Kota Kuwait (Wikipedia)

Sejarah sebuah bangsa tidak hanya ditandai oleh masa kejayaan, tetapi juga oleh perjuangan dalam mempertahankan kedaulatan. Kuwait adalah salah satu negara yang mengalami masa kelam ketika menghadapi invasi Irak pada tahun 1990. Namun, berkat perjuangan dan dukungan internasional, Kuwait berhasil merebut kembali kemerdekaannya pada 26 Februari 1991, sebuah momen bersejarah yang kini diperingati sebagai Hari Pembebasan Kuwait.

Lebih dari sekadar mengenang peristiwa tersebut, perayaan ini menjadi pengingat akan ketahanan dan perkembangan Kuwait dari masa ke masa. Dari sebuah desa nelayan kecil hingga menjadi negara makmur dengan warisan budaya yang kaya, Kuwait terus menunjukkan kemajuan tanpa melupakan akar sejarahnya. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah Hari Pembebasan Kuwait serta bagaimana tradisi dan budaya masyarakatnya tetap lestari hingga kini.

Latar Belakang Sejarah

Setiap tanggal 26 Februari, Kuwait memperingati Hari Pembebasan Kuwait untuk mengenang kembalinya kemerdekaan negara tersebut setelah pendudukan Irak pada tahun 1991. Hari bersejarah ini merupakan hasil dari operasi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Operasi Badai Gurun, dalam upaya merebut kembali Kuwait setelah invasi Irak.

Kuwait awalnya merupakan desa nelayan kecil pada tahun 1600-an. Pada tahun 1899, wilayah ini menjadi protektorat Inggris hingga akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1961. Sheikh Abdullah Al-Salim Al-Sabah kemudian menjadi Emir pertama Kuwait yang merdeka. Namun, pada 2 Agustus 1990, Irak menyerbu Kuwait menyusul perselisihan terkait pendapatan ladang minyak. Kota Kuwait pun dibombardir, dan enam hari kemudian, pemerintahan Kuwait digantikan oleh gubernur yang ditunjuk oleh Irak.

Invasi ini memicu kemarahan global, dan setelah upaya diplomatik gagal, Dewan Keamanan PBB memberikan tenggat waktu hingga 15 Januari 1991 bagi Irak untuk mundur dari Kuwait. Namun, Irak tetap bertahan, sehingga AS dan pasukan koalisi melancarkan Operasi Badai Gurun pada 17 Januari 1991. Serangan darat yang hanya berlangsung selama empat hari memaksa tank-tank Irak mundur dari Kuwait pada 26 Februari 1991, mengakhiri pendudukan tersebut.

Saat ini, Kuwait dikenal sebagai negara yang makmur dan aman. Berdasarkan Indeks Perdamaian Global tahun 2021 yang diterbitkan oleh Institute for Economics & Peace, Kuwait menempati peringkat ke-36 dari 163 negara sebagai salah satu negara yang paling damai di dunia. Tingkat kejahatan yang rendah menjadikan Kuwait sebagai tempat yang aman untuk dikunjungi, meskipun reputasi negara ini masih dipengaruhi oleh konflik masa lalu.

Tradisi dan Kuliner Ramadan di Kuwait

Meskipun Hari Pembebasan Kuwait tidak memiliki perayaan khusus selain seremoni kenegaraan, budaya dan tradisi Ramadan di Kuwait menjadi salah satu aspek menarik dari kehidupan masyarakatnya. Salah satu tradisi yang telah turun-temurun adalah Gergean, festival khas yang dirayakan pada malam ke-13 hingga ke-15 di bulan Ramadan. Dalam perayaan ini, anak-anak mengenakan pakaian tradisional terbaik mereka, berkeliling rumah tetangga sambil menyanyikan lagu-lagu gembira, serta meminta permen atau kue sebagai bentuk apresiasi atas lagu yang dinyanyikan.

Beberapa makanan khas Ramadan yang terkenal di Kuwait antara lain:

1. Al-Harees – Hidangan yang terbuat dari gandum yang dihaluskan dan daging, disajikan dengan campuran mentega, gula, dan kayu manis bubuk.

2. At-Tashreeb – Roti yang dipotong kecil-kecil dan disajikan dengan kuah bersama kentang, dadih, dan lemon kering dari Oman.

3. Luqmat Al-Qaadi – Manisan khas Ramadan yang dibuat dari adonan fermentasi dengan tambahan kapulaga, saffron, mentega, dan susu. Adonan ini digoreng hingga kecokelatan dan dicelupkan dalam sirup gula atau molasses.

Makanan khas Ramadan di Kuwait memiliki cita rasa unik yang kaya akan rempah-rempah aromatik seperti saffron, kapulaga, dan kayu manis, memberikan pengalaman kuliner yang berbeda dari negara lain di Timur Tengah.

Hari Pembebasan Kuwait bukan hanya sekadar peringatan atas berakhirnya pendudukan Irak, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjalanan sejarah dan perkembangan negara ini. Dari masa protektorat hingga menjadi salah satu negara terkaya di dunia, Kuwait terus menunjukkan ketahanan dan kemajuan yang luar biasa. Selain itu, budaya dan tradisi masyarakatnya tetap menjadi bagian penting dari identitas nasional, termasuk dalam perayaan Ramadan yang penuh dengan kehangatan dan kebersamaan. [UN]