Perjalanan kaum tani Maharastra menuntut [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Lautan merah memenuhi sepanjang jalan negara bagian Maharastra, India beberapa waktu lalu. Sekitar 35 ribu kaum tani dengan membawa bendera bersimbolkan palu arit berhasil mencapai Azad Maidan, Mumbai. Mereka datang hanya dengan satu tuntutan: laksanakan reforma agraria!

Tuntutan ini tidaklah datang secara tiba-tiba. Pasalnya, akibat ketiadaan lahan, jumlah kaum tani yang meninggal sepanjang 2015 hingga 2016 mencapai 12.602 orang. Melihat aksi longmarch kaum tani itu, Perdana Menteri Narendra Modi menjanjikan penyelesaian reforma agraria terutama soal kepemilikan lahan akan dituntaskan dalam waktu enam bulan ke depan.

Mendengar janji Modi, kaum tani itu seperti yang dilaporkan teleSUR memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Soal janji pemerintah tersebut diakui oleh salah satu menteri di kabinet Modi yaitu Girish Mahajan yang menyebutkan, pemerintah menyetujui 100% tuntutan kaum tani termasuk pendistribusian lahan.

Kisah perjalanan kaum tani ini bermula dari 6 Maret lalu dan tiba di Mumbai pada Minggu (11/3) malam. Tuntutan utama kaum tani selain kepemilikan atas lahan, juga meliputi pembebasan terhadap utang, termasuk tagihan listrik dan meningkatkan harga produk pertanian. Aksi kaum tani itu mendapat simpati dari masyarakat luas, semisal memberi bantuan berupa sendal, makanan, air minum dan lain sebagainya.

Partai oposisi menyebutkan, sejak Modi berkuasa, kaum tani merupakan masyarakat yang paling sering menjadi korban dari kebijakan pemerintah. Selain harga produk pertanian mereka sangat rendah, kaum tani dibebani harga-harga kebutuhan pokok yang melonjak tajam.

Soal kepemilikan lahan ini merupakan masalah yang sudah terjadi jauh sebelum pemerintahan Modi. Seperti yang dilaporkan media daring India Hindustan Times, setelah tujuh dekade kemerdekaan negara tersebut, umumnya kaum tani tidak memiliki tanah. Di Dalit, misalnya, sebagian kaum tani bekerja sebagai buruh tani untuk mendapatkan upah.

Berdasarkan data sensus, pemerintah India memisahkan petani menjadi dua kategori yaitu petani yang memiliki tanah dan buruh tani yang bekerja di lahan milik orang lain untuk mendapatkan upah. Berdasarkan data sensus sejak 2011 itu pula, apa yang menimpa kaum tani Dalit juga terjadi di daerah-daerah lain.

Kondisi demikian mungkin sekali terjadi di negara-negara bagian yang masih feodal. Dan Dalit kemungkinan sebagian besar kaum taninya adalah buruh tani. Jumlah nyaris 90%. Hal ini juga terjadi di Bihar, Haryana, Punjab, Gujarat, Andhra Pradesh, Tamil Nadu, dan Kerala. Itu sebabnya, kebanyakan petani Dalit hanya mendapatkan upah dan tidak hasil panen dari lahan yang mereka garap. [KRG]