Koran Sulindo – Pada kuartal ketiga tahun 2020 kondisi pasar perumahan di kawasan Jabodebek dan Banten mengalami penurunan, kecuali di Jakarta dan Serang.
“Kalau kita melihat kondisi pasar semua terjadi penurunan, kecuali di Jakarta dan Serang,” ujar Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda dalam diskusi yang digelar Prolab Talks, yang ditulis Rabu (14/10).
Kebijakan pengetatan pembatasan sosial berskala besar, kata Ali, diperkirakan masih cukup berdampak pada aktivitas pasar perumahan.
Penurunan itu juga diperkuat survei perumahan Jabodebek-Banten Kuartal III Tahun 2020, yang menunjukan nilai penjualan pasar perumahan di kawasan Jabodebek-Banten mengalami penurunan sebesar 17,4 persen.
Jumlah unit terjual di pasar perumahan Jabodebek-Banten turun 31,3 persen lebih tinggi dari nilai penjualan, menggambarkan tipe besar lebih banyak terjual dibandingkan tipe di bawahnya.
Sebagian besar wilayah mengalami penurunan penjualan, kecuali DKI Jakarta yang masih mengalami kenaikan. Kenaikan penjualan di DKI Jakarta diperkirakan dipengaruhi juga karena sebagian unit dijual dengan diskon antara 10 persen – 20 persen untuk rumah siap huni dan cara bayar tunai keras.
Wilayah Serang juga mengalami kenaikan tipis berdasarkan jumlah unit terjual meskipun secara penjualan mengalami penurunan.
“Kalau kita melihat ke depan pola pergerakan pasar perumahan belum stabil, apakah itu karena kebijakan PSBB atau bukan, namun yang pasti ini belum stabil,” kata Ali.
Ali melihat selama dua triwulan sebelumnya dengan terjadi pergeseran segmen ke yang lebih bawah lagi perlu diwaspadai. Jangan sampai segmen menengah yang sampai saat ini memiliki daya beli dapat terkena imbasnya lebih dalam lagi.
“Artinya apa? Konsumen yang saat ini mampu membeli rumah seharga Rp500 juta kemungkinan karena daya beli semakin menurun maka pada akhir tahun ini (kuartal IV) atau awal tahun depan mungkin daya belinya semakin terbatas dan itu akan berimbas pada penjualan perumahan di segmen menengah,” ujar Ali. [WIS]