Tanggal 31 Mei bukan sekadar angka di kalender bagi warga Surabaya. Tanggal tersebut memiliki makna khusus karena diperingati sebagai Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS). Di balik peringatan ini tersimpan sejarah panjang yang membentang sejak era kerajaan hingga masa pemerintahan modern. Bagaimana proses penetapan tanggal ini, dan apa makna mendalam yang dikandungnya?
Arti Nama Surabaya
Sejak awal kemunculannya, Surabaya dikenal sebagai kota yang sarat akan nilai-nilai kepahlawanan. Julukan “Kota Pahlawan” bukanlah klaim semata, melainkan cerminan dari semangat warga dan sejarah panjang perjuangan yang mengakar kuat dalam identitas kota ini.
Nama Surabaya sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: sura yang berarti “berani” dan baya yang berarti “bahaya”. Gabungan kata ini menyiratkan filosofi mendalam, keberanian menghadapi segala bentuk bahaya. Nilai ini pula yang kemudian menjadi dasar kuat dalam memilih tanggal 31 Mei sebagai hari lahirnya Kota Surabaya.
Pertempuran Bersejarah di Tanah Surabaya
Penetapan tanggal 31 Mei sebagai Hari Jadi Kota Surabaya tidak lepas dari peristiwa penting yang terjadi pada tahun 1293. Berdasarkan informasi dari laman resmi Pemerintah Kota Surabaya, pada tanggal tersebut terjadi pertempuran besar antara pasukan Raden Wijaya dan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan.
Kisahnya bermula ketika pasukan Mongol datang ke Nusantara dengan maksud membalas dendam atas perlakuan Raja Singasari, Kertanegara, terhadap utusan Mongol pada tahun 1289. Namun, sebelum pasukan Mongol sempat menyerang, Kertanegara telah gugur akibat pemberontakan Jayakatwang pada 1292. Alhasil, tujuan ekspedisi Mongol bergeser: mereka kini mengincar Jayakatwang.
Dalam konflik yang terjadi, Raden Wijaya awalnya bekerja sama dengan pasukan Mongol untuk menggulingkan Jayakatwang. Setelah kemenangan itu diraih, Raden Wijaya secara tak terduga balik menyerang pasukan Mongol. Pertempuran ini terjadi di wilayah yang kini dikenal sebagai Surabaya, tepat pada tanggal 31 Mei 1293. Peristiwa heroik ini pun diabadikan sebagai tonggak sejarah kelahiran Kota Surabaya.
Menariknya, sebelum ditetapkan pada 31 Mei, Hari Jadi Kota Surabaya sempat dirayakan setiap tanggal 1 April. Penetapan ini merujuk pada berdirinya Pemerintah Kota Surabaya secara administratif oleh Hindia Belanda pada tahun 1906. Surabaya, bersama kota-kota lain seperti Bandung, Medan, dan Makassar, menjadi salah satu dari empat kota yang pertama kali dibentuk oleh pemerintahan kolonial.
Namun, peringatan pada 1 April dinilai tidak mencerminkan jiwa dan semangat asli Surabaya. Selain karena erat dengan peninggalan kolonial Belanda, tanggal tersebut dianggap terlalu “muda” untuk kota yang jejak historisnya telah ada sejak masa Kerajaan Majapahit.
Untuk menentukan tanggal HJKS yang lebih tepat dan sarat makna, Wali Kota Surabaya saat itu, R. Soekotjo, membentuk tim khusus pada tahun 1973. Tim ini melakukan kajian sejarah mendalam dan menghasilkan empat alternatif tanggal yang dianggap memiliki nilai historis kuat:
31 Mei 1293, merujuk pada kemenangan Raden Wijaya atas pasukan Mongol.
11 September 1294, ketika Raden Wijaya menganugerahkan tanda jasa kepada Kepala Desa Kudadu karena telah membantu mengusir tentara Tar-tar.
7 Juli 1358, tanggal pertama kali nama Surabaya muncul dalam Prasasti Trowulan I, sebagai naditira pradeca sthaning anambangi (desa di pinggir sungai tempat penyeberangan).
3 November 1486, mengacu pada Prasasti Jiu yang mencatat awal mula Adipati Surabaya menjalankan pemerintahan di wilayah tersebut.
Dari keempat alternatif itu, dilakukan pengkajian menyeluruh dari segi data sejarah, nilai ideal, serta kesesuaian dengan semangat kepahlawanan khas warga Surabaya. Akhirnya, 31 Mei 1293 dipilih sebagai tanggal yang paling mencerminkan semangat juang dan sejarah panjang kota ini.
Keputusan ini kemudian diformalisasi melalui Surat Keputusan No 02/DPRD/Kep/75 oleh DPRD Kota Surabaya pada tanggal 6 Maret 1975. Tak lama setelah itu, Wali Kota Surabaya mengesahkan keputusan tersebut melalui Surat Keputusan No 64/WK/75 pada tanggal 18 Maret 1975.
Dengan demikian, sejak tahun 1975, setiap tanggal 31 Mei warga Surabaya memperingati HJKS dengan semangat kebanggaan terhadap sejarah, identitas, dan perjuangan kotanya. Momentum ini bukan hanya seremonial tahunan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap keberanian dan nilai-nilai kepahlawanan yang telah mengakar kuat dalam denyut nadi Kota Pahlawan. [UN]