PADA 1970-an di Jakarta terdapat dua kawasan yang dianggap elit, yakni Menteng dan Kebayoran Baru. Menteng terletak di Jakarta Pusat, sementara Kebayoran Baru di Jakarta Selatan. Keduanya merupakan kecamatan. Banyak rumah mewah terdapat di kedua kawasan itu.
Menteng menjadi tempat kediaman para pejabat dan diplomat asing. Ketika itu banyak kedutaan besar terdapat di kawasan Menteng. Lain halnya dengan Kebayoran Baru. Di kawasan itu banyak bermukim pengusaha dan pekerja asing. Adanya terminal bus dalam kota Blok M menjadikan kawasan Kebayoran Baru semakin dikenal.
Kebayoran Baru lebih berkembang daripada Menteng karena Menteng sudah ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya. Di Kebayoran Baru banyak terdapat pertokoan dan perkantoran. Perbedaan lain, perumahan di Kebayoran lebih heterogen karena memang sejak awal dirancang untuk perumahan dengan berbagai tipe.
Ke arah selatan
Sejarah Kebayoran berawal ketika pada abad ke-18 Gubernur Jenderal Daendels melakukan pemekaran kota ke arah selatan. Ia membuat Waterlooplein (Lapangan Banteng) dan Koningsplein (Lapangan Merdeka). Sejak akhir abad ke-19, pertumbuhan ekonomi di Batavia semakin pesat. Perusahaan perkebunan asing, perusahaan pertambangan, perusahaan pelayaran, bank, dan usaha dagang lain memerlukan rumah untuk kantor dan kediaman.
Menurut buku Perkembangan Kota Jakarta (1977), karena kebutuhan perumahan timbul gagasan pembukaan tanah di sebelah selatan, kira-kira 8 kilometer dari Lapangan Merdeka. Wilayah itu sebelumnya telah disurvei dalam rangka rencana pembangunan lapangan terbang internasional untuk menggantikan lapangan terbang Kemayoran yang didirikan menjelang Perang Dunia ke-2. Tanah di Kebayoran itu memiliki luas 730 hektar. Dulu tanah tersebut ditanami pohon bayur sehingga disebut “kabayuran”.
Kebayoran sebagai nama sebuah kampung, Kampong Kuboejoran, sudah terpetakan paling tidak sejak 1824. Kampung itu berada di sisi barat sungai Grogol, sedangkan kampung yang berada di sisi timur sungai adalah kampung Djati. Kampung Djati, sebagaimana tulisan pada poestahadepok.blogspot.com, berada di jalur lalu lintas perdagangan dari pedalaman (Buitenzorg ke Batavia), yaitu Jalan Panglima Polim/Sisingamangaraja sekarang.
Pada 1867 nama Kebayoran sudah diidentifikasi sebagai sebuah nama distrik (setingkat kecamatan pada masa kini), distrik Meester Cornelis dan distrik Kebajoran di Afdeeling Meester Cornelis. Kepala distrik Kebajoran disebut Demang Kebajoran. Ibu kota distrik Kebajoran berada di Kebayoran Lama sekarang.
Gagasan pembangunan kota satelit Kebayoran diserahkan kepada Insinyur M. Soesilo. Soesilo adalah murid Thomas Karsten, arsitek Hindia-Belanda, yang bekerja pada Centraal Planologisch Bureau (Biro Pusat Planologi). Ia berhasil membuat kerangka rencana atau master plan kota. Pada 1 Desember 1948 dimulai pembayaran ganti rugi kepada penduduk. Januari 1949 ganti rugi selesai dibayarkan. Total berjumlah 15 juta gulden.
Pada 1948 itu jumlah penduduk Jakarta 1.174.252, sementara pada 1953 menjadi 1.845.592. Pertumbuhan penduduk di Jakarta makin tahun makin pesat.
Konsep yang digunakan dalam pembangunan kawasan baru itu adalah kota taman. Sekarang konsep seperti itu banyak dipakai oleh para pengembang properti modern. Dalam konsep ini, ruang terbuka hijau sebagai ruang publik mendapat perhatian khusus.