Ilustrasi

Koran Sulindo – Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai wilayah yang mempunyai  potensi sumber daya perikanan laut cukup besar. Di saat musim-musim tertentu pasokan ikan sangat tinggi. Data produksi ikan di TTU tahun 2013 menunjukkan hasil tangkapan mencapai 708,69 ton.

Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat. Saat pasokan berlebihan, harga ikan menjadi rendah, dan akibatnya tak sedikit ikan-ikan itu dibiarkan begitu saja menjadi rusak.

Melihat kenyataan ini, mendorong Siti Ari Budhiyanti bersama tiga rekannya yaitu Dr. Eko Setyobudi, Anes Dwi Jayanti, M.Sc., Wahdan Fitriya, M.Sc. (ketiganya adalah dosen Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM) tergerak untuk memberikan pendampingan pada masyarakat lokal melakukan pengolahan ikan pasca panen.

Di sisi lain, Sita – demikian panggilan akrab Siti Ari Budhiyanti – di TTU terdapat 121.198 perempuan, yang 65.200 diantaranya berada di usia produktif. Dari 65.200 perempuan berusia produktif tersebut 52 persennya merupakan lulusan Sekolah Dasar.

“Hal ini menjadi tantangan dan kesempatan bagi kami untuk melakukan pemberdayaan berbasis  pembangunan UMKM.Tujuannya, selain untuk meningkatkan nilai ekonomi ikan juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan kaum perempuan di TTU,” ujar Sita saat berbincang-bincang dengan wartawan yang mangkal di UGM, Rabu (19/4).

Di bawah program Community Resilience and Economic Development (CaRED) bertajuk “Women Empowerment through Sustainable Fisheries Product Development in Border Area of East Nusa Tenggara –  Indonesia and Timor Leste” ini, ketiga dosen Fakultas Pertanian UGM memberdayakan kaum perempuan di TTU. Pemberdayan yang dimulai pada tahun 2015 silam memperoleh pendanaan dari kerjasama antara UGM dengan pemerintah New Zeland dalam bingkai program pemberdayaan masyarakat kawasan Timur Indonesia.

Program yang telah berjalan 1,5 tahun ini berhasil menghimpun 30 perempuan yang tergabung dalam 4  kelompok unit pengolahan ikan, dan tersebar di 3 kecamatan yaitu Insana Utara, Biboki Anleu, dan Biboki Monleu.

Menurut Eko Setyobudi, para ibu-ibu ini diberikan pelatihan diversifikasi produk olahan ikan. Selain itu juga didorong untuk membentuk kelembagaan ekonomi mikro. Tentu saja mereka juga mendapat pendampingan promosi serta pemasaran. Nyatanya, lanjutnya, program ini tidak hanya mampu menggerakkan perempuan, namun juga terbukti mampu meningkatkan pendapatan dalam keluarga dan menurunkan angka pengangguran.

“Dengan mengolah ikan menjadi beraneka produk olahan bisa meningkatkan nilai ekonomi hingga 2 kali lipat,” jelasnya

Bahkan, menurut Eko Setyobudi, berbagai hasil diversifikasi produk olahan ikan tersebut telah berhasil dipasarkan tidak hanya di pasar lokal, tetapi hingga Timor Leste.

Ketua kelompok unit pengolahan ikan “Mutiara”, Veronica Ena Murti Andani  mengaku sangat terbantu dengan adanya program CaRED UGM. Pengakuannya, sebelum ada pendampingan, kelompoknya sempat menjalankan usaha pembuatan abon ikan. Hanya saja abon ikan itu hanya bisa bertahan dalam 1 minggu. Namun setelah masuk program CaRED, lanjutnya, kelompoknya mendapatkan berbagai pelatihan dalam pengolahan dan diversifikasi produk olahan ikan, maka hasil produksinya lebih baik.

“Abon yang kami buat saat ini bisa bertahan sampai 6 bulan dengan resep dari Ibu Sita dan kawan-kawan,” tuturnya.

Selain membuat abon ikan, kata Veronica,. kelompoknya juga mengolah ikan menjadi amplang, ikan kripsi, dan basreng ikan. Bahan yang mereka olah adalah ikan cakalang, tuna, tenggiri, dan teri. Diakui Veronica, produk yang dihasilkan belum dalam jumlah yang relatif stabil, karena tergatung dengan ketersediaan pasokan dan harga ikan. “Saat ikan banyak dan murah kami bisa memproduksi sampai 90 pack produk olahan ikan. Namun, saat stok ikan sedikit kami biasanya produksi sekitar 30-35 pack dan berdasar pesanan saja,” katanya.

Veronica berharap bisa dibuatkan semacam tempat penampungan hasil produksi olahan ikan. “Dengan begitu produk yang kami buat lebih terjamin pemasarannya,” ujarnya lagi. [YUK]