Koran Sulindo – Belum genap tiga pekan menjabat sebagai Kapolda Riau, Irjen Agung Setya Imam Effendi mengatakan telah menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya.

Hal yang dilakukan yakni membuat inovasi teknologi yang dinamakan “Dashboard Lancang Kuning”.

“Kalau saya urusan kebakaran sudah selesai. Urusan kebakaran, saya untuk mengendalikan operasi pemadaman kebakaran selesai. Sekarang tinggal kita implementasikan teknologi ini, tinggal kita cek-cek arahkan tugas dengan benar terus menerus,” kata Agung di ruang kerjanya, Kamis (17/10).

Agung menerangkan, Dashboard Lancang Kuning ini memanfaatkan empat satelit yang ada yaitu Satelit Tera, Nora, Lapa dan Aqua.

Satelit yang selama ini hanya digunakan untuk mamantau saja dimana titik api, saat ini bisa untuk mempermudah mengarahkan anak buahnya dalam memadamkan api di lapangan.

Agung mencontohkan saat ini, Kamis (17/10/2019), terdapat 19 titik api berdasarkan pantauan citra satelit. Terdapat 1 titik api dengan kualifikasi 10-30% berwarna kuning, 12 titik api kualifikasi 30-70 persen dan 6 titik api dengan kualifikasi 70-100%.

“Hasil pantauan ini, saya perintahkan Kapolres-Kapolres melakukan penanganan, yang merah kita prioritaskan,” kata Agung.

Langkah-langkah penanganan yang dilakukan oleh anggotanya pun juga dilaporkan kembali.

“Apa yang dia (anggotanya) lakukan di lapangan, setelah kita kasih tahu titiknya ada di sini, mengirimkan laporan kembali bersama foto kegiatan. Dari satelit ini bisa kita ketahui posisi dia waktu laporan, apakah betul-betul di lapangan atau tidak,” terangnya.

Dia mengatakan teknologi ini masih dalam tahap pengembangan. Kedepan, bisa mengetahui dimana ada kanal, embung atau sungai yang terdekat dari titik api. Sehingga bisa mempercepat dalam memadamkan api. Dengan begitu masalah Karhutla kedepan bisa dicegah.

“Saya katakan bahwa kita tidak mau jadi keledai yang tertanduk pada batu yang sama, masa sih kebakaran tiap tahun kok kita tidak bisa berbuat sesuat yang bisa mencegah. Yang kita lakukan adalah melakukan penanganan yang komperhensif penanganannya,” tuturnya.

Maka dari itu, dia memakai nama Lancang Kuning yang berarti perahu layar. Dimana di dalam perahu tersebut ada Nahkoda, juru mesin dan anak buah kapal. Meskipun berlayar malam hari dalam cuaca yang bergelombang dan angin kencang tapi tetap fokus pada tujuan dan sampai tujuan.

“Itulah filosofi kapal layar yang artinya jika kita pada satu titik dengan semangat yang sama, walapun malam hari, ada badai kita akan tetap sampai tujuan. Karena kebakaran ini bukan sejak provinsi ini ada, ini kan baru-baru ini beberapa tahun belakangan ini. Pak Gubernur minta kita bisa berwisata melihat langit biru. Itu harus dengan usaha keras supaya kita bisa melihat langit biru,” pungkasnya.

Dikatakannya, masyarakat yang terbiasa membuka lahan dengan membakar, akan paham bahwa perangkat teknologi ini bisa memotret lahan bukan saat ini, tetapi lima tahun yang lalu.

“Kita bisa tahu juga ini lahan kayak apa, sekarang diapakan, terus tiga tahun kedepan jadi apa, kalau ini lahan hutan, lima tahun lalu illegal loging, terus dibakar, ada tanaman yang tumbuh di situ. Berarti mencuri kayu, merambah hutan, membakar dan perkebunan di areal hutan, kira-kira hukumannya apa,” ucap mantan Deputi Siber Badan Intelijen Negara (BIN) itu.(YMA/TGU)