Festival Thaipusam. (Foto: disbudparekrafsumut)

Setiap tahun, pada purnama pertama bulan Thai dalam kalender Tamil, ketika bintang Pusam bersinar terang di langit, jutaan umat Hindu Tamil di berbagai penjuru dunia bersiap menyambut sebuah perayaan spiritual yang sarat makna yaitu Thaipusam. Festival ini bukan hanya menjadi simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan, tetapi juga cerminan kekuatan iman dan pengabdian terhadap Dewa Murugan dewa perang dan pelindung keadilan dalam tradisi Hindu Tamil.

Jejak Mitos dan Sejarah Sakral

Thaipusam berakar dari kisah dalam mitologi Hindu. Pada hari suci ini, diyakini bahwa Dewi Parvati memberikan Vel, sebuah tombak ilahi, kepada putranya Murugan. Senjata ini digunakan untuk mengalahkan iblis Surapadman yang mengganggu keharmonisan semesta. Pertempuran tersebut bukan sekadar pertarungan fisik, melainkan alegori spiritual tentang keberanian, pengorbanan, dan penghapusan rintangan dalam hidup manusia.

Seiring waktu, kisah itu melampaui narasi mitologis dan menjelma menjadi fondasi spiritual yang mengilhami ritual-ritual khas Thaipusam yang berlangsung hingga kini.

Ritualitas sebagai Wujud Pengabdian

Salah satu aspek yang paling mencolok dalam Thaipusam adalah Kavadi Attam, atau tarian beban. Dalam prosesi ini, para penyembah memikul kavadi, struktur dekoratif yang kadang menjulang tinggi dan penuh warna di atas bahu mereka. Ini bukan sekadar beban fisik, melainkan bentuk nyata dari penebusan dosa dan niat suci yang telah dipersiapkan jauh hari sebelumnya.

Sebagian penganut bahkan memilih menjalani praktik ekstrem seperti menusukkan tombak kecil (vel) ke kulit, pipi, atau lidah mereka. Tindakan ini, meski tampak menyakitkan, merupakan simbol dari ketundukan total kepada kehendak ilahi dan pengendalian diri yang ekstrem.

Selain itu, ritual Paal Kudam, yakni membawa pot berisi susu untuk dipersembahkan di kuil Murugan, menjadi lambang kemurnian, rasa syukur, dan pengabdian spiritual. Semua ini didahului oleh masa persiapan berupa puasa, pantangan makanan, doa rutin, serta penyucian diri, yang berlangsung selama 48 hari atau lebih sebelum Thaipusam tiba.

Dari Tamil Nadu ke Dunia

Awalnya berpusat di wilayah Tamil Nadu, India Selatan, Thaipusam kini menjelma menjadi festival global. Di berbagai negara dengan populasi Tamil yang signifikan seperti Malaysia, Singapura, Sri Lanka, Indonesia, hingga negara-negara diaspora seperti Fiji, Mauritius, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat, Thaipusam dirayakan dengan penuh semangat.

Di Batu Caves, Malaysia, misalnya, festival ini menjadi magnet religius dan budaya yang mampu menarik jutaan orang setiap tahunnya. Prosesi besar menuju kuil Murugan yang berada di ketinggian 272 anak tangga dilakukan tanpa alas kaki, diiringi musik tradisional, nyanyian pujian, serta lantunan doa. Di beberapa negara seperti Malaysia dan Mauritius, Thaipusam bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Transformasi global Thaipusam menunjukkan bagaimana nilai-nilai spiritual Tamil dapat melintasi batas geografis, mengakar kuat dalam komunitas diaspora, dan tetap hidup melalui ekspresi budaya yang dinamis.

Thaipusam bukan semata-mata festival keagamaan. Ia adalah pernyataan iman, kekuatan spiritual, dan identitas budaya yang diwariskan lintas generasi. Dalam semarak warna, nyala lilin, dan denting lonceng kuil, tersembunyi laku spiritual yang mengajarkan ketekunan, pengorbanan, dan cinta yang mendalam kepada Sang Ilahi.

Melalui perayaan ini, komunitas Tamil di seluruh dunia terus memperkuat jati diri mereka, seraya mengingatkan dunia bahwa spiritualitas bisa menjadi jembatan antara manusia, budaya, dan Tuhan—dalam tarian, doa, maupun luka yang dijalani dengan cinta. [UN]