan pelanggaran hukum maka harus ditindak.
“Walaupun ada jasa, kalau salah ya tunjukan salah. Bukan ada jasa, seenaknya juga, nggak boleh juga. Jangan ada ‘gorengan-gorengan’ lagi. Saya Menteri Pertahanan bangsa ini. Saya harus adil. Kita dukung polisi menegakan hukum. Hukum adalah panglima tertinggi harus ditaati seluruh anak bangsa, siapapun,” kata Ryamizard menegaskan.
Sebelumnya dia menyampaikan pernyataan yang dianggap meragukan kinerja Polri dalam mengungkap upaya penyelundupan senjata api dan perencanaan pembunuhan 4 tokoh negara.
“Terus terang saja di sana yang diperiksa banyak yang purnawirawan, itu senior saya, ada adik-adik angkatan saya. Sebagai sama-sama purnawirawan, sebetulnya saya melihat ini tidak baik, ini tidak boleh terjadi, kenapa bisa begitu,” kata Ryamizard minggu lalu di Istana Negara.
“Jangan menghilangkan image. Mereka-mereka itu sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi kepada bangsa dan negara.”
Dalam kesempatan itu, Ryamizard berharap kasus yang dihadapi para purnawirawan itu tidak menodai citra militer sementara mereka sebagai purnawirawan merupakan sisa tokoh militer dari banyaknya para prajurit yang gugur saat bertugas di TNI.
“Banyak teman kita gugur di Aceh, Papua, terutama di Timor Timur. Nah ini sisa-sisa yang belum gugur ini, kenapa jadi begitu? Kalau boleh dikatakan sedih, sedih saya. Bagi saya, tidak ada 01, 02,” kata dia.
Kala itu Ryamizard juga menyebut pernyataan itu bukan dalam rangka membela kubu 01 atau 02. Dia mengaku selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya.
“Menyikapi situasi nasional saat ini, perlu saya tegaskan bahwa saya adalah sebagai Menteri Pertahanan, akan selalu berfikir positif dan berdiri di atas semua pihak atau anak bangsa,” kata dia.[YMA/TGU]