Wakil Presiden Jusuf Kalla/msdailylife.wordpress.com

Koran Sulindo – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemilihan umum (Pemilu) 2019 nanti adalah yang terumit di dunia.

“Kalau kita lihat di dunia ini, tahun yang akan datang tahun 2019 di mana pileg bersamaan dengan pilpres disatukan, itu adalah pemilu terumit di dunia ini,” kata Wakil Presiden, dalam pembekalan rapat pimpinan TNI-Polri di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (23/1/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Wapres mengatakan pemilu sekarang ini berbeda tantangannya dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.

Indonesia telah mengadakan 11 kali pemilu legislatif sejak berdiri. Di mulai 1955 yang dinilai sebagai pemilu yang demokratis dan aman. Tujuh kali di masa Orde Baru dan tiga kali di Masa Reformasi. Tiga kali pemilihan presiden secara langsung sejak 2004, dan ribuan kali pemilihan umum kepala daerah.

“Kini masyarakat tidak seideologi tempo dulu dalam menyalurkan suaranya. Masyarakat kini lebih emosional kedaerahan, praktis. Memilih orang, bukan ideologi,” katanya.

Kalla mencontohkan dalam pemilihan presiden 2014 ia terpilih hingga 97 persen di tanah kelahirannya, Bone. Presiden Joko Widodo juga menang mutlak di Solo.

Kini kampanye juga berbeda. Bila sebelumnya kampanye masif dengan pengerahan massa dalam waktu singkat, kini kampanye lebih panjang dan lebih banyak mengerahkan `pasukan siber`.

“Tentunya di dalam kampanye siber seringkali didapati kampanye hitam dan kampanye negatif,” katanya.

Di dalam pilkada, menurut Wapres, ketegangan emosi lebih kental terasa karena masyarakat lebih memilih orang dibanding partainya. Meskipun pilkada didukung oleh partai politik, namun persaingan antar kandidat lebih kental.

“Yang ingin saya sampaikan bahwa terjadinya emosional lingkungan, emosional keluarga, emosional tim sukses, emosional asal,” katanya.

Wapres meminta kepada jajaran TNI-Polri meningkatkan kewaspadaan dan memperketat pengamanan dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

Wapres mengatakan, netralitas aparat TNI dan Polri dan perilaku adil pelaksana pemilu baik Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu penting untuk mengatasi ketegangan emosional yang terjadi sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban.

“Harapan kita adalah bagaimana menurunkan emosional perorangan, cuma satu keadilan pelaksanaan oleh KPU dan Bawaslu yang adil dan juga tentu pengamanan oleh polisi dan Tentara yang sangat netral, itu dibutuhkan itu, karena tanpa netralitas TNI-Polri akan menimbulkan ketidakseimbangan di lapangan,” kata Kalla. [DAS]