Permainan Tradisional Congklak. (Foto: IStock)

Setiap tahunnya, tanggal 11 Juni diperingati sebagai Hari Bermain Internasional (International Day of Play). Peringatan ini bukan sekadar peringatan, melainkan bentuk pengakuan bahwa bermain adalah hak setiap anak. Ini adalah saat di mana dunia sejenak berhenti untuk mengingat bahwa tawa, lari-larian, dan imajinasi liar anak-anak bukan hal sepele, mereka adalah fondasi masa depan.

Mengapa Hari Bermain Perlu Diperingati?

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, Hari Bermain Internasional adalah momentum penting untuk melestarikan, mempromosikan, dan memprioritaskan waktu bermain, khususnya bagi anak-anak. Bermain bukan hanya aktivitas menyenangkan, tapi juga proses belajar alami yang mencakup perkembangan kognitif, fisik, sosial, emosional, dan kreatif.

Misalnya, permainan petak umpet, permainan ini cukup sederhana dimana satu orang bertugas menutup mata sambil berhitung dan yang lain bersembunyi. Namun, insting, pengendalian emosi serta kecepatan berpikir dilatih dalam permainan ini.

Anak yang bermain bukan hanya sedang mengisi waktu luang, tetapi juga sedang belajar mengenali dunia. Dalam prosesnya, mereka membangun ketahanan diri, mengembangkan kreativitas, belajar mengatasi masalah, dan bahkan menyembuhkan trauma.

Sebaliknya, membatasi waktu bermain bisa berdampak serius terhadap kesejahteraan anak. Dalam dunia pendidikan, pendekatan berbasis permainan terbukti lebih efektif dalam melibatkan siswa dan meningkatkan pemahaman. Saat anak menikmati proses belajar, mereka cenderung menyerap informasi lebih baik.

Bermain adalah Hak Anak, Bukan Sekadar Hiburan

Hak untuk bermain bukan sekadar anjuran moral. Pasal 31 dalam Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh PBB secara jelas menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk beristirahat, bersantai, bermain, dan terlibat dalam kegiatan budaya dan seni yang sesuai dengan usia mereka.

Oleh karena itu, Hari Bermain Internasional tidak hanya menjadi ajang selebrasi, tetapi juga seruan global bagi pemerintah, lembaga pendidikan, bisnis, dan masyarakat luas untuk membuat kebijakan, pelatihan, serta pendanaan yang mendukung permainan anak di segala lini kehidupan.

Tahun 2025 ini, Hari Bermain Internasional mengusung tema “Choose Play – Every Day”. Sebuah ajakan bagi semua pemangku kepentingan mulai dari orang tua hingga pembuat kebijakan untuk secara sadar menyediakan ruang dan waktu bermain bagi anak-anak setiap harinya.

Tema ini mengingatkan kita bahwa bermain bukan hanya untuk satu hari dalam setahun. Ia harus menjadi bagian dari rutinitas harian, dari rumah ke sekolah, dari desa ke kota. Karena dalam bermain, anak-anak bukan hanya bergerak, mereka bertumbuh menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Permainan Tradisional Indonesia

Indonesia punya kekayaan budaya yang luar biasa dalam hal permainan tradisional. Dari sabang sampai merauke, permainan lokal tak hanya menyenangkan tapi juga sarat nilai-nilai seperti kerjasama, strategi, disiplin, sportivitas, dan rasa kebersamaan.

Meskipun, di zaman sekarang permainan tradisional sudah jarang ditemui. Generasi sekarang lebih menyukai permainan modern, seperti game online. Jadi, keseruan berkumpul sepulang sekolah atau pagi hari di hari minggu sudah langka di zaman sekarang.

Berikut ini adalah 10 permainan tradisional Indonesia:

Congklak
Permainan dua orang dengan papan berlubang dan biji-bijian (biasanya dari kerang atau plastik). Tujuan utamanya adalah mengumpulkan biji terbanyak di lumbung masing-masing. Selain menghibur, congklak juga melatih strategi dan logika matematika dasar.

Egrang
Menggunakan dua batang bambu panjang sebagai alat berjalan, anak-anak diajak melatih keseimbangan, konsentrasi, kekuatan otot tubuh dan keberanian. Egrang sering dimainkan saat perayaan HUT RI di desa-desa.

Gobak Sodor
Permainan beregu yang membutuhkan kerja sama tim, taktik dan pastinya kecepatan. Satu tim bertugas menjaga garis, tim lainnya mencoba menembus barisan pertahanan. Gobak sodor mengajarkan strategi, kegigihan, dan sportivitas.

Kelereng (Gundu)
Bola-bola kaca kecil ini dimainkan dengan cara disentil. Anak harus mengincar kelereng lawan agar bisa memilikinya. Permainan ini mengasah ketepatan dan koordinasi tangan-mata.

Lompat Tali (Karet)
Menggunakan tali dari anyaman karet yang dipegang oleh dua orang lalu ditarik setinggi pinggang hingga kepala. Pemain harus melompati tali tanpa menyentuhnya. Permainan ini melatih kelincahan, keseimbangan dan ketepatan gerakan karena jika menyentuhnya maka dianggap gagal dan harus gantian memegang tali karet.

Engklek
Digambar di tanah dengan bentuk kotak-kotak, anak melompat dengan satu kaki sambil mengikuti urutan yang ditentukan. Biasanya pemain melempar batu pipih, uang koin, hingga pecahan keramik ke dalam kotak. Permainan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengasah keseimbangan dan fokus.

Layang-Layang
Menerbangkan layang-layang di langit terbuka terlihat menyenangkan apalagi saat layangan yang diterbangkan melambung tinggi terbawa angin. Layangan juga sering menjadi ajang kompetisi antar kampung, siapa yang paling tinggi, siapa yang paling kuat, dan siapa yang benangnya paling tajam. Ia mengajarkan kesabaran dan keuletan.

Petak Umpet
Satu anak berjaga, yang lain bersembunyi. Permainan ini tak lekang oleh waktu dan tetap jadi favorit karena keseruan dan unsur kejutan yang dimilikinya. Petak umpet melatih kemampuan pengamatan, kecepatan berpikir, dan pengendalian emosi.

Ular Naga Panjang
Dimainkan berkelompok, dua anak membentuk ‘gerbang’ sementara anak lainnya berjalan berbaris melewati gerbang sambil bernyanyi. Di akhir lagu, satu anak akan “tertangkap”. Ini mengajarkan kerja tim, kekompakan, dan koordinasi.

Bentengan
Dua tim menjaga bentengnya masing-masing. Siapa yang bisa menyentuh benteng lawan tanpa tertangkap, dialah pemenangnya. Permainan ini kaya akan strategi, kekompakan tim dan kecepatan.

Melalui permainan, anak-anak di seluruh dunia maupun Indonesia dari Sabang sampai Merauke belajar lebih dari sekadar menang atau kalah. Mereka belajar siapa dirinya, bagaimana bersosialisasi, bagaimana menghadapi tantangan, dan bagaimana tetap berdiri meski jatuh.

Hari Bermain Internasional adalah momentum yang tepat untuk kita semua, orang tua, pendidik, pemerintah, dan masyarakat mengembalikan ruang dan waktu bermain ke dalam kehidupan anak-anak. Bukan hanya untuk nostalgia, tetapi untuk memastikan bahwa generasi masa depan tumbuh dengan seimbang, cerdas, sehat, bahagia, dan manusiawi. [UN]