Kapolri: Polri Solid, tidak ada Faksi dan Friksi

Kapolri Jenderal Tito Karnavian/tribratanews

Koran Sulindo – Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan Polri tetap solid.

“Saya ingin menekankan bahwa pergantian pejabat, tidak ada kaitannya dengan adanya faksi-faksi, friksi-friksi internal Polri, tidak. Polri tetap solid,” kata Kapolri, dalam sambutannya saat serah terima jabatan (sertijab) di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Polri menjadi sorotan setelah tiba-tiba Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz dipromosikan menjadi Kepala Bareskrim menggantikan Komjen Arief Sulistyanto. Arief yang dimutasi sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) baru menjabat sebagai orang nomor satu di badan berlambang busur panah itu selama lima bulan.

Menurut Tito, adanya perbedaan di tubuh Polri adalah hal yang biasa. Menurutnya dalam suatu keluarga pun juga pasti ada perbedaan.

“Tapi perbedaan itu tidak menimbulkan dampak destruktif. Perbedaan adalah demokrasi, dalam struktur seperti paramiliter meskipun ada sipil yang berseragam, semua perbedaan hal biasa, justru untuk memperkuat kebijakan melalui mekanisme check and balances,” katanya.

Kapolri menegaskan Polri solid.

“Tolong pihak eksternal mendukung soliditas Polri. Jangan membuat analisa sendiri, yang kemudian nanti menganggap bahwa Polri ada faksi, friksi, tidak,” katanya.

Tito mengatakan mutasi PJU Polri dipicu dengan dua jenderal yang purna tugas, yakni Komjen Lutfi Lubihanto yang sebelumnya Kabaintelkam digantikan oleh Komjen Unggung Cahyono dan Irjen Deden Juhara menjabat Asisten Operasi (Asops) Kapolri digantikan oleh Irjen Rudy Sufahriadi.

“Dengan adanya dua PJU Kabaintelkam dan Asisten Operasi, otomatis mentriger terjadinya regenerasi dan Polri tidak gampang menunjuk. Banyak sekali pertimbangan yang kita lakukan. Setelah semua proses, inilah hasilnya,” kata Tito.

Sebelumnya, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengapresiasi Kapolri yang sudah memutasi Arief.

“Dengan mutasi ini diharapkan perang dingin di elit Polri bisa disudahi dan Polri semakin solid menghadapi tahun politik dan Pilpres 2019,” kata, Neta melalui keterangan tertulis.

Menurut Neta dalam tahun politik ini ada dua hal yang harus dibenahi yakni meningkatkan kinerja intelijen agar lebih peka mendeteksi dini agar tidak ada gangguan keamanan. Kemudian yang kedua, meningkatkan soliditas di Bareskrim agar penegakan hukum bisa konsisten di sepanjang tahun politik.

Dia mengatakan untuk wilayah Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Jakarta perlu perhatian khusus oleh kepolisian agar Pilpres berjalan aman dan potensi gangguan dapat ditindak tegas.

“Artinya mutasi Polri kali ini untuk meningkatkan soliditas dan menghindari perang dingin antara elit di kepolisian terutama menyongsong Pilpres,” kata Neta.

Pengembara Mampir Sebentar Menengok Rumah Lama

Sementara itu Komjen Arief mengatakan bersyukur bisa diberikan kesempatan menjadi Kabareskrim, walaupun hanya 5 bulan 5 hari. Setidaknya, ia mengetahui apa yang harus dibenahi terutama dari aspek kepemimpinan hingga manajemen penyidikan terutama integritas penyidik.

“Ibarat pengembara, saya hanya mampir sebentar menengok kondisi rumah lama saya,” kata Arief, melalui keterangan tertulis.

Dengan mengemban baru yang diterimanya sebagai Kalemdikpol, Arief akan membentuk sumber daya manusia (SDM) Polri yang siap pakai.

“Integritas moral menjadi landasan utama sehingga perlu dibangun kultur pendidikan yang efektif sehingga bisa melahirkan sosok personil Polri yang reformis, berintegritas dan profesional,” kata Arief. [YMA]