Koran Sulindo – Di tengah kecamuk pertempuran sengit di Suriah, sebagain besar anak-anak terpaksa meninggalkan rumah dan berangkat ke pengungsian.

Tanpa layanan dasar seperti kesehatan atau pendidikan memadai, di daerah perang membaca bagi anak-anak merupakan kegiatan mewah.

Di Idlib, Suriah utara sarana membaca bagi anak-anak itu berbentuk sebuah mobil van.

Mereka menyebutnya perpustakaan keliling yang bertujuan mempromosikan membaca  dan pendidikan bagi anak-anak korban perang yang tentu saja tak memiliki akses ke perpustakaan umum.

Mobil van bercat merah, putih dan hijau itu telah berkeliling hampir ke kota-kota di seluruh penjuru seluruh. Anak-anak memilih buku untuk dibaca dan didorong membagikan apa yang mereka pelajari kepada orang lain.

Siapa orang-orang gila yang berkeliling dengan buku di negara yang tengah dicabik-cabik perang saudara itu?

Mereka adalah Dari Sustainable Development, sebuah kelompok akar rumput dari Daraya di pinggiran Damaskus sebelum pemerintah mengungsikan penduduk kota tahun 2016.

“Kami merasa ini benar-benar menguntungkan mereka. Ini membantu mereka membentuk kepribadian mereka, jadi saya percaya itu adalah bagian utama dari proyek secara keseluruhan,” kata Muhammad Shihadeh.

Shihadeh adalah salah seorang anggota Dari yang bekerja pada perpustakaan keliling itu.

“Ketika kami memulai Dari, salah satu tujuan utama kami adalah memberdayakan masyarakat dan untuk memberdayakan orang-orang yang rentan, terutama anak-anak dan perempuan,” katanya.

“Kami memahami bahwa membaca sangat penting, tetapi sebagai tambahan untuk membaca, kita perlu membangun kepercayaan pada anak-anak ini.”

Di Idlib, kelompok tersebut telah mencoba memperbaiki kehidupan di daerah yang sebagian besar dikendalikan kelompok garis keras dan militan.

“Biasanya kami meminta izin kunjungan sebelumnya sehingga kami dapat memeriksa apakah orang-orang di daerah kami akan senang dengan proyek ini. Juga untuk mengetahui mereka bekerja sama atau tidak,” kata Shihadeh.

“Dalam kebanyakan kasus, mereka bekerja sama dan mereka senang untuk menerima kunjungan semacam itu. Dalam beberapa kasus, para pejabat keberatan tentang isi buku,” kata Shihadeh.

Dimodifikasi dengan rak dan lampu, Perpustakaan Keliling menampung koleksi sekitar 2.000 buku anak-anak  yang diperoleh melalui proses rumit antara tempat penjualan buku di Idlib dan Damaskus.

Dari berharap terus membuat anak-anak tetap membaca, bahkan ketika mereka mengungsi.

“Membaca buku menanamkan rasa keterbukaan,”  kata Malek Refai, manajer proyek Perpustakaan Keliling. “Kami berusaha membantu anak-anak untuk menemukan jalan mereka menuju masa depan.”

“Mungkin mereka dapat menemukan sesuatu yang menarik atau sesuatu yang mereka sukai dengan mengakses buku-buku ini,” katanya.

Sejauh ini, sedikitnya Dari memiliki tujuh orang yang bekerja di perpustakaan keliling dan sanggup menjangkau sekitar 4.000 anak.

Dari terinspirasi perpustakaan keliling yang diluncurkan selama konflik di negara lain, serta oleh pengalaman mereka melindungi buku-buku selama pengepungan Daraya selama bertahun-tahun.

“Kami membangun perpustakaan rahasia untuk menyelamatkan buku-buku dari pemboman,” kata Refai. “Ini meningkatkan minat kami pada buku dan perpustakaan.”

Di sisi lain, perang menciptakan tantangan unik bagi Dari, termasuk bagaimana mereka harus bernegosiasi dengan berbagai kelompok yang mengendalikan sebuah wilayah serta memastikan bahwa staf dan anak-anak aman.(Muh/TGU)